TAZAKKA,- Pondok Modern Tazakka kembali menunjukan kepeduliannya terhadap masa depan pesantren di Indonesia. Pimpinan PM Tazakka, Ustadz Anang Rikza didampingi para asatidz turut serta menghadiri acara Simposium Nasional Pesantren di Sawangan Depok Jawa Barat, Ahad (16-17/12). Simposium dua hari yang bertema “Reposisi Strategis Pesantren dalam Pembangunan Indonesia Abad XXI” juga dihadiri oleh lebih dari 260 pesantren se-Indonesia dimana sekitar 80% adalah pondok alumni Gontor. Tidak ketinggalan KH. Hasan Abdullah Sahal dan KH. Syukri Zarkasyi pun hadir dalam acara tersebut.
Acara yang diselenggarakan oleh Aspirasi Indonesia (AI) ini berawal dari kegelisahan terhadap stigmatisasi negatif terhadap pesantren, stereotyping dan labeling soal terorisme Islam hingga nuansa kriminalisasi dan marjinalisasi. Belum lagi secara sistem pendidikan nasional, pesantren hanya ditempatkan sebagai “sub pendidikan nasional”. Menurut Dr. Adyaksa Dault, selaku Ketua AI, itu artinya pesantren masih diletakan sebagai pemain cadangan dan bukan pemain utama, dengan demikian posisi pesantren saat ini masih rentan dalam konteks kebijakan dan anggaran negara sehingga perlu perhatian lebih agar pesantren bisa menjadi pemain utama.
Simposium ini mengundang Menko Perekonomian Hatta Radjasa sebagai keynote speaker, dilanjutkan dengan diskusi oleh para narasumber antara lain H. Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan RI), Dr. KH. Amal Fathullah Zarkasyi, MA (Pondok Modern Gontor) Dr. H. Husnan Bey Fanani, MA (anggota DPR RI), DR. Ari Ginanjar Agustian (ESQ) dan Dr. KH. Sofwan Manaf, M.Si. (Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta).
“Pesantren tidak hanya menjadi lembaga pemurnian ajaran Islam tetapi juga harus menjadi the center of excellence atau pusat keunggulan umat. Pondok Modern Gontor saya anggap sebagai the knowledge society yaitu umat yang berilmu pengetahuan dan juga masyarakat memiliki akhlak dan ilmu agama yang kuat” terang Hatta.
Pada kesempatan itu, KH. Hasan Abdullah Sahal dalam sambutannya mengatakan posisi pesantren saat ini seperti Nabi Yusuf menghadapi sebelas saudaranya, ditekan dari kanan, kiri, depan dan belakang, tapi malah jadi menteri. “Artinya pondok pesantren tidak akan kalah oleh intervensi pihak luar yang tidak senang terhadap pesantren’ demikian tegasnya.
“Pesantren itu dibantu, berjalan, tidak dibantu juga tetap berjalan, tapi kalau dibantu maka jalannya bisa lebih cepat” lanjut Kiai Hasan. Berarti meskipun pondok pesantren tetap dapat bergerak sendiri, tetapi tetap harus dibela, karena ini merupakan solusi penyelamatan akhlak dan moral bangsa yang semakin lama semakin terpuruk, untuk itulah perjuangan pembelaan pesantren harus terus ditegakan.
Dalam acara ini Ustadz Anang Rikza selaku Pimpinan PM Tazakka berkesempatan memimpin salah satu forum diskusi 260an kiai pesantren yang bertema “Peran, Kiprah dan Kontribusi Pesantren dalam Pengembangan Kehidupan Ekonomi, Sosial, Budaya dan Kehidupan Keagamaan di Indonesia”. (@subhi)
“Pesantren tidak hanya menjadi lembaga pemurnian ajaran Islam tetapi juga harus menjadi the center of excellence atau pusat keunggulan umat” (Menko Ekuin, Hatta Radjasa)
Acara simposium pesantren ini diadakan dengan harapan agar terciptanya sebuah legalitas hukum yang menguatkan posisi pondok pesantren di Indonesia agar tidak terjadi lagi masalah-masalah yang timbul dari pihak-pihak yang sengaja ingin membuat jelek citra pesantren. Namun dalam posisi ini Bey Fanani mengungkapkan “jangan sampai seolah-olah kita (pesantren) yang membutuhkan keterjaminan hukum, tetapi logikanya harus dibalik bahwa negara lah yang membutuhkan pesantren sehingga harus diberi kekuatan lebih dalam aspek legal” hal ini senada dengan ungkapan KH. Hasan Abdullah Sahal bahwa
Lihat juga:
Pendaftaran Online Santri baru Santri Pondok Modern Tazakka
Formulir Online Santri Baru Santri Pondok Modern Tazakka
Sebelumnya:
Majelis Taklim Tazakka di JakartaBerikutnya:
Lantai Dua Gedung Rabithah Segera Selesai