Jalan Dakwah Selalu Menghadapi Tantangan; KH. Anang Rikza Masyhadi, M.A.

Jalan Dakwah Selalu Menghadapi Tantangan; KH. Anang Rikza Masyhadi, M.A.

Sudah menjadi sunnatulLah, jalan dakwah selalu menemui rintangan dan tantangan. Kita harus bisa mengambil hikmah dan ibrah dari kisah perjuangan dakwah para nabi dan rasul serta lika-liku jalan dakwahnya para ulama terdahulu.

Maka, demikian pula dalam berjuang merintis, mengembangkan dan membesarkan pondok kita ini, rintangan dan tantangan itu pasti ada. Jangan berkecil hati jika kita menemuinya.

Justru, rintangan dan tantangan itu harus kita syukuri karena itu adalah bagian dari cara Allah menguatkan dan meneguhkan kedudukan kita. Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong agama Allah, maka Allah pun akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu (Qs. [47]: 7)

Jika saat ini Tazakka sedang menghadapi ujian cukup berat, ketahuilah, bahwa ini belum seberapa; semakin ke depan akan semakin berat tantangannya. Itu syarat untuk maju dan survive. Ibarat anak sekolah, maka soal-soal ujian yang akan diberikan kepada kita semakin tahun akan semakin berat. Namun, berbekal pengalaman, kerja keras dan keikhlasan kepada Allah serta mengharap ridha dan pertolongan-Nya, semuanya akan dapat dilalui.

Saya malah bersyukur mendapat ujian seperti ini. Inilah saat-saat Allah sedang menguji kualitas diri kita: kualitas keimanan, keikhlasan, kesabaran, keteguhan, kesungguhan, dan juga kualitas jaringan serta kematangan nalar dan intelektual. Semakin berat ujian, semakin besar nilainya di mata Allah. Oleh karenanya, kita harus lulus melewati setiap ujian, agar dengan itu Allah memuliakan kita.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA pernah berpesan pada kita semua: (saya tidak tahu pasti apakah kalimat ini berasal darinya)

بالامتحان يكرم المرء أو يهان

"Melalui ujian, seseorang akan dimuliakan atau dihinakan"

Melalui ujian, yakinlah Allah sedang ingin menaikkan kelas kita. Sebab, tidak ada kenaikan kelas tanpa ujian. Apakah kamu mengira bahwa jika kamu telah mengatakan beriman lalu kamu tidak diuji. (Qs. [29]: 2) Itu ada dalam Al-Quran. Jadi, jelas ya!

Bisa jadi ini merupakan jalan terbaik yang Allah hamparkan untuk kita supaya lebih memantapkan visi misi kita sebagai perekat umat. Ujian ini sekaligus untuk mengevaluasi diri sendiri: apakah sudah benar; apakah sudah baik; apakah sudah ikhlas; apakah bisa sabar dan tabah; apakah punya daya tahan; dan lain sebagainya.

Ibrahim AS harus diuji dulu kesabaran dan keikhlasannya melalui perintah untuk menyembelih putranya sendiri, Ismail AS. Namun, akhirnya Allah ganti Ismail dengan seekor gibas. Ibrahim lulus dan oleh Allah diberi ucapan selamat atas seluruh jagat.

Ketika memerintahkannya untuk menyembelih sendiri putranya, sebetulnya Allah hanya ingin mengujinya sejauh mana keimanan dan keikhlasannya dalam menaati perintah Allah. Sekaligus memberi pesan kepada Ibrahim bahwa dirinya harus bisa menyembelih kesenangan duniawinya demi memenuhi perintah Allah. Dan Ibrahim AS lulus ujian!  Selamat atasmu, wahai Ibrahim. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang  berbuat baik (Qs. [37]: 109-110)

Catat: Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa: Allah bersama orang-orang yang berbuat baik. Inilah akidah kita, harus percaya!

Saat Ibrahim AS harus dibakar hidup-hidup oleh Namrud, sang penguasa yang lalim, apa yang terjadi? Api, yang tabiatnya adalah panas, oleh Allah diperintahkan untuk menjadi dingin. Apa kata Allah? "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim" (Qs. [21]: 69)

يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ

Mustahil? Bagi Allah tidak ada yang mustahil! Tidak sulit bagi Allah mengubah sunnatulLah-Nya: mengubah api yang panas menjadi dingin!

Bukan sekedar diselamatkan dari panasny api, bahkan Ibrahim AS diberi penghargaan lain. "Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. (Qs. [21]: 71)

Nuh AS diuji oleh Allah kesabaran, keikhlasan dan kepasrahannya karena kaumnya menolak dakwahnya, bahkan dipelopori oleh keluarganya sendiri: isteri dan anaknya.

Maka, turunlah adzab Allah berupa banjir bandang yang sangat dahsyat. Tenggelamkah Nuh dan orang-orang yang beriman bersamanya? Tidak! Bahkan, Allah telah menyelamatkannya dengan cara memberinya ilham untuk membuat perahu besar sebelum banjir bandang datang yang waktu itu ditertawain oleh kaumnya sendiri, karena musim kemarau mengapa buat perahu. Anehkah Nuh AS? Tidak! Ia berada di jalan yang benar!

Orang kafir dan jahat tidak akan bisa memahami bahwa tindakan Nuh AS dan pengikutnya membuat kapal adalah untuk menyelamatkan generasi masa depan; karena kapal itu yang akan menyelamatkan saat banjir bandang datang. Orang-orang kafir dan jahat tidak punya visi jauh ke depan, dan tidak akan pernah bisa memahami hikmah-hikmah Allah.

