Yogyakarta – Pondok Modern Tazakka kembali mengadakan Family Gathering bagi seluruh guru dan keluarga di Yogyakarta, Selasa-Rabu (20-21/11). Gathering ini telah menjadi sunnah pondok sejak 4 tahun yang lalu.
Selain diikuti oleh seluruh guru dan keluarganya sebanyak kurang lebih 120an orang, gathering kali ini juga diikuti oleh seluruh santri dan santriwati Afghanistan yang berjumlah 40 orang yang akan menyelesaikan program short course pendalaman Islam di Tazakka pada akhir November ini.
"InsyaAllah awal Desember mereka akan selesai, jadi kita ikutkan. Paling tidak mereka menjadi keluarga pondok meskipun nyantrinya sebentar di Tazakka" ungkap Ustadz Edi, salah seorang panitia.
Selama dua hari di Yogyakarta, gathering dibagi dalam 3 sesi yaitu malam Family Gathering yang diikuti semua peserta, kunjungan ke UGM oleh santri Afghanistan dan wisata keluarga.
Gathering diawali dengan shalat Maghrib berjamaah dilanjutkan dengan tausiyah dari Kiai Anang yang juga memimpin shalat. Acara kemudian dilanjutkan dengan gala dinner di auditorium Ros-In Hotel yang menjadi tempat menginap. Sembari diiringi nyanyian dari sebagian peserta.
Saat gathering, Bapak Pimpinan PM Tazakka berkesempatan memberikan setruman nilai-nilai dan tausiyah kepada seluruh peserta. Kiai Anang menegaskan tentang pentingnya memelihara dan mempertahankan kebersamaan.
"Family Gathering ini sunnah pondok, sifatnya sakral. Maka, semuanya harus ikut dan mengusahakan ikut. Karena di dalamnya ada kebersamaan. Ini suasana mahal, suasana yang sakral" tegas beliau.
Perlu diketahui bahwa dalam merintis, membangun dan mengelola pesantren itu butuh kebersamaan, tegasnya. "Ingat, kita ini kebersamaan, bukan sekedar bersama-sama. Orang naik kereta api satu jurusan itu bersama-sama, tapi belum tentu ada kebersamaan, sekedar bersama-sama saja naik kereta api. Kebersamaan itu maknanya lebih dinamis, karena ada ukhuwah di dalamnya, ada sinergi, dan ada kolaborasi" tambah Kiai Anang.
Beliau juga berpesan agar semua guru dan keluarga guru mampu menjaga hati masing-masing. "Jaga hati! Jangan sampai masuk rasa iri, dengki, hasut dan fitnah di antara kita semua. Jangan bising! Karena kebisingan itu yang akan merusak kebersamaan" tutur Kiai.
Kiai Anang kemudian menguatkan para guru agar tetap sabar dan istiqomah dalam berjuang di pondok. Karena sejatinya, semua guru adalah pejuang bukan pegawai. Dan pejuang tidak akan pernah mati; pejuang itu abadi, ucapnya.
Sebagai pejuang, lanjutnya, mentalnya pun harus mental pejuang; jangan sampai pejuang tetapi bermental pekerja. "Pejuang itu di pikirannya bukan seberapa banyak saya dapat, tetapi seberapa banyak saya memberi, give…give….and give! Itu rumusnya" tandas Kiai yang sedang menyelesaikan doktornya di Suez Canal University Mesir itu.
"Berjuang dan berbuat baik tidak perlu ragu apalagi takut, asal ikhlas tidak mungkin tidak tercatat, sebagaimana tidak mungkin tidak diberi balasan oleh Allah, laa khoufun alaihim wala hum yahzanun" kata beliau sembari mengutip ayat Al-Quran.
Sedangkan Kiai Anizar Masyhadi menambahkan tentang pentingnya totalitas dan kesungguhan. Menurutnya, dalam bekerja dan berjuang untuk pondok kita semua harus totalitas dan sungguh-sungguh. Dengan kesungguhan dan totalitas, InsyaAllah pondok akan terus hidup, maju dan berkembang, tandasnya.
"Ha-ain, yaitu hadaf dan himmah li tahqiqil hadaf, tujuan dan komitmen untuk mewujudkan tujuan itu. Jangan hanya bisa merancang tujuan tapi komitmennya untuk mewujudkan tujuan itu sendiri rendah" seru Kiai Anizar.
Acara diselingi dengan pembagian door prize dan juga lantunan lagu dari beberapa guru diakhiri dengan doa dan foto bersama.
Di hari kedua, seluruh santri dan santriwati Afghanistan menuju Fakultas Ilmu Budaya UGM untuk mendapatkan pembelajaran dan diskusi. Adapun para guru dan keluarganya menuju Galaxy Waterpark untuk rekreasi. Sore harinya seluruh peserta menuju ke Malioboro guna wisata belanja dan jalan-jalan sore dan kemudian kembali menuju pondok dengan 4 armada bus. @alam (www.tazakka.or.id)