Membangun Peradaban Baru

Membangun Peradaban Baru

Ust. Anang Rikza MasyhadiMomentum pergantian tahun hijriah 1433 dimaknai secara mendalam oleh Yayasan Tazakka yang bermarkaz di Kec. Bandar, Kab. Batang, Jawa Tengah. Ustadz Anang, dalam tausiyahnya seusai shalat maghrib berjamaah dengan para Anshar Tazakka di Masjid Pondok menegaskan bahwa Muharram adalah hijrah dalam arti yang dinamis. “Hijrah itu jihad, dan kita harus lebih sungguh-sungguh dari tahun-tahun yang lalu. Kehadiran kita di tengah masyarakat harus bisa membawa perubahan positif, oleh karenanya sekarang kita sedang membangun peradaban baru” tandas Ustadz.

Peradaban baru yang dimaksud adalah peradaban yang akan menggantikan peradaban yang ada saat ini yang permisif dan serba kebarat-baratan. Ustadz Anang menegaskan bahwa apa yang dicita-citakan oleh Islam dalam Al-Quran maupun Sunah Nabi Muhammad SAW, demikian pula apa yang pernah diwariskan dengan benar oleh para ulama as-salafus shaleh itulah peradaban yang sedang kita bangun ke depan. “Pondok Modern Tazakka yang sedang dibangun ini harus diniatkan untuk bisa menjadi salah satu ikon peradaban baru dimaksud” tandas Ustadz.

“Setiap perubahan pasti akan menimbulkan kekagetan, itu sudah sunatullah. Maka dari itu, kita harus teguh pendiriannya, jangan melenceng dari niat semula, jangan mudah tergoda, jangan berkecil hati, dan harus istiqomah dalam perjuangan. Kita ini sedang membangun sebuah lembaga pendidikan yang akan melahirkan generasi-generasi idaman yang akan menjadi pemimpin pada zamannya nanti. Inilah cita-cita kita untuk masa depan” lanjut Ustadz.

Dalam usianya yang baru sewindu, Yayasan Tazakka telah mengalami beberapa capaian yang selama ini diperjuangkannya. Januari 2010 yang lalu, dimulailah tonggak peletakan batu pertama pembangunan masjid PM Tazakka yang dihadiri tokoh-tokoh dari dalam dan luar negeri. Setelah hampir 1 tahun bangunan masjid kini memasuki tahap akhir, serta bangunan gedung kendali pesantren (6 lokal) juga sudah 50%. “Insya Allah, April bisa peresmian masjid dan gedung, sekalian peletakan batu pertama asrama dan kelas” kata Ariston, sang arsitek pondok.

Selain bangunan fisik, penyiapan sistem pendidikan dan kurikulum juga dilakukan. “Tim Kader Tazakka secara rutin sowan kepada para Kyai Pondok Modern Gontor untuk mengikuti kuliah khusus tentang menejemen kepondokmodernan dan kependidikan pesantren” tutur Ustadz M. Bisri, salah seorang kader utama Tazakka. Selain itu, kunjungan untuk studi banding ke beberapa pesantren di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Lampung juga digiatkan.

Hal lain yang dipersiapkan adalah kaderisasi. Beberapa orang telah dikirim untuk melanjutkan belajar baik di dalam maupun di luar negeri. Ustadz M. Bisri menuturkan bahwa tahun ini Tazakka mengirim 3 orang untuk belajar di Pondok Modern Gontor. “Ada juga yang melanjutkan kuliah di Al-Azhar, Kairo, UGM, UIN, dan lain-lain” sambungnya.

Menurut Ustadz Anang, para kader yang akan mendidik dan mengajar di PM Tazakka seluruhnya harus berbasis alumni PM Gontor. “PM Tazakka ini afiliasi Gontor, maka mulai dari yang mengasuh, mendidik dan mengajar harus alumni Gontor, tapi kita pilih yang baik-baik. Jadi kalau ada yang tanya PM Tazakka ini arahnya ke mana, ya jawabnya copy-paste Pondok Gontor.”

Selanjutnya, mengunjungi dan dikunjungi adalah strategi yang diterapkan Tazakka dalam membangun jaringan. “Kami banyak  mengunjungi tokoh-tokoh dan lembaga-lembaga lain, demikian pula, kami banyak dikunjungi orang, termasuk para ulama dan guru besar dari beberapa perguruan tinggi di Timur Tengah, juga beberapa guru besar dari dalam negeri” kata Ustadz M. Bisri.  Ustadz Anang menambahkan bahwa di era sekarang, sebuah lembaga harus memiliki jaringan yang luas, karena melalui jaringan akan tercipta kerjasama, kemitraan dan sinergitas sehingga bisa semakin mengukuhkan eksistensi sebuah lembaga.  

Di sisi lain, untuk menopang kelanjutan perjuangan di bidang pendidikan, maka perlu pula pendanaan yang kuat dan bersifat mandiri. Karena itulah, Yayasan Tazakka ikut merintis amal usaha produktif bersama beberapa pengusaha dari Batang, Pekalongan, Kendal & Jakarta. Ustadz Anizar dan Mukhtar Lutfi, keduanya kader utama Tazakka akan mengawal kemandirian pondok. “Salah satu ruh pesantren modern adalah kemandirian, jadi ke depan kemandirian pendanaan itulah yang akan menopang proses pendidikan kita ini, supaya mampu mengemban visi misi pendidikan yang merdeka dan tidak bergantung pada orang lain” tandas Ustadz Anizar.