Di Pondok Modern Tazakka, santri dibiasakan dengan kegiatan yang diorientasikan untuk memupuk budaya atau suasana membaca. Pagi, siang, sore dan malam. Maka, anda akan melihat pemandangan santri yang selalu membawa buku ke mana pun mereka pergi. Karena buku memang teman duduk setia para santri.
Di Tazakka, proses pendidikan budaya membaca dilakukan secara terintegrasi dengan tiga pendekatan: intra-kurikuler, ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler.
Dalam kegiatan intra-kurikuler, budaya membaca diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, terutama dalam berbagai pelajaran bahasa seperti Mutholaah, Reading, Tamrin Lughoh dan pelajaran hafalan.
Adapun pendekatan dengan kegiatan ko-kurikuler adalah lewat agenda Fathul Kutub. Program Fathul Kutub yaitu program bedah kitab-kitab klasik (kitab kuning) yang diperuntukkan khusus untuk kelas V dan VI (setara kelas II dan III Aliyah). Ratusan kitab di perpustakaan diturunkan, kemudian setiap santri dibentuk kelompok-kelompok terdiri dari 5 atau 6 orang.
Setiap hari setiap kelompok diberi soal antara 4 sampai 6 soal untuk dicarikan jawabannya dalam kitab-kitab tersebut. Kemudian, setiap santri merumuskan dan menuliskannya dalam bentuk paper. Di sinilah mereka dididik untuk membaca kitab-kitab klasik untuk mencari jawaban dari permasalahan yang diberikan.
Kegiatan Fathul Kutub berlangsung selama 5 hari. Didahului dengan seminar-seminar dan pengantar metodologi riset dengan menghadirkan para pakar dari perguruan tinggi terkemuka. Selama 5 hari itulah santri dikarantina secara ketat di dalam aula.
Ada pula program wajib masuk perpustakaan sebagai pendekatan ekstra-kurikuler. Setiap siang dan sore para santri digilir per kelas untuk masuk perpustakaan dengan dibimbing oleh wali kelas dan musyrif perpustakaan. Di perpustakaan telah tersedia hardbook dan e-book di beberapa komputer yang telah disediakan oleh Bagian Perpustakaan.
Malam hari, setiap jam 20.00 – 21.30 WIB para santri menjalani program muwajjah, yaitu program belajar bersama terbimbing bersama wali kelas. Berlangsung selama 4 malam dalam seminggu. Karena dua malam digunakan untuk latihan pidato dalam tiga bahasa: Arab, Inggris dan Indonesia.
Dalam suasana muwajjah ini anda akan mendapati para santri sibuk dengan buku pelajaran mereka di berbagai penjuru kampus. Ada yang mengerjakan PR, berteriak-teriak menghafal hadits atau ayat tafsir, diskusi dengan sesama tentang pelajaran, membuat ringkasan, menandai materi yang dianggap penting atau mendekat kepada gurunya untuk bertanya dan meminta penjelasan pelajaran tertentu.
Anda yang datang pagi setelah Subuh, juga akan menjumpai di sana sini para santri yang memegang buku dan membaca. Ada yang di taman, mojok di bawah pohon, atau di tempat-tempat mana saja yang nyaman bagi dirinya untuk membaca. Biasanya antara jam 5.30 – 6.15 WIB sebelum bel mandi pagi dan sarapan.
Selain itu, sebulan sebelum ujian biasanya semua kegiatan ditutup, termasuk ekstra-kurikuler maupun olahraga. Karena semua santri harus fokus belajar menghadapi ujian. Maka, Anda akan lihat di semua sudut pondok; pagi, siang, sore, malam, hingga ada pula yang bangun tengah malam untuk tahajud dan dilanjutkan dengan membaca.
Mereka akan memaksimalkan waktu yang ada untuk membaca dan membaca, menghafal dan memahami materi secara menyeluruh. Tak heran jika saat antri makan dan mandi pun mereka masih menyempatkan membaca bukunya yang kadang telah lusuh karena seringnya dibawa kemana ia pergi.
Ketika ujian lisan, para santri juga diuji bacaannya. Dalam materi Al-Quran, mereka diuji qiraah Al-Qurannya. Dalam materi bahasa Arab, mereka akan diuji dalam membaca teks berbahasa Arab yang sudah tidak berharakat (gundul). Pun demikian saat materi bahasa Inggris mereka akan diuji kefasihannya dalam membaca teks berbahasa inggris.
Selain itu, bagi siswa kelas VI ia juga akan diuji bacaannya dalam materi Fiqh. Ia harus membaca kitab Bidayatu Al-Mujtahid yang tulisan di dalamnya tidak ada harakatnya. Termasuk diuji pemahaman apa yang ia baca dengan menjelaskannya di hadapan para penguji.
Ini benar-benar pemandangan indah dan mungkin langka di sekolah-sekolah pada umumnya. Di Tazakka jelang ujian santri berjalan tidak membawa kitab atau buku itu jadi aneh. Bahkan, mereka akan dihukum di tempat.
Mereka benar-benar anak-anak mahal di zaman ini. Biasanya barang mahal itu kualitasnya bagus atau barangnya langka. Semoga santri Tazakka termasuk yang memiliki kualitas bagus dan langka.
Saat anak-anak kebanyakan seusia mereka masih sibuk dengan dunia hura-hura dan gadget, para santri malah bersibuk ria dengan mushaf Qurannya, kitab-kitab kuningnya, buku-buku modernnya dan juga tumpukan file e-book dalam digital library. Kami patut optimis mereka bisa diandalkan untuk mengisi dan bahkan memimpin bangsa ini di masa depan.
Sebelumnya:
Koran Mini Tazakka Edisi 77Berikutnya:
Sedikit Cermin Perbandingan