PENGARAHAN UMUM PIMPINAN PONDOK SEBELUM PELAKSANAAN TARBIYAH AMALIYAH

PENGARAHAN UMUM PIMPINAN PONDOK SEBELUM PELAKSANAAN TARBIYAH AMALIYAH

TAZAKKA-Bapak Pimpinan dan Pengasuh Pondok, Ayahanda KH. Anang Rikza Masyhadi, M.A memberikan Pengarahan Umum sebelum Pelaksanaan Praktek Mengajar Siswa Kelas Akhir yang akan dimulai Selasa (16/3). Sabtu hingga Senin diisi dengan seminar-seminar dan pembekalan.

Praktek Mengajar atau Tarbiyah Amaliyah akan berlangsung selama kurang lebih 10 hari.

Praktek Mengajar ini wajib diikuti oleh Siswa Kelas Akhir sebagai salah satu syarat yudisium kelulusan.

Beberapa pointers pengarahan Ayahanda KH. Anang Rikza Maayhadi, M.A:

  • Aktivitas pertama kali yang dilakukan manusia di muka bumi adalah belajar mengajar. Baca Qs. Al-Baqarah: 31-33. Perhatikan skemanya.

Allah Mengajari Adam nama-nama benda seluruhnya (ilmu pengetahuan) (ayat 31); di sini Adam sbg pembelajar dan Allah Sendiri Yang Mengajarkannya. Lalu, Allah perintahkan Adam agar mengajarkannya kembali kepada para malaikat (ayat 33); di sini Adam sebagai pengajar.

Dalam proses belajar mengajar, diperlukan sikap tawadhu yaitu rendah hati, seperti ditunjukkan oleh para malaikat (ayat 32).

  • Tugas dan fungsi guru adalah sama dengan tugas dan fungsi yang diemban oleh para nabi dan rasul. Yaitu: mendidik dan mengajarkan kebenaran.

Kebenaran itu dari Tuhanmu (Allah), maka janganlah sekali-kali kamu sekalian termasuk orang-orang yang ragu. (Qs. Al-Baqarah: 147)

Maka, guru harus mengajarkan apa yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Jangan menyimpangkan ajaran. Ini amanat!

Maka, dalam sebuah ungkapan Arab disebutkan bahwa guru itu hampir saja menyerupai nabi (karena tugas dan fungsinya itu). “kaada al-mu’allim an yakuuna nabiyyan.”

Maka, guru itu hakekatnya bukan sekedar mengajarkan ilmu, atau menyampaikan materi, tapi membawa misi risalah. Di sisi ini ada dimensi keilmuan dan dimensi keteladanan akhlak. Jadi, guru itu bukan sekedar sumber ilmu, tapi juga sumber keteladanan akhlak. Sumber pengetahuan sekaligus sumber perilaku.

  • Karena tugas mulianya itu, Rasulullah SAW menghibur guru dengan sabdanya: “Sesungguhnya, Allah, para malaikat, penduduk langit dan bumi, bahkan semut yg berada dalam liangnya, atau karang di dasar lautan, semuanya senantiasa mendoakan (memohonkan ampunan) utk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. At-Turmudzi)

Rasul juga menegaskan: “Keutamaan orang berilmu (dan mengajarkan ilmunya) dengan orang ahli ibadah, seperti keutamaanku atas sahabat-sahabatku.”

Mengajarkan kebenaran dan kebaikan itu dapat membuat orang lain benar dan baik. Ada dimensi horisontalnya. Sementara ahli ibadah hanya berdimensi vertikal, hanya kepentingan dirinya sendiri.

  • Maka, menjadi guru / pendidik merupakan cita-cita tertinggi. Karena ia akan melahirkan manusia-manusia baru dan mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (minadzulumaati ilannuur).

Para sahabat Nabi itu adalah contoh hasil didikan langsung Nabi SAW, maka lahirlah manusia-manusia baru: Umar bin Khattab dulu berbeda dengan Umar bin Khattab setelah dididik oleh Rasul. Demikian pula sahabat-sahabat lain.

Baru pikirannya, baru perspektifnya, baru hatinya, baru komitmennya. Itulah mereka para sahabat setelah mendapat sentuhan didikan Rasul.

  • Maka, yang sudah menjadi guru, dan akan menjadi guru, jangan tergoda untuk menjadi ini itu. Karena posisimu sudah puncak. Jangan mendowngrade dirimu sendiri.

Keistiqomahanmu, keikhlasanmu, dan kesabaranmu dalam mengajarkan kebenaran akan dicatat oleh sejarah, dan menjadi jariyah yang tak akan pernah putus pahalanya.

Karena dari tangan kalianlah akan lahir saudagar baru, pemimpin baru, jenderal baru, bahkan ulama-ulama baru. Dunia ini butuh manusia-manusia baru yang terdidik, yang tercerahkan, yang mendapat hidayah.