MADINAH – Dalam lawatannya ke Saudi Arabia, para kiai pengasuh pesantren mengunjungi Universitas Islam Madinah, Senin (26/12). Mereka disambut hangat oleh Syaikh Prof. Dr. Hasan Al-Aufi, Wakil Rektor Bidang Kerjasama Internasional & Pertukaran Ilmu Pengetahuan. Delegasi dipimpin oleh Komjen Pol (Purn) Dr. H. Syafruddin Kambo dan Dr. H. Ardilla Amry.
Dalam sambutannya, Syaikh. Hasan Al-Aufi mengaku merasa mendapatkan kemuliaan dengan kunjungan para kiai tersebut. Menurutnya, hubungan kerjasama antara Universitas Islam Madinah dan Indonesia telah terjalin lama. Para alumni Madinah pun telah menunjukkan kiprah dan perannya dalam konteks kehidupan keagamaan dan kebangsaan di Indonesia.
Pernyataan senada dilontarkan pula oleh Ketua Dewan Masjid Indonesia Dr. Syafruddin. Menurutnya, ke depan kerjasama antara Universitas Islam Madinah dengan Indonesia perlu terus ditingkatkan, khususnya dengan memperluas cakupan ke pesantren-pesantren dan lembaga-lembaga Islam di Indonesia.
Menurut Syafruddin, Bangsa Indonesia sebagai negara terbesar berpenduduk Islam melalui lembaga lembaga pendidikannya seperti pesantren, harus melakukan percepatan kaderisasi SDM unggul, salah satunya dengan cara mengirimkan para alumni dan kader-kadernya untuk studi di Univ. Islam Madinah.
“Saudi Arabia menjadi salah satu negara tujuan yang baik untuk melanjutkan studi bagi umat Islam Indonesia”, imbuhnya.
Syaikh Hasan Al-Aufi menuturkan bahwa saat ini kuota penerimaan beasiswa untuk mahasiswa Indonesia terus mengalami peningkatan, dan insyaAllah akan mencapai 200 orang tiap tahunnya.
Selanjutnya, Syafrudin menimpali agar kuotanya ditingkatkan menjadi 300 atau lebih agar dapat memberi kesempatan kepada semakin banyak pesantren dan lembaga Islam, termasuk masjid-masjid yang jumlahnya hampir mencapai 1 juta.
Al-Aufi menaruh perhatian serius terhadap usulan ini dan akan membahasnya secara komprehensif bersama pejabat-pejabat yang berwenang di Universitasnya.
Dalam pertemuan itu, Dr. KH. Sofwan Manaf, Pengasuh Pesantren Darunnajah menyebutkan bahwa saat ini terdapat 40 guru dari utusan berbagai pesantren yang sedang mengikuti pelatihan pembelajaran bahasa Arab selama satu bulan di Universitas Islam Madinah.
Kiai Sofwan menyiratkan bahwa pihaknya akan mengirimkan lagi dalam jumlah yang lebih banyak.
Sementara itu, Dr. Masykuri dari Majelis Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah juga berharap agar pesantren-pesantren Muhammadiyah yang jumlahnya 450an itu dapat mengirimkan kader-kadernya untuk belajar di Madinah.
Senada, KH. Kafabihi Mahrus, Pengasuh Pesantren Lirboyo Kediri menegaskan bahwa peningkatan kerjasama dengan Universitas Madinah menjadi penting supaya semakin banyak santri bisa melanjutkan studi di Madinah. Nahdhatul Ulama sendiri, menurutnya memiliki lebih dari 30 ribu pesantren yang berafiliasi kepada ormas Islam terbesar itu.
Sementara itu, KH. Lukman Haris Dimyati, Sekjen Forum Komunikasi Pesantren Muadalah dan juga Pengasuh Pesantren Termas, Pacitan, menyinggung sejarah masa lalu tentang tradisi nyantri para ulama Nusantara di Tanah Haramain, termasuk kakek beliau Syaikh Mahfud At-Tarmasi hingga wafat di Makkah dan dimakamkan di Ma’la.
KH. Anang Rikza Masyhadi, Pimpinan dan Pengasuh Pondok Modern Tazakka menegaskan bahwa inisiasi memperluas kerjasama dan networking pesantren dengan dunia internasional perlu dilakukan secara terus menerus dan terstruktur.
Selain sinergi dan kolaborasi di dalam negeri antar pesantren dan juga dengan perguruan tinggi yang sudah berjalan, saatnya kalangan pesantren juga mengembangkan sinergi dan kolaborasi khususnya dalam pengembangan SDM dengan dunia internasional, ujar Sekjen Forum Pesantren Alumni Gontor itu.
Di waktu yang sama, Sekjen MUI Buya Amirsyah Tambunan yang turut hadir dalam pertemuan itu menyinggung tentang pentingnya persatuan dan kesatuan umat, perlunya menyamakan persepsi dan bersinergi dalam gerakan-gerakan keumatan untuk menyongsong Indonesia yang maju di masa depan.
Usai bertemu rektor, para delegasi menyempatkan diri mengunjungi Lembaga Riset dan Pelatihan Bahasa Arab untuk melihat pelaksaan daurah atau pelatihan bahasa Arab yang sedang berlangsung.
Di sana, para kiai diterima oleh Kepala Pusat Riset Syekh Dr. Sami As-Sulami dan CEO Program Program Learn Arabic Syeikh Dr. Badr Hudaiban Al-Harbi (CEO Ta’allam Arabiyah).
Para kiai sempat masuk ke kelas-kelas dan melihat langsung proses dan metode pengajaran bahasa Arab untuk penutur non-Arab.
Mereka bertemu dengan para peserta pelatihan dari utusan pesantren-pesantren di Indonesia.
Turut hadir dalam kunjungan ke itu: Kiai Zulkifli Muhadli (Al-Ikhlas Taliwang), Kiai Tata Taufik (Al-Ikhlas Kuningan), Kiai Anang Azhari Ali (Al-Mizan Banten), Kiai Akomadien Sofa (Al-Hikmah 1 Brebes), Kiai Noor Syahid (Gontor), dan Kiai Daden Muhammad (Al-Masturiyah, Sukabumi), Kiai Anizar Masyhadi (Tazakka, Batang).
Sementara itu, dari kalangan akademisi nampak menyertai: Duta Besar Prof. Dr. Ismunandar (Utusan Tetap RI untuk Unesco), Dr. Abdul Hafidz Zaid (Wakil Rektor UNIDA Gontor), dan Prof. Dr. Sangidu As-Shofa (Guru Besar Sastra Arab Modern UGM).