Kata modern sering diartikan sebagai hal baru dan identik dengan Barat (Eropa, Amerika), sehingga segala sesuatu bila mengadopsi atau berasal dari dunia Barat dianggap modern. Hal ini tidak sepenuhnya benar.
Modern menurut Tazakka bukan soal ‘Where’, ‘When’ and ‘Who’. Akan tetapi modern itu soal ‘What and How’. Artinya, dimana saja (where) orang bisa menjadi modern; di Amerika, Rusia, Eropa, Arab, Indonesia, atau bahkan di dusun terpencil di kampung. Sekarang banyak orang kampung yang sudah modern, akan tetapi banyak pula orang kota yang tidak modern.
Modern juga bisa terjadi kapan saja (when); dulu modern, sekarang modern, atau besok modern juga bisa. Banyak orang zaman sekarang yang tidak modern, padahal orang zaman dulu sudah modern.
Modern bukan cuma miliknya orang kaya, karena orang miskin yang lebih modern daripada orang kaya juga banyak. Siapapun (who), bisa menjadi modern; orang muslim, kristen, hindu, budha atau yang lainnya. Modern bukan soal "who."
Bagi Pondok Modern Tazakka, modern itu adalah persoalan apa dan bagaimana (what and how). Pimpinan Pondok KH. Anang Rikza Masyhadi, MA selalu menegaskan bahwa modern itu ada pada jiwa, pola pikir dan sikap. Orang yang jiwanya kerdil, inferior, itu tidak modern. Pola pikir mundur, dikotomis, dan sikapnya eksklusif, itu tidak modern. Orang yang sikapnya urakan, sok jagoan, itu tidak modern.
Modernitas Tazakka tidak dilihat dari gedungnya, fasilitasnya, gurunya yang tamatan luar negeri, atau metodenya. Namun kemodernan Tazakka terletak pada jiwanya; jiwa keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah Islamiyyah dan kebebasan; kesemuanya merupakan unsur-unsur modernitas.
Jiwa-jiwa tersebut membentuk pola pikir modern, yaitu pola pikir yang maju, progresif dan dinamis, serta sikap yang inklusif, santun dan berakhlak mulia. Inilah kemodernan menurut Tazakka.
Dalam rumusan Tazakka, sebagaimana telah digariskan oleh Pimpinan Pondok bahwa kemodernan di Tazakka meliputi lima aspek, yaitu: nilai-nilai dan sistem, jiwa dan pola pikir, manajemen, sarana dan prasarana serta daya jangkau (networking).
Nilai-nilai dan sistem yang diterapkan di Tazakka harus modern, berarti nilai-nilai dan sistem yang di Tazakka ini mengajak kepada kemajuan, progresifitas dan dinamis. Sehingga sering diperdengarkan kepada para santri ungkapan-ungkapan motivasi, slogan, petuah-petuah yang kesemuanya merupakan ajakan untuk hidup maju, progresif dan dinamis.
Dinamika kehidupan santri selama 24 jam perlu manajemen yang prima dan modern. Namun, bukan berarti harus dimenej oleh orang profesional, sarjana manajemen dan lain sebagainya. Di Tazakka, kehidupan santri dimenej oleh santri sendiri dibawah bimbingan kiai dan asatidz. Santri diberi ruang untuk berlatih memenej dan mengelola kehidupan banyak orang. Kemodernan manajemen nampak dari keterbukaan pola manajemen yang terbuka, namun penuh disiplin dan peraturan yang tegas.
Kemodernan dalam hal sarana dan prasarana bukan berarti kemewahan, namun sarana dan prasarana yang modern adalah yang sesuai dengan kebutuhan serta nyaman. Maka, di Tazakka sarana tidaklah harus mewah, namun disesuai kan dengan kebutuhan kehidupan di pesantren.
Adapun daya jangkau (networking) yang modern berarti Tazakka dapat mengakses atau diakses dari dan ke berbagai wilayah, baik dalam maupun di luar negeri. Santri Tazakka tidak hanya berasal dari daerah sekitar, namun dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri. Pimpinan Pondok sering memotivasi santri: Sumatera, Kalimantan, latarku, Afrika, Amerika, Eropa dolananku. Ini bertujuan agar santri Tazakka memiliki daya jangkau yang luas (modern).
Pimpinan Pondok menjelaskan kemodernan Tazakka meliputi lima aspek, yaitu: nilai-nilai dan sistem, jiwa dan pola pikir, manajemen, sarana dan prasarana serta daya jangkau (networking).
Sebelumnya:
Koran Mini Tazakka Edisi 48Berikutnya:
Wakil Bupati Batang Resmikan Tazko