Kejujuran merupakan satu kata yang amat sederhana namun di zaman sekarang menjadi sesuatu yang langka dan sangat tinggi harganya. Memang ketika kita merasa senang dan segalanya berjalan lancar, mengamalkan kejujuran secara konsisten tidaklah sulit, namun pada saat sebuah nilai kejujuran yang kita pegang bertolak belakang dengan perasaan, kita mulai tergoncang apakah akan tetap berpegang teguh, atau membiarkan tergilas oleh suatu keadaan. Banyak manfaat yang dapat dipetik ketika seseorang memegang prinsip kejujuran tersebut dengan konsisten. Sebagaimana yang dirasakan oleh wakil bupati Batang, Bapak H. Soetadi, SH.MM. (2012-2017). Beliau mengatakan, “Jujur itu pasti mujur, saya sudah membuktikannya”. Demikian salah satu petikan wawancara Redaktur Koran Mini Tazakka Edi Buana dan Henry Nur Rahmad dengan H. Soetadi, SH., MM. untuk mengetahui lebih lanjut, berikut wawancara lengkapnya:
Bagaimana pandangan Bapak terhadap profesi sebagai birokrat (pejabat publik)?
Pejabat atau tidak sebenarnya sama, manusia kan semuanya sama dihadapan Allah. Jabatan bukanlah sebuah kekuatan untuk menguasai orang lain, tetapi lebih merupakan tanggungjawab dan amanah dalam rangka mengabdi pada masyarakat, apapun kedudukan yang kita pangku, seharusnya dilandasi dengan kesadaran bahwa semua itu adalah untuk pengabdian dan memberikan mafaat kepada orang banyak dan bukan mengejar kekuasaan dan ambisi pribadi.
Saya mempunyai pengalaman pribadi yang menunjukkan bahwa kita semua sama di hadapan Allah. Ketika saya masih berdinas di kecamatan Limpung, saya mendampingi Pak Bupati dan rombongan ibu-ibu PKK provinsi Jateng untuk menilai kegiatan ibu-ibu PKK di Limpung. Hal tersebut membuat saya dan Pak Bupati terlambat sholat Jumat. Karena terlambat, kami tidak mendapatkan tempat di dalam masjid, akhirnya kami harus menggelar sapu tangan di atas sandal untuk ikut Shalat Jum’at. Peristiwa tersebut sangat berkesan bagi saya, hikmah yang saya ambil bahwa semua manusia itu sama, lha wong Pak Bupati saja kalau ketinggalan sholat di masjid harus rela shalat di shaf belakang, menggelar sapu tangan diatas sandal.
Bagaimana sosok pejabat publik yang bersih?
Pejabat yang bersih adalah yang bekerja dengan sungguh-sungguh, jujur dan ikhlas mengabdi kepada masyarakat. Hanya mengambil haknya, bukan yang mengambil hak orang lain. Barometernya adalah kemakmuran rakyatnya. Ada ungkapan yang keliru di kalangan masyarakat, bahwa “orang jujur akan hancur”. Saya sudah membuktikan bahwa jujur itu mujur. Pada saat menjabat sebagai camat, kalau ada pemilihan kepala desa biasanya dapat amplop dari para calon kepala desa, itu tidak saya ambil, saya terima tapi saya kembalikan lagi, karena itu bukan hak saya, dana tersebut akan lebih bermanfaat kalau digunakan untuk biaya calon tersebut maju pilkades. Namun, ketika saya berkunjung ke desa-desa, atau ketika panen, alhamdulillah banyak yang kirim-kirim hasil panen, atau kebun yang kalau dihitung lebih banyak dari amplop tadi. Jadi pejabat yang baik itu bukan yang banyak kemauannya, minta ini itu, sok memerintah, keras, tetapi yang mampu berkomunikasi dan mampu bekerjasama dengan masyarakat untuk kemajuan dan kemakmuran bersama.
Bagaimana mewujudkan birokrasi bersih di Batang?
Keteladanan adalah kuncinya. Kami memberi contoh yang riil, kami tidak menerima dana sogokan perizinan apapun, kalaupun ada yang izin ya ke kantor perizinan, kami hanya menyetujui bila sudah sesuai dengan prosedur, dan kami tidak menerima upeti-upeti untuk memuluskan perizinan. Selain itu kami berusaha menerapkan sistem clean goverment, metode kontrol, cek lapangan juga memanggil rekanan proyek untuk evaluasi. Anggaran yang keluar harus sesuai dengan kualitas bangunan yang dibagun. Sehingga saya berharap, dapat meninggalkan sistem dan metode birokrasi yang bersih, selain meninggalkan hal-hal yang bersifat monumen.
Apa pedoman dalam menjalankan tugas?
