H. Supriyanto, Menangis Ketika Berhaji

H. Supriyanto, Menangis Ketika Berhaji

Tanah suci sebagai tempat mulia dan arena pembersihan jiwa bagi siapa saja yang menunaikan ibadah memang sudah masyhur adanya. Banyak kisah para jamaah haji yang mendapati pengalaman spiritual yang begitu membekas di hati mereka. Pun dengan H. Supriyanto. Saat redaktur Koran Mini Tazakka berkunjung ke rumah H. Supriyanto yang baru pulang haji, beliau berbagi kisah selama menunaikan ibadah hajinya di tanah suci. Berikut petikan wawancara redaksi Koran Mini Tazakka Ustadz Edi Buana dan Ustadz Henry dengan H. Supriyanto:

Bisa diceritakan, apa yang melatarbelakangi Bapak untuk memilih dunia bisnis dibanding dengan yang lain sampai bisa seperti saat ini?

Waahkalau yang melatarbelakangi saya mengapa memilih dunia bisnis  tidak ada mas! saya bekerja dengan keinginan saya sendiri. Kalau melihat dari pengalaman keluarga saya, semuanya tidak ada yang memiliki pengalaman ataupun keahlian­ dalam berdagang atau berbisnis. Bahkan bapak saya sendiri saja seorang PNS dan nyambi jadi tani. Maka, saya berbisnis hingga sampai saat ini awalnya menjalani sebuah perjalanan hidup dengan segala cobaan, masalah dan lain sebagainya dan itulah sebuah proses bagi saya.

Apa prinsip yang Bapak pegang dalam berbisnis?

Saya pernah mendengar pengajian Usatdz Anang yang menyampaikan sebuah hadist yang bunyinya kira-kira seperti ini: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”

Pesan inilah yang memdorong diri saya untuk terus mengembangkan diri agar bermanfaat bagi lingkungan. Sungguh menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh seorang muslim, bukan hanya mencari manfaat dari orang atau memanfaatkan orang lain. Kan ada juga ayatnya: ”Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” dan itu pula yang selalu didengungkan oleh Ustadz Anang. Demikian juga dengan sabda Nabi yang lain”Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah membantu keperluannya.”

Sebagai seorang muslim, saya senantiasa berusaha menjadi orang yang mampu mendedikasikan diri dengan mengambil peran yang sesuai dengan potensi diri yang saya miliki. Salah satunya adalah dengan menjadi pedagang toko bangunan.­

Maka, dalam dunia berbisnis pun saya praktikan bahwa dalam berbisnis tidak semata-mata mencari keuntungan tetapi ada hal lain yang lebih bermanfaat dan berguna, yaitu bagaimana dengan berbisnis saya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat ini serta dapat menjadikan kota ini maju dan berkembang. Jadi berbisnis sekaligus memotivasi diri dan masyarakat untuk berani hidup mandiri tanpa bergantung kepada orang lain meskipun itu
keluarga kita sendiri.

Apa motto dan cita-cita hidup Bapak?­

Ya itu tadi, jadi hidup itu sebisa mungkin dan semaksimal mungkin dapat memberikan manfaat kepada yang lain, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lainnya.

Menurut Bapak apa kriteria orang dikatakan sukses dalam berbisnis?

Bagi saya tidak ada kriteria khusus untuk sebuah kesuksesan ataupun keberhasilan, karena pada intinya semua pekerjaan entah itu bisnis, wirausaha, pegawai, petani dan lain sebagainya akan mengalami kemudahan dan juga kesulitan tanpa terkecuali, yang berbeda adalah bagaimana cara kita menyikapi dan menghadapinya. Dulu pada awalnya saya merasakan seperti itu, namun seiring berjalannya waktu dengan usaha dan tawakal yang sungguh-sungguh itu semua dapat terlewati dengan baik. Yang terpenting bagi saya adalah bagaimana bisa hidup mandiri dapat menafkahi keluarga, mempunyai ladang perjuangan mes­kipun dalam lingkup yang kecil sekaligus sebagai ladang ibadah saya dan keluarga. Jadi dalam berbisnis saya tidak terlalu mengejar laba, harus seperti ini atau harus seperti itu tetapi selama itu baik, bermanfaat dan tidak membebani orang lain akan saya kerjakan semaksimal mungkin. Karena sebenarnya di situlah perjuangan saya dan ibadah saya. Sehingga kehidupan­ terasa seimbang antara keluarga dan bisnis, kepen-tingan dunia dan akhirat. Saya sendiri tidak tahu, apakah saya sukses atau tidak. Karena bagi saya kesuksesan bukan sebuah tujuan tetapi sebuah perjalanan hidup ataupun proses hidup, jadi bagaimana kita menjalani lika-liku perjalanan hidup, seperti pepatah inggris mengatakan, ”success is not the destination but the journey.”

Maka, dalam dunia berbisnis pun saya praktikan bahwa dalam berbisnis tidak semata-mata mencari keuntungan tetapi ada hal lain yang lebih bermanfaat dan berguna, yaitu bagaimana dengan berbisnis saya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat ini serta dapat menjadikan kota ini maju dan berkembang.

Menurut Bapak, apa yang harus dilakukan orang setelah berpulang dari haji, bagaimana pula perannya terhadap masyarakat?

Orang yang pergi ke haji itu kan memiliki latarbelakang yang berbeda-beda, mulai dari yang dahulunya kurang mengenal Islam sampai

ulama ataupun tokoh masyarakat ada di dalamnya. Dan harapan mereka, keluarga mereka, serta masyarakat tentunya berbeda-beda pula. Namun bagi saya orang yang telah berhaji, hendaklah menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat dari sebelumnya, baik secara keagamaan maupun secara kemasyarakatan. Saya ingat betul ceramah Ustadz Anang saat itu, beliau menyebutkan sebuah hadits yang menerangkan bahwa “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia termasuk orang yang beruntung, dan barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang merugi, dan barangsiapa yang keadaan amalannya hari ini lebih jelek dari hari kemarin, maka ia terlaknat.”

Selama perjalanan haji, kegiatan atau tempat apa yang paling berkesan menurut Bapak?

Semua kegiatan dan tempat yang kita kunjungi selama haji tidak satupun yang tidak memberikan kesan, semuanya mengesankan dan memberikan hikmah tersendiri bagi saya, terlebih ketika kita mampu memandang segala kegiatan haji ini dengan kacamata Islam dan filsafat, jadi tidak terasa capek namun yang ada rasa dekat kepada Allah dan rindu akan keberkahan-Nya serta ridho-Nya. Sampai suatu saat ketika berdo’a dan bermunajat saya meneteskan air mata meskipun do’a saya sangat sederhana, padahal saya terkenal bukan orang yang mudah meneteskan air mata tapi entah kenapa kok bisa, sampai perasaan saya pun seakan-akan menangis karena-Nya. Subhanallah, bagi saya ini sangat menegesankan sekali saat menunaikan ibadah haji seperti ini.

Sejak mengenal Pondok Modern Tazakka, apa harapan Bapak terhadap Pondok ini?

Pondok Modern Tazakka kan merupakan lembaga pendidikan pesantren, saya berharap dapat memberikan manfaat dan pengaruh besar kepada bangsa ini khusus

nya bagi masyarakat Batang. Saya turut mendoakan agar ke depannya Pondok ini semakin berkembang, besar dan menjadi perekat umat. Amin.

Semua kegiatan dan tempat yang kita kunjungi selama haji tidak satupun yang tidak memberikan kesan, semuanya mengesankan dan memberikan hikmah tersendiri bagi saya