Sebagai seorang notaris yang dikenal masyarakat Pekalongan dan sekitarnya, H. Muhammad Sauki tidak lantas berbangga diri, bahkan Beliau masih suka berkelana dengan motor kesayangannya hingga ke Yogyakarta dan kota-kota lain. Bapak tiga putri yang alumnus Universitas Muhammadiyah Malang ini termasuk orang yang sangat agamis, bahkan rumahnya yang luas di tengah kota Pekalongan, ia relakan untuk dijadikan tempat pengajian rutin yang diasuh oleh Ustadz Anang Rikza Masyhadi. Sejauh manakah pandangannya tentang kehidupan dan dunia hukum dan apa saja cita-citanya tentang masa depan, simaklah petikan wawancara Edi Buana dan Subhi Mahmassani dari Redaktur Koran Mini Tazakka:
Bagaimana awal kisah Bapak menjadi seorang notaris ?
Keinginan saya untuk menjadi notaris itu memang sudah ada di benak sejak saya SMA, waktu itu saya terinspirasi dari salah satu keluarga dari paman saya yang sudah menjadi notaris. Tapi bukan berarti dengan menjadi notaris saya mengandalkan itu sebagai ladang pencarian hidup saya. Itu hanya profesi yang ingin saya capai, tapi dalam menghidupi kebutuhan hidup saya lebih suka berwiraswasta, karena memang dari keluarga saya terdidik untuk menjadi wiraswasta. Begitu juga sekarang saya sudah mengajarkan anak anak saya wiraswasta. Dan alhamdulilah saya sudah punya warung makan sendiri dan usaha lainnya.
Tentu ada suka duka menjadi seorang notaris ?
Suka ketika kita bisa membantu kedua pihak yang punya masalah yang berkaitan dengan notaris, dan kedua pihak tersebut dapat menerima apa yang kita lakukan atau bisa memberikan manfaat itu sudah merupakan kebahagian bagi saya, karena bisa memberikan solusi. Duka ketika ada permasalahan tanah yang berkaitan dengan notaris antara dua belah pihak tetapi mereka sama-sama tidak bisa menerima atas keputusan yang menurut saya itu lebih baik. Tapi saya rasa bukan hanya notaris saja yang memiliki suka dan duka dalam profesinya karena semua pekerjaan itu kalau kita sudah bisa mencintai dan menyukainya insya Allah semua pekerjaan itu menjadi suka terus rasanya hehe….
Apa prinsip-prinsip Bapak dalam hidup dan bekerja ?
Prinsip saya dalam hidup bisa memberikan manfaat bagi orang lain, tapi sebelum memberikan manfaat bagi orang lain kita harus memberikan manfaat bagi keluarga sendiri dulu. Karena dalam hadist disebutkan sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi orang lain, kalau orang tidak bisa memberikan manfaat bagi orang lain, maka buat apa hidup di dunia ini. Kita dalam hidup harus bisa memberi warna, jangan sampai kita diwarnai oleh orang lain, apalagi kita diwarnai dengan hal yang buruk. Dan yang paling utama bisa bermanfaat bagi keluarga kita sendiri baik mengatur perekonomian, anak-anak dan pendidikanya.
Rumah Bapak menjadi tempat pengajian juga ya?
Ya, kan Ustadz Anang yang selalu kasih ceramah sejak pertama didirikan sampai sekarang (sekitar 3 tahunan -red). Awal saya menjadi anshar Ustadz Anang yaitu ketika saya mengikuti peresmian pembangunan Rumah Sakit QIM (Qolbu Insan Mulia) Batang. Ketika itu saya melihat Ustadz Anang Rikza Masyhadi selaku orang yang memberikan tausiyah kepada kita, setelah itu sering saya memperhatikan Beliau dan sering ngobrol berdua. Saya memang betul- betul merasakan bahwa sosok Ustadz Anang bukan hanya sekedar ustadz sembarangan yang tidak memiliki visi, kredibilitas, dan lisan saja. Sampai sempat saya melihat ketika gerakan wakaf pertama kali di Tazakka, Beliau sampai rela melelangkan mobil kesayangannya untuk diwakafkan. Saya terharu waktu itu, dan itulah yang menyebabkan saya ingin menjadi salah seorang anshar Tazakka.
Bagaimana pendapat Bapak setelah melihat prilaku
sebagian anak sekolah yang ketika lulus mereka merayakannya dengan aksi corat-coret baju dan mengganggu lalu lintas? Saya tidak menyalahkan mereka ya, karena mau bagaimanapun sebenarnya itu bukan kesalahan di pihak murid saja. Seharusnya jika hal itu jelas menggangu masyarakat, pihak sekolah itu kudu pandai mengembangkan inovasi-inovasi, contoh Jokowi memberlakukan seluruh siswanya memakai kain batik ketika lulusan sekolah. Jadi intinya kembali kepada sistem yang diterapkan sekolah itu sendiri. Anak-anak itu bisa dibentuk kok.
Bagaimana menurut Bapak dengan sistem KMI yang di terapkan oleh PM Tazakka ?
Sebenarnya sistem KMI itu sendiri saya baru menyadari dan megetahui itu sekarang, dulu saya hanya tahu ada sistem diknas dan depag. Menurut saya sistem KMI ini sangat baik karena kenyataanya pendidikan dan pengajaran itu seharusnya bisa seimbang, dan saya suka dalam sistem KMI tidak mengenal istilah dikotomi ilmu: ilmu umum dan ilmu agama. Dan saya berharap semoga sistem KMI ini bisa lebih sering disosialisasikan ke banyak lembaga pendidikan yang lainnya.
Bagaimana harapan Bapak pada Tazakka ke depan ?
Harapan saya pondok Tazakka ini bisa menjadi suatu ikon bagi kaum-kaum intelek, dan menjadi tempat orang bisa berkonsultasi. Akan tetapi bukan hanya sebagai lembaga pendidikan Islam yang hanya menimbulkan simbolnya saja. Saya optimis pendidikan yang diterapkan di Tazakka ini lebih menonjolkan kepada nilai-nilai keislamannya, sehingga Tazakka ke depannya bukan hanya sebagai lembaga untuk lingkungan orang muslim saja, tapi dengan adanya sistem KMI dan inovasi-inovasi yang dikelola oleh Tazakka bisa menginspirasi lembaga-lembaga non Muslim sehingga menjadi pusat pendidikan yang bersifat rahmatan lil alamien.
Biodata
Nama : Muhammad Sauki, S.H., M.Kn.
TTL : Pekalongan, 3 April 1963
Hobi : Membaca, Riding dan Fotografi
Riwayat Pendidikan:
1. SDN Kertijayan
2. SMP 2 Pekalongan
3. SMA 2 Pekalongan
4. S1 Universitas Muhammadiyah Malang
5. S2 Universitas Gajah Mada