Sibuk dan Produktif

Sibuk dan Produktif

Tazakka – Selalu saya pesankan pada para santri: “Jadilah orang yang sibuk dan produktif.”

Sebab, ada yang sibuk tapi tidak produktif. Seperti sibuk berghibah, sibuk berantem, sibuk sikut-menyikut, sibuk dengan aib orang lupa pada kekurangan diri sendiri, dan kesibukan lainnya yang tidak produktif.

Jangan hanya asal sibuk tapi tidak produktif. Kesibukan sporadis. Atau malah sibuk tapi kesibukannya membuat keusakan pada sistem dan tata nilai.

Sibuk yang tidak produktif hanya akan menghabiskan waktu, pikiran dan tenaga. Mubadzir. Semuanya terkuras tapi tidak menghasilkan apa-apa.

Seharusnya, kesibukan itu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Itu sibuk yang produktif namanya. Sibuk dalam berkarya. Sibukmu harus menghasilkan karya. Sekali sibuk, sibuklah yang berarti.

Di pondok, santri dibuat sibuk. Lihatlah, 24 jam kesibukan santri apa? Berapa jam istirahatnya dalam sehari? Tidak ada kesibukan yang tidak bernilai; tidak ada kesibukan santri yang tak terprogram. Sibuk yang terprogram. Sibuk yang terstruktur. Dan inilah kultur di pondok kita. Kultur yang terstruktur; dan struktur yang menjelma menjadi kultur. Karena memang sistem dan tata nilainya mendesain demikian itu.

Maka, santri terbiasa menjadi orang sibuk. Kesibukan akan menjadi wataknya, menjadi denyut kehidupannya. Tapi, sekali lagi: kesibukan yang produktif.

Pemimpin itu ciri khasnya sibuk. Mana ada pemimpin santai-santai. Orang yang tidak sibuk dapat disebut pengangguran. Eh, pengangguran saja sibuk: sibuk mencari kerja, sibuk memasukkan lamaran ke sana kemari.

Para ulama dahulu tidak ada yang tidak sibuk. Tapi, kesibukan mereka sangat produktif. Sibuk menulis sehingga menghasilkan berjilid-jilid kitab. Sibuk mengajar. Sibuk melayani dan menjawab pertanyaan umat. Sibuk memimpin kehidupan manusia.

Apalagi para sahabat Rasul. Apalagi Rasulullah sendiri, tidak terbayangkan sibuknya. Dalam waktu hanya kurang lebih 23 tahun, dakwahnya bergaung ke seluruh pelosok muka bumi. Kesibukan mereka itu telah mewariskan sebuah peradaban yang unggul: peradaban yang sarat dengan sinar Ilahi.

Bayangkan jika mereka-mereka itu dahulu sibuknya tidak produktif. Peradaban macam apa yang kita warisi hari ini? Mungkin kita masih dalam kegelapan! Bayangkan juga jika ulama-ulama dahulu tidak sibuk mengarang kitab, apa jadinya kita sekarang ini? Manusia dalam kebingungan!

Kita didik para santri menjadi manusia-manusia yang sibuk dan produktif. Meneladani para Rasul, para sahabat Nabi, para ulama dan pemimpin umat terdahulu. Jika para santri itu terbiasa sibuk yang produktif, insyaAllah kelak mereka siap menjadi pemimpin umat masa depan. Bi-idznilLaah… insyaAllah. WalLaahu a’lam.

K.H. Anang Rikza Masyhadi, MA
Pondok Modern Tazakka Batang Jateng

www.tazakka.or.id