TAZAKKA – Wakil Menteri Luar Negeri RI Dr. AM Fachir mengunjungi Pondok Modern Tazakka pada Jum’at (3/3). Wamenlu disambut hangat oleh Bapak Pimpinan KH. Anizar Masyhadi SS dan KH. Muhammad Bisri, S.H.I, M.Si, serta Wakil Pengasuh KH. Oyong Shufyan, Lc., MA. Dari unsur Yayasan nampak ikut menyambut Ketua Yayasan H. Anta Masyhadi dan H. Teguh Suhardi.
Di Tazakka, Wamenlu memberikan Kuliah Umum bertema: Kontribusi dan Peran Santri di Era Globalisasi: Peluang dan Tantangan. Wamenlu menyampaikan bahwa kesempatan berkunjung ke Tazakka sangat dinantikannya sejak lama.
“Jauh sebelum undangan dari Kiai Anang dan Kiai Anizar ini, saya sudah sangat ingin berkunjung ke Pondok Modern Tazakka ini, melihat dan memantau perkembangannya membuat saya ikut penasaran, dan setelah di sini ternyata memang luar biasa, saya ikut bangga,” ujarnya disambut riuh tepuk tangan seluruh santri dan guru.
Mantan Duta Besar RI untuk Mesir dan Saudi Arabia itu berpesan agar santri Tazakka tidak cukup hanya sekedar menjadi pintar, tetapi harus gaul, apalagi hidup di zaman milenial yang serba modern. Menurutnya, gaul dalam berkomunikas adalah salah satu faktor penting dalam menjalin networking untuk masa depan.
“Di Kementerian Luar Negeri RI, selalu yang kita cari bukan sekedar orang pintar, tapi juga orang yang gaul dan memiliki kenyamanan dalam bertugas, gaul dalam artian dia mudah berkomunikasi, menjalin networking, menjalin hubungan kerja, karena ada yang sekedar pintar, tapi justru susah dalam berkomunikasi, nanti susah membangun networking untuk masa depan” pesannya.
Setelah melihat para santri duduk rapi di hadapannya di dalam Masjid Az-Zaky, Fachir menyampaikan kesan pertamanya yaitu kesan optimis, penuh harapan untuk menyongsong masa depan bangsa.
“Melihat para santri, seolah memutar balik kembali memori saya ketika menjadi santri dulu, namun dulu saya tidak sekeren kalian, ini kalian keren sekali memakai jas, rapi, sungguh, melihat kalian saja saya sudah yakin, pasti banyak diplomat sukses diantara kalian” ucapnya disambut “amien” seluruh santri.
“Tempat duduk kalian dengan saya yang di depan ini mungkin jaraknya hanya sekitar 5 meter, namun bisa jadi untuk menempati posisi ini, kalian butuh 5 tahun, 10 tahun atau bahkan 30 tahun, tapi yang terpenting adalah semangat tinggi untuk bisa duduk di depan, itulah mentalitas kita sebagai santri” lanjutnya.
Peraih doktor Kajian Timur Tengah UGM itu menambahkan, pentingnya untuk melatih komunikasi dan interaksi antar santri, karena menurut pengalamannya waktu nyantri, sebagian besar bekalnya dalam karir diplomat didapat kala menjadi santri di Pondok Modern Darussalam Gontor tahun 70an.
“Bekal yang kita miliki selama nyantri sungguh luar biasa, bagaimana kita diajarkan untuk hidup dalam tatanan miniatur masyarakat, bergaul dengan berbagai macam orang dengan budaya yang berbeda-beda, karena berinteraksi, bergaul dan saling memberi manfaat itu luar biasa bagi masa depan kalian, ini pengalaman sangat mahal” imbuhnya.
Menurut alumnus Gontor 1976 itu, anak pesantren itu pasti bermanfaat bagi sekitar, karena terdidik tidak melulu memikirkan dirinya sendiri, dan selalu berusaha memberi kepada sesama.
“Jaringan, pergaulan, sangat penting, kita sudah dididik di pesantren, apalagi saya perhatikan di Tazakka ini pergaulannya internasional, dengan itu kita akan mudah menjadi apapun, tapi tetap menjadi orang baik” tukasnya.
Pada sesi tanya jawab, beberapa santri mengajukan pertanyaan dalam bahasa Arab, Inggris dan Indonesia seputar bagaimana peluang dan tantangan santri ke depan. Ada juga yang bertanya bagaimana kiat-kiat sukses menjadi diplomat, duta besar dan menteri.
“Melihat banyak santri yang mengangkat tangan, saya senang begitu banyak yang ingin menjadi duta besar, menteri dan ulama, tapi harus ada yang menjadi insinyur, pengusaha, dokter agar kalian semua nanti bersinergi membangun networking alumni yang kuat” jawabnya.
Sebagai penutup, Dr. AM Fachir memberikan pesan terakhir kepada para santri bahwa Indonesia didirikan oleh para pemuda, dan Indonesia adalah negara besar, maka rawatlah negeri ini dengan baik.
“Para pemuda yang dari pesantren memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi pemimpin masa depan, terutama karena kalian memiliki akhlak yang baik dan didukung oleh ilmu serta wawasan yang luas, apalagi ditunjang dengan kemampuan berbahasa asing yang cukup” pungkasnya.
Sebelum akhir acara, Kiai Anizar turut menambahkan, beliau mengingatkan kepada para santri, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sekitarnya.
“khoirunnas, anfa’uhum linnas, give give and give, itu bukan saja selalu diajarkan di sini, bahkan sudah menjadi mindset setiap santri, memberi tidak akan pernah mengurangi, tetapi menambah” ujar Kiai yang tengah menempuh S2 di Universitas Canal Suez Mesir.
“Qiimatul mar’i bi qodri maa yuhsinuhu“, seru Kiai Anizar yang langsung ditirukan oleh semua santri hingga menggemakan seisi masjid.
“Harga diri seseorang ditentukan dari seberapa banyak kebaikan yang telah ditebarkannya, dan itulah salah satu worldview kita, cara pandang hidup kita di sini” tegasnya.
Secara terpisah, Pimpinan Pondok KH. Anang Rikza Masyhadi, MA yang sedang berada di Kota Suci Makkah Al-Mukarramah menyampaikan selamat kepada seluruh santri dan guru karena dikunjungi oleh seorang tokoh bangsa yang santri.
“Bersyukurlah dan bersyukurlah selalu, karena pondok kita terus dikunjungi tamu-tamu berkaliber nasional dan internasional, tokoh-tokoh yang kiprahnya untuk Islam, untuk Indonesia bahkan untuk dunia begitu besar dan hebat, ini momentum sangat mahal, bisa menginspirasi dan menjadi cermin besar bagi santri untuk menatap masa depannya secara optimis” pesan beliau melalui whatsapp kepada tim Media Center.
Usai Kuliah Umum dilanjut dengan shalat Jumat berjamaah di Masjid Az-Zaky yang diimami oleh Bapak Wakil Pengasuh KH. Oyong Shufyan, Lc., MA. Dilanjut dengan jamuan makan siang dan ramah tamah di lobi Pimpinan sebelum bertolak menuju Kendal untuk berkunjung ke Pondok Pesantren Darul Amanah. @ghifaria-glen.
www.tazakka.or.id