Di kemudian hari, Nuh AS benar, sedangkan orang-orang kafir dan jahat yang dahulu mencemooh dan menertawakan tindakannya akhirnya ditelan banjir bandang. Mereka ditenggelamkan (Qs. [11]: 37)

 إِنَّهُمْ مُغْرَقُونَ

Musa AS mendapat tekanan dari Firaun yang sangat kejam dan punya tentara banyak. Saat dikejar, Musa dan kaumnya menemui lautan. Kendalakah? Bukan! Sebab, ternyata Allah berikan jalan keluar dengan cara lautan terbelah. Dan Musa serta kaumnya selamat. Mustahilkah? Tidak!

Firaun sama sekali tidak pernah mengira bahwa Musa pada akhirnya mendapat jalan keluar dari Allah yang baginya tidak masuk akal: laut terbelah! Itu keyakinan Firaun yang kafir, dzalim dan sombong. Tetapi, sebaliknya, Musa sangat yakin dengan pertolongan Tuhannya.

Meskipun pada awalnya pengikut Musa sempat panik dan pesimis akan terkejar dan dikalahkan oleh tentara Firaun, tetapi dengan keyakinan kepada Allah, Musa AS menenangkan pengikutnya: "Sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku". (Qs. [26]: 62)

إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ

Maka, selamatlah Musa dan pengikutnya. Ini bukan sekedar cerita, dan ibrah yang nyata yang bisa kita teladani!

Lalu, Nabi Yunus AS. Bagaimana mungkin seseorang yang telah dimakan ikan besar di laut bisa selamat tanpa luka sedikit pun? Ada resepnya: DzikrulLah!

لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين.

Ternyata, dzikirnya Yunus AS itu mendatangkan bantuan Allah SWT. Yunus AS pun selamat!

Kemudian, Nabi Muhammad SAW, di Makkah dakwahnya menghadapi tantangan sangat berat: cacian, hinaan, siksaan fisik, bahkan mau dibunuh tetapi gagal. Jika hanya sekedar dikata-katain sebagai orang gila (majnun), atau tukang sihir (sahirun mubin), itu biasa.

Akan tetapi, Allah kirim sahabat-sahabat setia yang sangat loyal dan totalitas dalam keimanan dan pengorbanannya demi membela agama yang dibawa oleh Muhammad SAW. Sayyidah Khodijah RA, Sayyidina Abu Bakar RA, Sayyidina Umar RA, Sayyidina Usman, Sayyidina Ali RA, Sayyidina Hamzah RA itu adalah beberapa nama saja sebagai contoh, dan lain-lainnya masih banyak.

Kemudian, Allah perintahkan Rasul SAW hijrah ke Madinah, dan ternyata Madinah adalah yang terbaik bagi dakwah Islam. Di sana, Rasul diberi segalanya oleh Allah: kekuasaan, kaum anshar yang sangat setia, saudagar-saudagar kaya raya yang totalitas berjihad dengan hartanya, dan wilayah kekuasaan yang luas.

Lalu, bagaimana dengan Makkah yang ditinggalkannya? Ternyata, Makkah tidak hilang. Ia dikembalikan lagi kepada Rasul melalui sebuah penaklukan tanpa tetesan darah: Fathu Makkah. Dari situlah, kemudian Rasul dakwahnya berkembang ke seluruh jagat hingga kini dan hari kiamat kelak.

Jadi, setiap perjuangan pasti ada tantangannya. Semakin tinggi perjuangan, semakin besar tantangannya. Hamba-hamba yang disayang Allah selalu mendapatkan ujian yang tidak ringan.

Dalam setiap jalan dakwah kita akan selalu ada orang seperti: Abu Jahal, Abu Lahab, dan orang-orang yang menghalangi jalan dakwah. Akan selalu ada orang yang tidak suka pada kebaikan dan kemajuan Islam dan muslimin.

Maka dari itu, apapun yang kita hadapi di jalan dakwah ini, bismilLah kita bisa. Yakin saja pada pertolongan dan petunjuk Allah, seperti Musa itu.

Intinya: Iman, pasrah, ikhlas, sabar dan tingkatkan kekuatan. Dan jangan pernah berhenti untuk terus melakukan kebaikan dan menebar manfaat kepada manusia. Kalian berbuat manfaat itu bukan untuk mendapat pujian orang, bukan pula untuk mendapat ucapan terima kasih, tetapi untuk mendapat ridha Allah dan balasan dari-Nya yang tak terbatas.

Maka, dilihat atau tidak dilihat orang, dipuji atau dicaci, dimengerti atau disalahpahami, jangan pernah berhenti dari berbuat baik dan menebar manfaat. Itu ajaran keikhlasan di pondok ini. Saya wasiatkan hal ini pada anak-anakku para santri dan guru-guru semuanya.

Hal terpenting dari suksesnya para nabi dan rasul serta ulama-ulama terdahulu adalah dzikir:

حسبنا الله ونعم الوكيل… نعم المولى ونعم النصير

لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين

سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم أستغفر الله

اللهم صل وسلم وبارك على حبيبنا و شفيعنا وقرة أعيننا سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.

Jangan lupa untuk terus berdzikir, karena dzikir itu akan membuka pintu-pintu langit dan bumi. Dzikir akan mendatangkan rahmat dan barokah-Nya. Hai orang-orang beriman, berdzikirlah mengingat Allah sebanyak-banyaknya.

Teruslah optimis, sebagaimana optimisnya para nabi, para rasul dan orang-orang saleh terdahulu. Sikap pesimis dan apatis tidak punya tempat di pondok ini!

Percayalah: "Sesungguhnya, sesudah kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya, sesudah kesulitan ada kemudahan" (Qs. [94]: 5-6)

نصر من الله وفتح قريب

والله الموفق إلى أقوم الطريق

والله ولي التوفيق

Bandara Soeta, 21 Sept 2016