TAZAKKA – Pondok Modern Tazakka mengadakan acara Seminar Nasional bertemakan “Mewaspadai Bahaya Laten Komunis dalam Rangka Keutuhan NKRI” di Aula Gedung Rabithah (13/11). Hadir Sebagai Narasumber Utama adalah Brigjen TNI (Purn) Adiyatwarman Thaha (Mantan Kapuspen TNI AD) dan Drs. H. Husni Sutikno (Mantan Atase Inteljen pada KBRI Kuala Lumpur).
Acara diselenggarakan pada malam hari pukul 20.00 sampai 22.00 WIB dihadiri sekitar 200an peserta, antara lain: Wakil Bupati Batang H. Soetadi, Dandim Letkol Inf Andiek Prasetyo, Kepala Kesbangpol Batang, H. Agung Wisnu Bharata, Kepala Satpol PP, Ulul Azmi, para lurah dan perangkat desa, serta tamu undangan sekitar Batang dan Pekalongan yang umumnya adalah para pemuka dan tokoh masyarakat.
Acara diawali dengan sambutan dan keynote speech oleh Pimpinan Pondok Modern Tazakka KH. Anang Rikza Masyhadi, MA. Di hadapan seluruh peserta yang memadati Aula Rabithah, beliau menyampaikan untuk terus meningkatkan wawasan bernegara demi menjaga keutuhan dan kesatuan negeri yang sangat majemuk ini.
"Dalam perspektif seorang muslim, menjaga dan mencintai tanah air adalah sebagian dari iman, dan umat Islam ini harus menjadi penentu penting bagi masa depan negeri. Jangan sampai masa depan negeri ditentukan oleh orang-orang asing atau pihak-pihak yang tidak memiliki visi dan komitmen NKRI, atau oleh paham-paham yang merusak dan menggerogoti persatuan dan kesatuan bangsa" ujarnya.
Menurutnya, bahwa Islam adalah pilar penting Republik ini, karena sejarah membuktikan bahwa umat Islamlah melalui para tokoh dan ulamanya yang menggerakkan perjuangan melawan penjajahan hingga mendapatkan kemerdekaannya. "Jadi, yang harus mengawal Pancasila, UUD dan Bhineka Tunggal Ika adalah umat Islam pula. Inilah nasionalisme umat Islam terhadap bangsa dan tanah airnya" tandasnya.
Sementara itu, Brigjen Purn. Aditiyawarman memaparkan tentang bahaya laten komunisme. Menurutnya, komunisme adalah paham yang sangat berbahaya bagi keutuhan NKRI. "Komunisme adalah musuh NKRI, dan sekarang ini ada gejala di banyak tempat akan muncul kembali dengan bentuknya yang baru, maka rakyat harus waspada" tandasnya.
Dalam iklim informasi yang serba terbuka ini, kata dia, rakyat harus cerdas dan cermat, sebab sekarang ini ada upaya untuk memutarbalikkan opini jadi seolah-olah PKI adalah korban. "Ada pemutarbalikan opini, seolah-olah negara ini dulu yang membantai PKI, maka minta supaya negara merehabilitasinya karena PKI sebagai korban, bahkan mereka pergi ke pengadilan internasional, ini tidak benar, ini sangat berbahaya bagi negeri ini" imbuhnya.
"Padahal, fakta sejarahnya bukan begitu, PKI itu yang menyerang dan membunuhi ulama-ulama, lalu TNI dan masyarakat bergerak melawan dan membasminya" tandas purnawirawan jenderal yang masih agresif itu.
Sedangkan Husni Sutikno menerangkan tentang komungkinan penggunaan proxy war di masa yang akan datang. "Proxy war itu perang tetapi menggunakan boneka-boneka, jadi lawannya dibuat kabur karena yang berperang adalah antek-antek atau boneka-boneka" ujarnya.
"Jangan sampai Indonesia terjebak dalam perang proxy war, ini sangat berbahaya, maka rakyat bersama TNI dan Polri harus bergandengan tangan untuk menangkal kemungkinan itu. Perlu digalakkan tentang semangat bela negara yang sekarang ini dirasakan semakin melemah" lanjutnya.
Wakil Bupati Batang, H. Soetadi menyambut baik prakarsa seminar ini. Ia mengatakan bahwa sudah seharusnya masyarakat diberikan pemahaman dan pencerahan tentang bahaya-bahaya yang mengancam keutuhan NKRI, terutama kepada generasi mudanya melalui wawasan kebangsaan yang mendalam agar mereka memiliki semangat bela negara yang tinggi.
Sebelumnya:
Bangun Pos Keamanan Di Pintu Masuk