IKPM Gontor Cabang Pekalongan Gelar Halal Bi Halal di Tazakka

IKPM Gontor Cabang Pekalongan Gelar Halal Bi Halal di Tazakka

Tazakka — Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Gontor Cabang Pekalongan mengadakan silaturahim dan halal bi halal di Aula Rabithah Pondok Modern Tazakka, Senin (7/4). Acara itu dihadiri 150an alumni Gontor, baik putra maupun putri.

Selain dihadiri oleh Bapak Pimpinan dan Pengasuh PM Tazakka, K.H. Anang Rikza Masyhadi, M.A., Ph.D. yang juga sebagai Ketua Umum IKPM Pekalongan, nampak hadir para sesepuh IKPM seperti Ustadz. Drs. H. Muslih Husein, M.Ag., K.H. Muhammad Bisri, S.H.I., M.Si., Ustadz. Mukti Widodo, dan Ustadz. Mursyidi.

Ustadz. Arza Kurnia, Ketua Harian IKPM saat dikonfirmasi menyampaikan bahwa dalam gelaran tahunan tersebut berjalan sesuai dengan rencana. “Kita sowan ke Kiai Anang lebaran hari ketiga. Meskipun hanya punya waktu 5 hari, alhamdulillah banyak yang hadir di acara ini, bahkan melebihi dari daftar di grup IKPM. Dan tentunya yang paling kita syukuri adalah acara berjalan lancar dan guyub. Terima kasih teman-teman IKPM Pekalongan yang sudah hadir” ucapnya.

Dalam sambutannya, Ustadz Muslih Husein yang didaulat mewakili sesepuh IKPM mengajak semua alumni yang hadir untuk terus menjaga dan meningkatkan kualitas ketaqwaan pasca Ramadhan. Beliau juga mengajak seluruh hadiri untuk terus memperbanyak dzikir dan syukur kepada Allah.

Lantas, Ust Muslih memberikan pesan kepada seluruh Alumni dengan menjabarkan empat huruf dalam kata IKPM yang merupakan wadah organisasi alumni Gontor tersebut. Menurutnya kata IKPM tersebut jika dijabarkan menjadi sebuah sebagai risalah sebagai seorang alumni yang sukses.

“I itu artinya inkrah dalam hukum dan pekerjaan, K adalah kolaborasi dan sinergi menuju kemajuan, P bermakna progres pada pengetahuan, keilmuan dan wawasan, serta M yang memiliki arti modern dalam berpikir dan filosofis” jabarnya.

Di akhir sambutannya, beliau berpesan agar para alumni saat kembali ke masyarakat menjadi alumni yang bisa diandalkan, menyelesaikan tugasnya dengan sempurna dan tuntas, berpengetahuan luas, mengupgrade wawasannya, serta menjadi role model dalam berpikir, berbuat, dan berfilosofi.

Adapun Kiai Anang mengawali sambutannya dengan ucapan selamat datang dan selamat hari raya kepada seluruh anggota IKPM Pekalongan yang memadati Aula Rabithah pagi itu.

Beliau juga menyampaikan kepada semua hadirin agar tidak kehilangan makna dan sakralitas dari acara silaturahim dan halal bi halal yang telah menjadi tradisi masyarakat muslim Indonesia pada momentum Hari Raya Idul Fitri. Karena menurut beliau, banyak ajaran agama yang telah mengalami desakralisasi.

“Sebagai contoh adalah malam hari raya yang harusnya sakral karena anjuran untuk mengumandangkan takbir, kini banyak berganti dengan hanya sekedar malam perayaan yang berisi hura-hura, bahkan gema takbir menjadi hilang” jelas Kiai Anang.

Beliau juga memberikan contoh desakralisasi lainnya seperti lunturnya budaya silaturahim sesama muslim di momentum hari raya serta banyaknya orang yang mudik lebaran saat bulan puasa, namun mereka justru secara terang-terangan tidak berpuasa.

Maka, Kiai Anang pun menyimpulkan bahwa semua yang diajarkan oleh Gontor kepada santri-santrinya adalah sebuah seperangkat yang bisa menjadi pegangan hidup ketika mereka menjadi alumni.

“Gontor telah mengajarkan dan mendidik para santrinya dengan seperangkat nilai, sistem, sunnah, filosofi, ajaran, pendidikan, dan banyak lagi yang kemudian menjadi habit dan kepribadian kita. Maka, sekarang ini tinggal bagaimana kita, mau mengamalkan atau tidak?” lanjutnya.

Beliau pun mencontohkan dengan pengalaman Tazakka. Bahwa dengan adanya guru-guru Tazakka yang kebanyakan alumni Gontor, sangat memudahkan pondok dalam pola pendidikan, pengajaran dan perjuangannya. “Karena mereka telah memegang erat jiwa keikhlasan dan kesederhanaan, serta punya etos perjuangan dengan segala loyalitas dan dedikasinya” ujarnya.

Mengakhiri sambutannya, Kiai Anang kemudian menjelaskan filosofi kesuksesan seorang alumni. Menurutnya, kesuksesan bukan dilihat dari lahiriahnya atau membandingkan dengan orang lain. “Tapi sukses itu diukur dari batiniyahnya, diukur apakah sudah sesuai dengan cita-citanya, diukur dari seberapa besar manfaat kita bagi orang lain dan masyarakatnya” pungkasnya.

Acara kemudian diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh Ustadz Mursyidi, lalu dilanjutkan dengan shalat Dzuhur berjamaah di Masjid Az-Zaky, perfotoan bersama di halaman Rabithah dan jamuan makan siang di area Taman Cordoba.