TAZAKKA – Kalangan eksekutif seperti pejabat, pengusaha, dan profesional adalah elit umat yang sedikit banyak ikut menentukan arah kebijakan negeri. Oleh karenanya, mereka perlu mendapat perhatian dan sentuhan khusus dalam hal pencerahan pengetahuan dan wawasan keagamaan.
Untuk itulah, Yayasan Tazakka dengan Yayasan Abdul Gaffar Ismail (YAGIS) menggagas terselenggaranya perkuliahan Kajian Islam Tematik (KIT).
Perkuliahan perdana untuk Kajian Islam Tematik (KIT) telah dimulai pada Ahad malam, (19/4) bertempat di Gedung Yayasan Abdul Gaffar Ismail (YAGIS), Jl. Bandung 60, Pekalongan. Menghadirkan narasumber utama Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA dan KH. Anang Rikza Masyhadi, MA serta Dr. Rahmat Ismail, P.Si, putra dari Almarhum KH. Abdul Gaffar Ismail. Kuliah perdana mengambil topik Pengantar Tasawuf Modern.
KIT tersebut ditujukan untuk kalangan eksekutif yaitu pejabat pemerintahan, pengusaha, dokter spesialis, kepala rumah sakit, kepala perguruan tinggi, notaris, ketua ormas, dan para tokoh masyarakat.
Ali Sidqi, salah seorang Pengurus YAGIS, mengatakan bahwa peserta KIT ini meliputi tiga wilayah yaitu Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan dan Pekalongan Kota. "Digagas oleh Ustadz Anang dan tim dari Tazakka dan disambut oleh teman-teman di YAGIS, kemudian teknis perkuliahan ditangani oleh anak-anak muda dari IKPM (Ikatan Keluarga Pondok Modern), yaitu kumpulan para alumni Gontor yang ada di Pekalongan ini," ujarnya.
Pimpinan Pondok Modern Tazakka, KH Anang Rikza Masyhadi, MA dalam sambutan pembukaan menuturkan bahwa KIT merupakan sebuah majelis ilmu yang mencoba mengkaji Islam secara sistematis, ringan dan interaktif, dari kajian tafsir, hadits maupun fiqih ibadah dan wawasan Islam lainnya. “Setelah mengikuti KIT ini diharapkan dapat memperoleh bekal pemahaman dasar agama dengan baik agar bisa mengamalkannya dalam lingkup profesinya masing-masing”, ungkapnya.
"Yang paling penting, sebetulnya KIT ini adalah ajang silaturahim elit umat, karena mereka itu kan para penentu kebijakan di negeri ini, kalau mereka sering bertemu dan bertukar pikiran, saya yakin ada gagasan-gagasan baru yang bisa disinergikan untuk kemaslahatan dan kemajuan umat ini," paparnya.
"Jadi, KIT ini diharapkan dapat menjadi semacam LEMHANAS-nya para eksekutif di Batang, Pekalongan dan Kajen, sehingga orang kalau sudah ikut KIT itu ada brandnya, yaitu pemahaman agama yang luas yang diiringi dengan sikap saleh dan akhlakul karimah," imbuh dai muda energik ini.
Sementara itu, dalam ceramahnya, Prof. Nasaruddin Umar menjelaskan panjang lebar tentang thaharah (bersuci) seperti wudlu dan mandi besar. Mantan Wamenag itu sangat fasih menjelaskan tentang filosofi wudlu mulai dari berkumur, membasuh wajah, tangan, mengusap kepala, telinga hingga membasuh kaki.
"Ulama tasawuf menjelaskan hikmah wudlu dengan menjelaskan bahwa daerah-daerah yang dibasuh air wudlu adalah daerah-daerah yang paling sering berdosa. Membasuh tangan, misalnya, banyak sekali dosa tangan, mulai dari meraba, menunjuk, memukul bahkan menandatangani laporan palsu atau kebijakan yang menyimpang, maka itu dibasuh dalam wudlu supaya kita ingat ada dosa di situ," tukasnya.
Nampak hadir dalam launching KIT Walikota Pekalongan, Sekda Batang, Dandim Batang, mantan Sekda Kajen, para asisten ahli Pemkot Pekalongan dan Pemda Batang, beberapa Direktur rumah sakit (RSUD Batang, QIM, Siti Khadijah, RSI Pekajangan, RS Djunaid), Rektor Unikal, Mantan Kepala Lembaga Pendidikan Kepolisian, para dokter spesialis, notaris, bankir dan kalangan pengusaha.
Koordinator Pelaksana KIT, Ashimul Irfi, mengatakan bahwa perkuliahan diadakan tiap dua minggu sekali, yaitu Ahad malam Senin. "KIT ini berjenjang, KIT I, II dan III, masing-masing jenjang 10 kali perkuliahan" ujarnya.
Peserta yang absen tidak mengikuti perkuliahan, kata Irfi, maka harus mengulang terlebih dahulu sebelum masuk ke jenjang berikutnya. "Dan alhamdulillah sudah tiga kali perkuliahan ini absensi kehadiran di atas 80%, sebagian izin karena memang ada kesibukan dan acara kedinasan di luar kota" imbuh Irfi.
Selain Prof. Nasaruddin Umar dan Kiai Anang, beberapa narasumber lain: Prof. Dr. KH. Yunahar Ilyas, Dr. KH. Hamid Fahmy Zarkasyi, MA., M.Phil, Dubes KH. Muzammil Basyuni, Hj. Anisia Kumala Masyhadi, Lc., M.Psi, H. Oyong Sofyan, Lc., MA dan lain-lainnya.
Yang paling penting sebetulnya KIT ini adalah ajang silaturahim elit umat, mereka itu kan para penentu kebijakan di negeri ini, kalau mereka sering bertemu dan bertukar pikiran, saya yakin pasti ada gagasan-gagasan baru yang bisa disinergikan untuk kemaslahatan dan kemajuan umat ini
– KH Anang Rikza Masyhadi –
Sebelumnya:
Wakil Bupati Batang Resmikan TazkoBerikutnya:
Kamar Mandi Santri Masih Kurang Dana