Sebagai muslim, kita mesti selalu ingat, kita adalah khairun-nas (manusia terbaik) atau khairul ummah (umat terbaik). Merujuk kepada firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, surah Aal ‘Imran Ayat 110: “kuntum khaira ummatin ukhrijat lin-nas (kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia)”.
Umat terbaik bukanlah sebuah predikat yang terberi begitu saja, tanpa alasan dan beban. Umat islam punya tanggung jawab yang sangat berat, yaitu menyampaikan risalah Islam kepada seluruh Manusia berupa meyebarkan kebenaran dan mencegah kemungkaran. Itulah maksud kelanjutan ayat atas. “Ta’muruna bil ma’ruf wa tanhauna ‘anil munkar”.
Karena itu, setiap muslim harus melalui tahapan-tahapan pendidikan yang baik agar tumbuh menjadi seorang al-mu’min al-qawiy (mukmin yang kuat) sehingga dapat mengusung risalah berat tersebut dan menunaikan dengan baik. Seorang muslim harus memupuk diri dengan idealisme, cita cita yang luhur. Lalu mengembangkan diri dan meluaskan pengetahuan.
Bukan suatu kebetulan ketika Allah SWT memulai risalah islam dengan kata iqra’ (bacalah!) yang harus diulang bekali-kali ketika Jibril menyampaikannya kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hira. Membaca adalah modal terbesar untuk membuka diri terhadap hal-hal baru yang akan membuat seorang muslim semakin tawadhu’ dan terhindar dari skeptisisme dan kesombongan.
Membaca saja tentu tidak cukup. Harus ada upaya pengembangan diri untuk menumbuhkan skill, mematangkan emosi, membangun kemampuan komunikasi, manajemen organisasi, dan lain sebagainya melalui berbagai bentuk latihan dan pembiasaan.
Karena itulah, di Pondok Modern Gontor, santri dibiasakan untuk terbiasa dengan ragam kegiatan sekaligus. Motto yang dianut, “siap memimpin dan siap dipimpin,”adalah salah satu contoh prinsip yang dijabarkan dalam kesiapan santri agar menjadi orang baik dalm segala kondisi. Tidak terbius euforia jabatan kepemimpinan ketika harus memimpin dan tidak bersikap inferior ketika harus menjadi bawahan.
Hal ini sesuai dengan arahan Rasulullah SAW yang menyebutkan salah satu ciri mukmin adalah kesiapannya tetap menjadi orang baik dalam segala kondisi, “Ajaban li amril mu’min. Inna Amrahu kullahu khair (sungguh menakjubkan keadaan/sikap orang yang beriman. Sikapnya selalu baik, dalam segala hal).”
Di Gontor, pendidikan didefinisikan secara luas. Mendidik berarti membiasakan, melatih, memberi tugas, dan memberi keteladanan yang baik (uswatun hasanah). Dengan begitu maka akan terbangun pengalaman dididik, tapi hingga pengalaman memimpin, mendidik, dan mengajar dengan persiapan secara lahir dan batin.
Pengalaman pendidikan di Gontor bisa didapat dari kegiatan –kegiatan yang sangat beragam. Mulai kegiatan di Kelas, olah raga, aktivitas di rayon (asrama), pramuka, dan lain sebagainya. Semua itu dapat menjadi ajang latihan yang sangat baik karena fasilitas-fasilitasnya tersedia dengan baik dan sifatnya yang berkesinambungan. Memang,pesan-pesan dan latihan-latihan pendidikan harus dilakukan berulang-ulang, walau harus sampai beribu kali! Agar tujuannya tercapai dan tertanam dengan baik.
Tujuan pendidikan dapat dicapai ketika ada iklim yang mendukung. Anak-anak didik yang punya motivasi dan Guru yang hebat. Untuk itu, Guru pondok modern Gontor adalah seorang yang dipilih oleh pimpinan pondok.Kualifikasinya bukan hanya mereka yang menyandang predikat mumtaz atau excellent dalam akdemik saja, tapi juga tekun dan mau berkorban. Karena dengan modal itulah iklim pendidikan dapat dibangun dengan baik sehingga semua yang terlibat mendapat pengalaman hidup dan kemasyarakatan yang baik. Juga pengalginaman kepemimpinan dan Kaderisasi yang baik pula.
Melahirkan out put pendidikan yang baik membutuhkan kerja keras, kesabaran, dan proses panjang. Tapi di saat yang sama sangat menyenangkan, terlebih ketika buah kerja keras tersebut mulai terlihat. Bagi seorang pendidik, hiburan yang paling menyenangkan adalah hasil pekerjaannya sendiri.
Melalui proses pendidikan yang baik di Pondok, akan lahir sosok-sosok santri yang idealis, kuat, berkarakter,berpengetahuan luas, berdaya saing, dan selalu optimis. Sehingga akan muncul generasi yang memiliki kepribadian kuat dan layak tampil sebagai Pemimpin, Karena telah dipersiapkan untuk berada di posisi tersebut. Bukan sosok-sosok yang lemah dan mengambang seperti kapas yang tertiup angin.
Sebelumnya:
MEMURNIKAN TAUHID; KH. Hasan Abdullah SahalBerikutnya:
PERTOLONGAN ALLAH; KH. Syamsul Hadi Abdan Sag