Saya mengerjakan tugas dengan sekuat tenaga, semaksimal mungkin, namun jika tidak mampu tidak perlu dipaksa. Bukan berarti menyerah, namun kita berkonsultasi, merangkul dan bekerjasama dengan berbagai pihak untuk dapat terlaksananya tugas tersebut. Saya ini bukan orang pintar yang bisa menyelesaikan masalah sendirian, tapi dengan bersama-sama, dengan itikad baik dan kesungguhan maka sinergi itu akan menyelesaikan permasalahan. Saya tidak berfikir, keuntungan apa yang bisa saya ambil, tapi yang saya utamakan adalah apa yang dapat saya lakukan untuk masyarakat.
Prinsip hidup yang Bapak jalani?
Prinsip hidup saya itu mengalir bagaikan air, tenang dan pasti terus mengalir. Bila ada yang menghadang, air kan tetap mengalir, misal dihadang tembok, air akan naik dan kemudian terus mengalir. Jadi ikutilah iramanya. Saya ini bukan orang pintar, bukan orang yang memiliki banyak harta, perlu diketahui saya ini sampai sekarang belum memiliki rumah sendiri, rumah yang saya tempati itu rumah mertua saya. Tapi alhamdulillah, saya ini banyak bejonya. Ini yang saya syukuri.
Bagaimana pandangan Bapak tentang pendidikan di kabupaten Batang?
Pendidikan di Batang harus maju, untuk wajar dikdas, dan wajib belajar 12 tahun, sudah bagus, namun meskipun demikian tetap harus ditingkatkan. yang menjadi keprihatinan adalah belum adanya wadah perguruan tinggi yang menampung lulusan-lulusan SMA dan Madrasah Aliyah kita, mereka harus keluar daerah untuk mengenyam pendidikan perguruan tinggi. Oleh karena itu di Batang ini sedang kita rintis sebuah pendidikan paska SMA/MA yang kita harapkan dapat menjadi perguruan tinggi di Batang. Mohon doanya semoga hal ini cepat terealisasi secepatnya.
Bagaimana tentang pendidikan di pondok pesantren?
Pesantren bagaikan oase dalam kekeringan, di Batang ini sudah ada banyak pesantren, ada yang modern, meskipun lebih banyak yang tradisional. Tetapi, sudah banyak pesantren di Batang yang bangkit, yang tidak hanya mengajar mengaji, namun sudah mendirikan sekolah, sehingga santri-santri tidak hanya cakap mengaji, tapi juga bisa belajar pelajaran umum.
Tentang Pondok Modern Tazakka, bagaimana kesan Bapak?
Pondok Modern Tazakka merupakan sesuatu yang baru bagi kami, dikelola oleh anak-anak muda yang memiliki cita-cita dan etos kerja yang tinggi. Yang sangat berkesan bagi kami, Tazakka ini terbuka untuk semua golongan dan bukan hanya untuk golongan tertentu. Sehingga dapat merangkul berbagai pihak dan bersatu membangun sumber daya manusia bangsa Indonesia yang maju. Hal yang sangat berkesan adalah, komitmen dalam memajukan bangsa ini dengan membangun SDM yang bukan hanya berakhlak karimah/berkarakter tetapi juga cakap keilmuan. Sekarang ini banyak sekolah yang hanya mementingkan prestasi akademis tetapi menyampingkan pendidikan karakter ini. Tazakka berbeda, disini ditekankan kepada pendidikan karakter, bukan sekedar pengajaran.
Harapan Bapak dengan adanya Pondok Modern Tazakka di Batang?
Harapan saya, Pondok Modern Tazakka terus maju dan berkembang dan dapat mencetak generasi muslim yang mampu untuk menjadi pemimpin pada masa yang akan datang. Memiliki wawasan yang luas dan juga memiliki nasionalisme yang tinggi sehingga dapat membangun Bangsa ini, khususnya Batang, Batang bisa bangkit.
BIODATA:
Nama : H. Soetadi, SH. MM
Tempat Lahir : Boyolali, 02 Agustus 1953
Alamat : Jl A. Yani No. 02 Kauman, Batang
Istri : Hj. Hasti Widayati, S.IP
Anak:
1. Noveka Dihasmara, SE
2. Dwi Angga Dihasmara
3. Ajeng Triana Dihasmara
Pendidikan Formal
1. SD Negeri Solo (1965)
2. SMP Negeri 6 Solo (1968)
3. SMA Negeri 1 Solo (1971)
4. APDN Semarang (1975)
5. Fakultas Hukum Universitas Pekalongan (1998)
6. S2 Management, Universitas Trianandra Jakarta (2004)
Karir:
Mantri Polisi Pamong Praja Kec. Limpung (1977)
Camat Warungasem (1983)
Camat Subah (1987)
Camat Limpung (1993)
Kepala Bagian Pemerintahan Desa (1997)
Asisten Administrasi (1999)
Kepala Bappeda (2001)
Sekretaris Daerah (2004-2009)
Wakil Bupati Batang (2012-2017)
Sebelumnya:
SEMARAK IDUL ADHA DI TAZAKKABerikutnya:
MEMAKNAI KEMABRURAN HAJI