Makkah – Pendidikan diantaranya adalah melalui penugasan. Dalam penugasan ada seperangkat nilai-nilai pendidikan yang ditanamkan, antara lain: tanggungjawab, kepedulian, menejemen, problem solver, kebersamaan (teamwork), kemandirian, kecekatan, dedikasi, kepedulian, dan nilai-nilai pendidikan lainnya masih banyak.
Terkadang, mendidik itu dengan cara memberi mereka masalah untuk mereka selesaikan. Jangan semua masalah kita selesaikan, nanti anak-anak tidak punya kesempatan berlatih, akibatnya menjadi anak manja, tidak cakap.
Di Pondok Modern Tazakka pendidikan penugasan dimulai sejak pertama kali mereka masuk pondok, dari kelas I. Mulai dari mengurus kamar, meliputi kebersihan dan kerapiannya, mengatur disiplin anggota kamar, keamanan dan ketertibannya dan lain sebagainya.
Semakin tinggi kelasnya, cakupan penugasannya semakin kompleks dan luas. Kelas IV sudah mulai ditugasi memimpin klub-klub olahraga, ekstrakurikuler, dan menjadi kader pengurus asrama maupun organisasi pelajar.
Kelas V mereka akan ditugaskan untuk mengurus asrama; artinya cakupannya lebih luas. Memimpin dan mengelola sekitar 100 hingga 150 santri tiap asrama. Dari bangun tidur hingga bangun tidur kembali: 24 jam sehari. Mulai dari keamanan, ketertiban, kebersihan, kerapian, hingga penegakan disiplin bahasa resmi Arab Inggris di asramanya.
Penugasan itu terus berjenjang hingga puncaknya mereka mendapat penugasan di Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) di kelas V dan VI. Ada sekitar 19 Bagian OPPM: Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, Bag. Keamanan, Bag. Penerangan, Bag. Koperasi Pelajar, Bag. Penerimaan Tamu, Bag. Takmir, Bag. Kesehatan, Bag. Koperasi Dapur, Bag. Laundry, Bag. Pembangunan Listrik & Pengairan, Bag. Kebersihan Lingkungan, Bag. Media Center, Bag. Ziswaf, Bag. Kesenian & Keterampilan, dan lain-lainnya. Tentu saja, ini cakupannya paling kompleks dan paling luas dalam jenjang penugasan santri: mencakup seluruh denyut kehidupan pondok: dari A sampai Z.
Bagian Pembangunan Listrik & Pengairan, misalnya, mengurusi dan bertanggung jawab terhadap seluruh jalannya pembangunan pondok, kelistrikan dan pengairan. Jadi, jika ada lampu pondok yang mati, seperti lampu menara masjid, maka mereka yang memperbaiki / menggantinya. Atau pondok butuh debit air lebih besar untuk mencukupi kebutuhan santri, maka mereka berpikir menemukan solusinya (seperti terlihat dalam foto).
Bagian Koperasi Pelajar mengelola layaknya toko / supermarket yang menyediakan semua kebutuhan harian santri. Mulai dari pengadaan barang, sirkulasi keuangan, penjualan, stok opname, termasuk mengelola kantinnya dan lain sebagainya. Tiap hari omsetnya mencapai rata-rata Rp. 8 jutaan dengan 600-an santri.
Bagian Dapur, ia mengelola makan santri sebanyak 600 orang, plus guru 100 orang, plus pekerja 50-an orang; semuanya makan sehari tiga kali. Apa lauknya, bagaimana berhubungan dengan suplier bahan bakunya, menejemen keuangannya, mendisiplinkan pekerja pemasak dan kebersihan dapur, juga mengatur menu harian dan mingguan. Mereka layaknya punya perusahaan katering beromset ratusan juta rupiah sebulan.
Bagian Penerimaan Tamu tak kalah sibuknya. Mulai dari para walisantri yang datang hendak menjenguk putranya, tamu-tamu pimpinan pondok bahkan hingga sekelas Wakil Presiden atau tamu-tamu internasional dari tokoh-tokoh luar negeri. Anak-anak di Bagian Penerimaan Tamu sudah terlatih menerima, melayani dan menyiapkan segala keperluan keprotokoleran yang standar. Saat Wapres RI datang ke pondok, anak-anak langsung bisa bekerjasama dan berkolaborasi dengan tim Setwapres dan Paspamres.
Semua itu mereka lakukan tanpa harus mengganggu kegiatannya dalam belajar di kelas. Justru mereka sedang kita didik untuk berlatih membagi waktu, pikiran, hati dan tenaganya agar bisa berjalan semua dengan baik. Bukankah kehidupan yang akan mereka hadapi kelak meniscayakan hal demikian itu?
Itu baru beberapa contoh saja. Di pondok, nyaris tidak ada pegawai. Paling-paling hanya tukang masak, beberapa tukang bangunan untuk tambal sulam, dua orang tukang kayu untuk perbaikan dan maintenance properti, dan satu dua orang cleaning service untuk backup santri. Karena hakekatnya semuanya dikelola oleh anak-anak santri. Dengan begitu, pondok menjadi laboratorium kehidupan bagi mereka. Dan inilah bagian dari cara kami mendidik. Tentu, dengan segala kekurangannya. Dan karena itulah pembimbingan & pengasuhan harus terus melekat.
Kata kunci mendidik mereka seperti ini adalah: “al-ma’iyyah wal muroqobah“: membersamai dan mengevaluasi. Membersamai mereka dalam melaksanakan tugas, mulai dari mengarahkan, mengajarkan, melatih, menuntun, hingga terkadang harus berada di tengah-tengah mereka dan terlibat dalam pekerjaan tugas mereka. Selanjutnya, mengevaluasinya jika ada hal-hal yang perlu diluruskan dan memantapkan mereka agar memenuhi standar tinggi dalam target pelaksanaan tugasnya.
Dengan demikian, mereka akan menjadi santri yang “WELL TRAINED“: terlatih dengan sangat baik, meminjam istilah yang dipakai oleh Dr. Habib Chirzin saat melihat gerak dan dinamika santri Tazakka. Jika para santri itu terbiasa dengan keterlatihan yang sangat baik dalam segala hal, maka itulah modal kecakapan hidup yang mahal untuk masa depannya. Dan itulah modal berharga mereka menjadi pemimpin umat masa depan. Pemimpin yang WELL TRAINED.
Makkah, 8 Safar 1441 H
7 Oktober 2019
K.H. Anang Rikza Masyhadi, MA
Pondok Modern Tazakka
www.tazakka.or.id
Sebelumnya:
BUKU: Teman Duduk Sepanjang Waktu