PIMPINAN TAZAKKA MENJADI PEMBICARA PADA SEMINAR INTERNASIONAL DI KAIRO

PIMPINAN TAZAKKA MENJADI PEMBICARA PADA SEMINAR INTERNASIONAL DI KAIRO

KAIRO – Pimpinan Pondok Modern Tazakka menjadi pembicara dalam seminar internasional di Kairo, Rabu (9/8). Seminar yang diadakan di Hall Shaleh Kamel Center for Islamic Economic Al-Azhar Univeristy itu diselenggarakan diikuti oleh sekitar 250an hadirin.

Seminar bertajuk “Filantropi Islam sebagai Instrumen Pembangunan Peradaban” itu juga dihadiri oleh para narasumber lain: Prof. Dr. Mustafa Dasuki Kasbah, guru besar wakaf dan investasi dari Ainu Syams dan American University in Cairo, Prof. Dr. KH. Hamid Fahmi Zarkasyi, Rektor UNIDA Gontor, Prof. Dr. Sangidu, M.Hum Ketua Departemen Antarbudaya FIB UGM, dan Dr. Abdul Hafidz Zaid, Wakil Rektor I UNIDA Gontor.

Baca juga: KADERISASI BY DESIGN UNTUK PENGUATAN PESANTREN

Prof. Dasuki menjelaskan tentang konsep maqashidus-syariah dari zakat dan wakaf yang menurutnya ditujukan untuk mewujudkan kemaslahatan umum. Zakat dan wakaf telah terbukti sepanjang sejarah peradaban Islam mampu menjadi penopang utama pembangunan peradaban yang maju.

Kini, menurutnya, konsep-konsep zakat dan wakaf pun terus berkembang sesuai perkembangan zaman, sehingga pengelolaan zakat dan wakaf pun semakin berkembang pesat. Ia berharap, zakat dan wakaf dapat menjadi instrumen yang kuat untuk penopang kemaslahatan umum dan pembangunan peradaban di masa depan.

Prof. Hamid Fahmi Zarkasyi memaparkan sejarah Gontor dengan wakafnya. Menurutnya, Pondok Modern Gontor sejak awal dibangun dengan pondasi wakaf. Di Gontor, menurutnya, pikiran para pendiri sejak awal adalah wakaf, maka semuanya kemudian diwakafkan kepada umat Islam. Mereka mengamati dan meniru Al-Azhar sebagai institusi pendidikan tertua yang bertahan hingga puluhan abad karena sistem wakafnya.

Dalam paparannya itu, Prof. Hamid mengingatkan bahwa dulu banyak pesantren besar yang redup dan bubar karena wafatnya sang kiai pendirinya. Maka, diharapkan dengan wakaf, masa depan pondok tidak lagi bergantung pada figur pendirinya, namun lebih pada sistem wakafnya. Jadi, wakaf itu justru untuk menjaga kelestariannya, seperti halnya Al-Azhar di Kairo.

Baca juga: UGM, UNIDA & TAZAKKA KUNJUNGI AINU SYAMS MESIR

Kiai Anang membedah dan memaparkan struktur ekonomi pesantren dan peranan zakat wakaf di dalamnya sebagai salah satu instrumen funding yang kuat. Ia mencontohkan bahwa di Al-Azhar Kairo para mahasiswa yang kini berjumlah sekitar 500 ribu orang, biaya pendidikannya ditopang dari hasil wakaf dan zakat. Itu artinya, wakaf dan zakat menjadi instrumen funding yang utama di Al-Azhar, sebab biaya operasional pendidikan tidak dibebankan kepada mahasiswa, melainkan ditopang dari hasil wakaf dan zakat.

Kiai Anang menyarankan agar pesantren-pesantren di tanah air mengembangkan instrumen funding yang tidak sekedar mengandalkan swadana dari santri, namun juga ditopang dengan wakaf, zakat, unit-unit usaha ekonomi pesantren, hibah-hibah dan lain-lain. Kepada para mahasiswa Al-Azhar, Kiai Anang berpesan agar mempelajari dan meneliti sistem wakaf di Al-Azhar dengan cermat agar kelak dapat dibawa pulang ke tanah air dan dikembangkan di lingkungan pesantren masing-masing atau di masyarakat secara umum.

Kiai Anang berkali-kali menekankan agar para alumni Al-Azhar pulang ke tanah air membawa segudang ilmu, wawasan, pengalaman dan ide pergerakan untuk kemajuan umat dan bangsanya.

Di tempat yang sama, Dr. Abdul Hafidz Zaid menekankan kembali pentingnya membangun sistem kelembagaan yang kuat di kalangan pesantren maupun perguruan tinggi pesantren. Dengan sistem kelembagaan yang kuat, termasuk sistem pendanaannya, maka institusi pesantren akan kuat dan terjamin kelangsungan hidupnya di masa depan.

Baca juga: ASFA FOUNDATION SELENGGARAKAN SEMINAR KIPRAH ALUMNI AL-AZHAR DI TANAH AIR

Sementara itu, Prof. Sangidu memaparkan tentang khazanah intelektual klasik yang berupa manuskrip-manuskrip karya ulama-ulama nusantara. Ia menegaskan pentingnya para alumni Al-Azhar yang notabene menguasai bahasa Arab dan dasar-dasar ilmu agama dengan baik, untuk ikut mengangkat kekayaan intelektual itu.

Sebab, sebagian besar manuskrip itu ditulis dalam bahasa Arab. Menurut Prof. Sangidu, banyak pula manuskrip yang berbicara tentang konsep harta dan kaitannya dengan penyucian diri. Artinya, ada sejumlah manuskrip tentang zakat dan wakaf yang perlu diangkat supaya semakin memperluas cakrawala umat.

Seminar diakhiri dengan closing statemen oleh Kiai Anizar, Wakil Ketua Lazis Assalam fil Alamin dan juga Sekjen Dunia Melayu Dunia Islam. Kiai Anizar mengajak para mahasiswa dan alumni Al-Azhar agar meningkatkan dan memperluas peran dan kiprahnya di tingkat nasional maupun internasional, serta memberikan kontribusi-kontribusi nyata bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

Baca juga: LAZIS ASFA LUNCURKAN BEASISWA DI UNIVERSITAS AL-AZHAR KAIRO

Seminar ini diadakan dalam rangkaian acara peluncuran beasiswa ASFA Foundation dan seminar-seminar internasional selama tiga hari yang diselenggarakan oleh Al-Azhar, KBRI Kairo dan ASFA Foundation di Al-Azhar Convention Center dan Hall Shaleh Kamel. @calvin