Moscow – Di Moskow transportasi paling praktis adalah dengan Metro (kereta bawah tanah). Ada jalur bertingkat berlapis ke bawah. Lebih dari 200 stasiun bawah tanah, dan uniknya semuanya berbeda desainnya; gak ada yang sama. Stasiun Metro bawah tanah bertingkat-tingkat, yang paling bawah di kedalaman sekitar 100an m dari permukaan. So, naik eskalatornya tinggi alias panjang, dengan kemiringan 45 derajat. Saya mencoba menghitungnya saat naik eskalator ini: pas dua menit naik; bagi yang takut ketinggian jangan noleh ke belakang ya saat naik eskalator.
Stasiun bawah tanah ini, konon dibangun pertama kali pada 1935. Meskipun ide pembangunannya sudah muncul dan menjadi wacana di Moskow sejak 1875. Hehe… kala itu bangsa kita belum merdeka, masih berkutat melawan penjajah, mereka sudah berpikir dan membangun Metro. Orang lebih memilih moda transportasi massal seperti kereta daripada mobil: bebas macet. Konon, macetnya Moskow melebihi Jakarta. Maklum, termasuk negara dengan penduduk terpadat.
Metronya tepat waktu, disiplin dan bersih. Saya senang budaya mereka yang disiplin. Naik eskalator aja berjejer di sebelah kanan, karena yang kiri bagi yang ingin mendahului ingin cepat.
Konon, Metro Moskow bisa dianggap sebagai metro tercantik di dunia dan ternyaman di Rusia. Bagi para turis, keliling kota Moskow dari stasiun ke stasiun sudah keren banget, bahkan terdapat museum metro Moskow di stasiun Sportivnaya.
Pembangunan itu dimulai pada 15 Mei 1935, dengan satu lini metro dari Sokolniky ke Park Kultury.
Saat ini, terdapat lebih dari 200an stasiun di seluruh jaringan metro Moskow (44 di antaranya merupakan situs warisan budaya), dan akan terus bertambah banyak; dengan 12 lini dengan total panjang 327,5 kilometer. Kereta tiba dan berhenti rata-rata sekitar tiap dua menit sehingga Anda tak perlu khawatir ketinggalan kereta.
Menurut sejarawan arsitektur, profesor, sekaligus cucu salah satu konstruktor metro yang paling penting, Alexei Dushkin, Natalya Dushkina, insinyur London, Paris, dan Berlin diundang ke Moskow untuk konsultasi, mereka diyakinkan bahwa mustahil membangun jaringan kereta bawah tanah di sini karena sulitnya daratan Moskow.
Namun berkat insinyur Rusia, hidrogeologis dan arsitek Moskow, sistem bawah tanah raksasa berupa lapangan dan jalanan di kota bawah tanah sungguhan yang meniru ibu kota berhasil diciptakan.
“Saya membangun stasiun Kropotkinskaya. Untuk membangunnya, para konstruktor harus mempelajari sejarah arsitektur bawah tanah Mesir. Puncak tiang, diterangi oleh lampu minyak dari labirin piramida di bawah tanah, digunakan sebagai model acuan. Itu merefleksikan realitas fungsional yang dibutuhkan. Saya menyukai stasiun Avtozavodskaya karena itu dibangun dalam satu helaan napas. Jelas, itu mengekspresikan esensi konstruktif dan, seperti gereja-gereja Rusia, kemurnian karya seni. Selain itu, Avtozavodskaya merupakan stasiun pertama yang dibuat dengan lantai granit” ujar sang arsitektur Metro Moskow, Alexey Dushkin.
Alexey Dushkin adalah arsitek revolusioner stasiun metro Moskow. Selain merancang banyak stasiun, ia juga membangun pemberhentian pertama di dunia dengan fondasi mendalam dan pilar: Mayakovskaya. Natalya Dushkina menyebutkan, peringkat stasiun terbaik dipublikasikan pada ulang tahun metro yang ke-75, dan karya kakeknya: Kropotkinskaya, Mayakovskaya, dan Ploshchad Revolyutsii (Lapangan Revolusi), masuk ke dalam tiga besar.
Menurutnya, Dushkin “berdiri di fondasi konstruksi metro dan sekolah di Moskow, menciptakan prinsip pekerjaan bawah tanah”. Pertama, semua prinsip terkait stasiun jelas mengekspresikan basis pembangunan dan pentingnya cahaya dalam pembuatan struktur arsitektur di ruang bawah tanah.
“Kropotninskaya menggunakan sumber cahaya tersembunyi, cahaya yang dengan lembut menyebar di ruangan, menciptakan efek enfilade halus yang megah. Di stasiun Mayakovskaya, Dushkin merasa ‘periskop’ pada kubahnya membosankan, dan menghiasinya dengan mozaik,” terang sang cucu.
