“SEBAIK-BAIK TEMAN DUDUK SEPANJANG WAKTU ADALAH BUKU.”
Demikianlah pepatah Arab yang sudah sangat familiar di hati dan pikiran para santri. Diajarkan sejak kelas I.
خير جليس في الزمان كتاب
Hari-hari ini, terutama, siapapun yang masuk ke kampus Pondok Modern Tazakka akan menjumpai di sana sini anak-anak menenteng buku / kitab dan membacanya. Ada yg menyendiri, ada yg lebih suka membaca bersama teman-temannya. Ada juga yg tidak paham dan menanyakannya kepada guru yang setiap saat dapat dijumpai dimana saja. Ada yang bersuara; ada yang belajar dalam diam. Itu soal style aja atau cara belajar masing-masing anak, mana yang lebih enjoy bagi tiap anak.
Sementara, guru-guru sibuk juga menyiapkan ujian semester. Ada yang di kepanitiaan; ada yang ditugasi membuat soal-soal ujian; dan ada yang membantu kepanitiaan ujian di sektor-sektor lain. Sedangkan para wali kelas dan guru mapel pun tak kalah sibuknya; baik itu mereview pelajaran kepada anak-anak saat belajar malam hari secara terbimbing (muwajjah) maupun mengejar target yang ditentukan oleh Direktur KMI. Jika Anda datang malam hari, maka Anda akan menyaksikan suasana kampus layaknya “pasar malam“; di sana-sini anak-anak bergerumung dengan suara-suara bacaan, hapalan, dan diskusi di sana sini.
Yang ditugasi membuat soal-soal ujian didahului dengan pengarahan-pengarahan oleh Pimpinan dan Direktur KMI secara berjenjang. Dan setelah soal dibuat, mereka harus mendiskusikannya kepada Master Teacher atau Majelis Guru, Setelah fiks, baru dibawa ke Pleno Majelis Guru dan Direkrur KMI.
Soal harus memenuhi standar mutu akademik yang telah ditetapkan oleh Pimpinan Pondok dan Direktur KMI. Model dan konsepnya tidak boleh menyimpang. Bentuk soal pun harus essay dan harus bisa mendorong daya berpikir, daya nalar dan daya artikulasi. Melalui ujian kita ingin mendidik anak-anak berpikir mandiri, tetapi bertumpu pada teori dan logic yang ada dalam pelajaran.
Kita ajarkan pula pada anak-anak sebuah falsafah ujian, bahwa: UJIAN UNTUK BELAJAR, BUKAN BELAJAR UNTUK UJIAN. Melalui ujian ini, kalian harus belajar mulai dari mengatur waktu, menelaah buku, diskusi, menjawab soal, hingga belajar menerima apapun hasilnya nanti.
Maka, lulus ujian itu penting, tapi menyikapi kelulusan adalah jauh lebih penting. Betapa banyak orang yang pada awalnya lulus, tapi karena keliru menyikapinya akhirnya cepat jatuh. Dan betapa banyak orang yang gagal dan jatuh, tapi karena menyikapinya yang keliru akhirnya tidak bisa bangkit lagi.
Jadi, intinya ada pada sikap. Maka, UJIAN UNTUK BELAJAR, yaitu belajar bersikap. Ini penting, karena selama ini aspek ini banyak dilupakan oleh pendidikan kita. Anak-anak ibarat mesin saja yg disuruh menyelesaikan soal-soal ujian belaka tanpa penalaran dan perenungan hakekat.
Sikap itulah yang diajarkan oleh para nabi dan rasul tiap menghadapi ujian. Sebagaimana kita ketahui, para nabi dan rasul hampir semuanya mengalami ujian yang sangat berat. Tidak ada yang ringan. Tapi, mereka sukses melaluinya karena sikapnya yang benar sesuai petunjuk Allah SWT. Maka, kemudian orang-orang beriman pun akan selalu diuji.
Ohya, ada satu lagi falsafah ujian yang sering kita dengungkan pada anak-anak santri yang juga telah mendarah-daging pada diri mereka karena diajarkan sejak kelas I pula. Yaitu: “Melalui ujian, seseorang akan dimuliakan atau dihinakan“. Pilihan ada di tanganmu: mau jadi orang mulia atau hina. Ujian adalah pintu menuju keduanya. Kejayaan atau kehancuran. Kemajuan atau kemunduran.
بالامتحان يكرم المرء أو يهان
Selamat belajar, anak-anakku…. selamat ujian, gapailah kemuliaan melalui ujian ini. Doaku menyertaimu selalu semoga sukses dan berkah selalu.
@ayahanda Anang Rikza Masyhadi, MA
www.tazakka.or.id
Sebelumnya:
Rektor UGM & UMS Di Masjid Agung Al-Azhar CairoBerikutnya:
Santri Well Trained