TAZAKKA – Direktur Sesdilu Kementerian Luar Negeri RI, Drs. M. Aji Surya, SH., MA hadir di Tazakka, Senin (4/3) dalam rangka memberikan Workshop dan Pelatihan tentang Keprotokoleran, Diplomasi dan Komunikasi. Ia didampingi Ibu Makhya Suminar dan Bapak Lanang Saputro, keduanya merupakan diplomat Kemenlu.
Pelatihan diikuti oleh 110 peserta, terdiri dari Pengurus Harian dan para Ketua Bagian OPPM Tazakka, para guru yang membidangi ketua-ketua bagian di Tazakka dan 70 orang berasal dari utusan dari 22 Pesantren Alumni Gontor dari berbagai daerah.
Pimpinan Pondok KH. Anizar Masyhadi dalam sambutannya menyampaikan rumus 3K yang menjadi prinsip dan berlaku di Tazakka, yaitu Komunikasi, Koordinasi dan Kolaborasi.
“Ide awal acara ini adalah bagaimana pesantren kita mendapatkan banyak hal, khususnya terkait keprotokoleran, komunikasi, diplomasi dan lain sebagainya, hal ini tidak dapat dipisahkan karena dalam pesantren ada rumus 3K yang menunjang keberhasilan bersama, 3K itu adalah komunikasi, koordinasi dan kolaborasi” ujar Kiai yang sedang menyelesaikan Master di Suez Canal University, Mesir
Sedangkan Direktur Sesdilu, Drs. M. Aji Surya, S.H, MA. mengawali penyampaiannya dengan testimoni bahwa dalam pengamatannya Pondok Modern Tazakka saat ini tengah melangkah sesuai zamannya, bahkan beyond imagination, melampaui perkiraan dan bukan sekedar pondok modern, melainkan menjadi pondok milenial.
“Setelah sekian lama saya menyimak, membaca dan mempelajari tentang Tazakka, kesimpulannya, Tazakka ini beyond imagination, di luar perkiraan kita, karena menangani santri di era sekarang itu beda dengan yang dulu, karena yang kita hadapi itu bukan sekedar anak-anak modern, tapi anak anak milenial, anak anak zaman now, inilah yang saya bilang bahwa Tazakka ini melangah sesuai dengan zamannya, ini bukan sekedar pondok pesantren modern tapi ini pesantren milenial” terangnya.
Pada kesempatan itu, alumnus Pondok Modern Gontor yang kini menjadi diplomat dan telah berkiprah di berbagai negara itu memberikan workshop dengan tema “Cerdas dalam Berkompetisi”.
Menurutnya, pesantren haruslah cerdas dalam berkompetisi, apalagi di zaman yang milenial ini, jika tidak, pasti akan dilibas oleh zaman, terpinggirkan dan tertinggal oleh perkembangan. Ada namanya budaya phali-phali, itu adalah budaya kerja cepat, tidak mentolerir delay sedikitpun, jangan takut salah dan jika salah dibenarkan.
“Datang terlambat itu bencana, datang pada waktunya itu hampir bencana dan yang baik adalah datang sebelum waktunya, maka ada istilah baru yang berkembang: “on time is late, early time is on time”, datang tepat waktu itu artinya terlambat, datang sebelum waktunya itulah tepat waktu, dan itulah salah satu cara cerdas dalam berkompetisi” paparnya.
“You are what you think, kalau kita tidak pernah bermimpi, kita tidak akan pernah sampai di sana, kalau kita tidak bekerja cepat, kita pasti akan dilibas, buktinya adalah seperti di Korea Selatan, jika orang memiliki networking yang bagus, orientasi ke depan, on time, early time, saya yakin, orang itu akan sukses dalam kompetisi di kehidupan, dan saya kira semangat ini perlu ada di pesantren” imbuhnya.
Pada akhir sesi, Direktur Sesdilu itu menyampaikan bahwa kita harus pede abis, tidak kagetan bertemu orang baru, siap berkompetisi dan membangun networking seluas-luasnya.
“Dan yang terpenting adalah jangan merasa tua, ketika kita merasa tua, maka akan menjadi tidak produktif, dan menghambat kreatifitas kita” pesannya.
Pada sesi berikutnya, giliran Ibu Makhya Suminar menyampaikan tema pentingnya protokol dan etiket dalam kesuksesan sebuah acara. Terutama terkait teknis dalam menjamu tamu, mengatur agenda hingga menentukan tempat duduk tamu kehormatan.
“Kalau kita mengadakan acara, etiket dalam protokol sangat berperan penting dalam keberlangsungan acara, jika tidak dilaksanakan dengan baik, bisa dipastikan acara tidak berjalan baik, maka sangat penting bagi kita untuk mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dalam menjamu tamu, bahkan mengatur tempat duduk tamu” ucapnya.
Ibu Makhya menyontohkan saat pondok akan kedatangan tamu penting baik dari dalam maupun luar negeri, lalu ada penjemputan, maka yang harus diperhatikan adalah ketepatan waktu, jenis kendaraan, pejabat yang menjemput dan pengaturan tempat duduk dalam kendaraan.
“Sesampai tamu di pondok, maka nanti bagaimana penyambutannya setelah turun dari kendaraan, penyiapan holding room, dan pendampingan ke ruang acara” lanjutnya.
“Juga saat jamuan makan, harus diperhatikan penentuan menu, pembuka, makanan utama, penutup dan pengaturan tempat duduk” jelas diplomat madya Kemenlu itu.
Di akhir pelatihan, melalui closing statement, Kiai Anizar menutup acara dengan mengingatkan kepada hadirin untuk cepat dalam mengikuti perkembangan zaman milenial.
“Pesantren ke depan harus maju, mengikuti zaman, bagaimana menjamu tamu dan dosisnya harus pas” pungkas beliau menutup acara. @glen
www.tazakka.or.id
Sebelumnya:
DUTA BESAR RI DI AFGANISTAN KUNJUNGI TAZAKKABerikutnya:
WAKIL MENTERI LUAR NEGERI RI KUNJUNGI TAZAKKA