“Selain itu, ia adalah pionir dalam mencampurkan beragam bentuk seni bawah tanah, mengombinasikannya dengan teknologi terbaru. Ia merupakan orang pertama yang menggunakan patung (Ploshchad Revolyutsii) dan mozaik kaca (Mayakovskaya) di stasiun. Ia yang pertama kali memperkenalkan material dekorasi (baja poles di Mayakovskaya). Dan setelah perang, ia menggunakan aluminium di Novoslobodskaya, begitu pula gelas kaca. Akhirnya, pada 1943 ia menempatkan granit di staisun metro Avtozavodskaya, menegaskan pentingnya bahan keras untuk melapisi lantai (sebelum aspal atau keramik digunakan untuk itu)”.
Pada masa perang, metro (yang ditutup hanya pada 16 Oktober 1941, setelah dekrit “mengevakuasi” ibu kota Uni Soviet), berstatus sebagai kota kedua. Stasiun metro menjadi bungker, bahkan rumah sakit bersalin yang melahirkan 217 anak.
Ketika ancaman penyerangan Moskow berlalu, stasiun baru mulai dibangun. Pada masa perang, tujuh stasiun dibangun, termasuk Avtozavodskaya (salah satu stasiun kebanggan Dushkin) dan Novokuznetskaya (proyek Ivan Taranov dan Nadezhda Bykova).
Di Novokuznetskaya, Anda sebaiknya tak hanya melihat mozaik aula utama, yang juga didesain oleh Deineka dan didedikasikan bagi kehidupan dan kerja masyarakat di garis belakang, tapi jika Anda menaiki tangga berjalan atau eskalator, Anda akan melihat ruang depan metro pertama Moskow dalam bentuk rotunda berkubah (dirancang oleh tim arsitek yang dikepalai Vladimir Gelfreich dan Igor Rozhin).
Tiga hari saya dan rombongan mengunjungi tempat-tempat penting di Moskow menggunakan metro. Wow, keren habis, speechless, rasanya ga bisa diungkapkan saking banyaknya pikiran yang berkecamuk di pikiran saya. Menurutku, jika kita ingin bikin seperti Metro di Moskow itu, atau seperti di kota-kota di Eropa dan Amerika, saya tidak yakin 25 tahun lagi bisa. Mungkin butuh 40an hingga 50an tahun. Jika ingin dikebut dalam 25 tahun, tentu energinya sangat besar!
Kesimpulan saya ada tiga faktor penting kemajuan bangsa:
1. Budaya / kultur
2. Infrastruktur
3. Sistem
Infrastruktur bagus tapi jika sistemnya tidak kuat, maka akan rusak. Contoh, jalan dibangun dengan cor beton, tapi sistem tidak ditegakkan, truk melebihi tonase dibiarkan hanya dengan menyuap petugas di jalanan. Maka, hancurlah infrastruktur itu dalam sekejap.
Bikin stasiun kereta api bagus, keretanya juga bagus, tapi jika sistemnya tidak kuat, misal orang yang tidak punya tiket bisa masuk stasiun misalnya, maka ini bisa kacau. Termasuk ketepatan waktu, harus presisi bahkan hingga detik per detik. Ada timer di stasiun yang menggambarkan kereta ini akan datang dalam sekian menit / detik, dan ternyata pas: presisi.
Infrastruktur dan sistem kuat, tapi jika budaya dan mentalitas masyarakatnya tidak mendukung ya sama saja nol besar. Kemarin, saya masuk museum kerajaan Rusia kuno, dan ada taman sangat luas. Nyaris tidak ada sampah, karena tidak ada orang ngemil makanan, karena tidak ada asongan dan warung-warung. Bahkan saya tidak melihat ada cleaning servis. Tempat sampah pun jumlahnya sangat terbatas. Saya membayangkan andaikata obyek wisata ini ada di negara kita, pasti sudah penuh dengan orang gelar tikar dan makan-makan. Lalu sampahnya berserakan dimana-mana.
Jadi soal kebersihan, ini dilema. Diperbanyak cleaning servisnya dan tong sampahnya, apa diubah dulu budaya dan mindset masyarakatnya? Bangsa kita memilih yang pertama: perbanyak cleaning servis dan tong sampah. Sedangkan bangsa Eropa, Rusia dan negara-negara maju memilih kedua: ubah budaya dan mindset sehingga tidak perlu ada cleaning servis berkeliaran dan tong sampah dimana-mana.
Mengubah budaya bangsa butuh satu hingga dua generasi. Dan itulah tugas terberat pendidikan. Tugas para orang tua di rumah, tugas guru di sekolah, tugas masyarakat. Tugas kita!
Di perjalanan terakhir menggunakan metro di Moskow, saya katakan pada temanku yang serombongan: “Ini sih namanya kota di bawah kota, tuh lihat manusia sebanyak ini berlalu lalang dengan kesibukannya masing-masing keluar masuk metro, kita ini di bawah tanah, Bung, jangan-jangan entar mau dibagun lagi tingkat ke bawah lagi, sementara kita baru bisa ngebor sumur, hehehe” gumamku.
Moskow, sebuah peradaban metro yang mengagumkan dan membuatkan berpikir keras bagaimana bangsaku bisa maju seperti itu!
@anangrikza, kabar dari moskow