Sejenak, cobalah cermati dan renungkan tentang situasi kehidupan zaman modern akhir-akhir ini, apa yang sedang terjadi? Dalam hal busana, misalnya, semakin hari semakin aneh-aneh saja cara orang mengenakan busananya, entah semakin modern atau semakin primitif,tergantung dari sudut mana menilainya. Orang-orang primitif zaman dahulu tidak berbusana, atau mengenakan pakaian seadanya sekedar menutup kemaluan dengan lembaran daun, karung, atau potongan kain. Lalu, lambat laun mereka mengenal jenis-jenis pakaian, kemudian mulai menutup bagian tubuh lainnya.
Tetapi, kini, lambat laun nampak seperti akan kembali ke zaman primitif lagi, dengan buka-bukaan lagi, telanjang lagi dan menutup aurat seadanya lagi, seperti nyaris tak berbusana sebagaimana halnya orang-orang primitif dahulu. Jadi, sebetulnya yang berbusana ala kadarnya yang serba terbuka itu termasuk kategori manusia modern atau manusia pri-mitif? Meskipun zaman modern tetapi menurut saya orang-orang semacam itu masih tergolong manusia primitif. Banyak orang-orang primitif di zaman modern ini, dan sangat mungkin banyak pula orang-orang modern di zaman primitif.
Maka, setiap fenomena kehidupan manusia di zaman ini perlu dicermati dan dikritisi; modernisasi atau primitifisasi? Atau, westernisasi? Sebagai contoh: jika mode pakaian itu kiblatnya adalah dunia Barat, maka hal itu lebih tepat disebut westernisasi, yaitu sikap dan tingkah laku yang ke-barat-baratan. Seolah-olah segala sesuatu yang datang dari dunia Barat, Amerika dan Eropa itu pasti maju dan pasti modern, sehingga layak ditiru dan dijadikan gaya hidup.
Pakaian seksi, buka-bukaan, bahkan nyaris telanjang, kampanye seks bebas, apakah itu yang disebut moderni-sasi? Sama sekali tidak! Bahkan,menurut saya itu lebih tepat disebut sebagai primitifisasi. Maka,orang di zaman modern yang mau diajak buka-bukaan lagi, diajak telanjang, hakekatnya adalah ajakan kembali ke zaman primitif. Sebab, jika ia seorang yang berjiwa modern pasti akan menolaknya, karena ia sadar bahwa era buka-bukaan, era telanjang, adalah era yang sudah dilalui oleh sejarah manusia selama berabad-abad silam, itu era primitif.
Puncak peradaban manusia dalam hal berbusana adalah dalam sistem ajaran Islam yang dibawakan oleh Nabi Muhammad SAW. Oleh Islam kaum perempuan diwajibkan menutup auratnya, yaitu dengan mengenakan jilbab; sopan, rapi dan anggun. Demikian halnya kaum lelaki, tetap harus menutup auratnya. Sementara kaum perempuan disuruh menutup rapat auratnya, kaum lelaki disuruh menundukkan dan menjaga pandangannya. Lelaki dan perempuan, keduanya diperintah untuk memelihara kemaluannya agar tetap bermartabat dan tidak terjerembab dalam kubangan nafsu hewani.
Tidak ada istilah buka-bukaan, seksi-seksian, kontes telanjang atau ajakan dan pembiaran seks bebas. Inilah tabiat hewani; telanjang, buka-bukaan, tidak punya rasa malu dan melakukan seks bebas dengan siapapun. Maka, ada ayat, “Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Qs. Al-A’raf [7]: 179) Predikat ini ditujukan kepada para manusia yang perilakunya sudah menyamai atau bahkan melebihi binatang.
Jika demikian, siapakah yang pantas disebut manusia modern? Muslim atau orang yang mabuk ke-barat-baratan? Lalu, apakah hakekat dan makna modernisasi itu sendiri? Modernisasi, menurut saya adalah sesuatu yang substansial, menyangkut pola pikir, ide dan kreatifitas, bukan pada bentuk. Ada orang-orang yang bentuknya modern, dikelilingi fasilitas dan sarana teknologi modern, tetapi jiwa, pola pikir dan sikapnya masih primitif. Termasuk, ada lembaga pendidikan modern yang fasilitasnya serba canggih, tetapi siswa-siswinya terlibat seks bebas, itu namanya primitif.
Sekali lagi, modern itu terletak pada jiwa, pola pikir dan sikap serta perilaku. Yaitu, jiwa dan perilaku yang menghargai hakekat, jati diri dan martabat kemanusiaannya. Banyak orang primitif tetapi berlindung di balik modernisasi,
seperti halnya seks bebas yang dikampanyekan keliling kota menggunakan bus bergambar wanita setengah telanjang, lalu masuk ke kampus-kampus dan membagikan kondom secara gratis. Ini jenis kebijakan primitifisasi dengan berwajah modernisasi. Maka, waspdalah dengan hal-hal semacam ini, dan jangan mudah tertipu.
Pelarangan wanita muslimah mengenakan jilbab di tempat kerja atau di tempat umum, juga bukan bagian dari modernisasi. Di Inggris dan beberapa negara Eropa yang maju, jilbab dibolehkan, lalu negeri ini mencontoh yang mana? Islam tidak, Barat-Eropa yang sudah maju pun tidak. Apakah negeri ini sedang berada di persimpangan jalan dalam kegalauan yang mencekam?
Maka, selamatkanlah anak-anak kita dari pengaruh-pe-ngaruh merusak di zaman modern ini. Mereka harus dididik cerdas dan percaya diri menatap masa depannya dengan tetap berpegang teguh pada jiwa, jati diri dan martabatnya selaku manusia. Selamatkanlan anak-anak kita, selamatkanlah negeri tercinta ini. Republik Indonesia ini harus kita tolong bersama-sama menjadi bangsa dan negara yang tidak sekedar maju, tetapi juga modern dalam arti yang sesungguhnya.
Sebelumnya:
KETELADANAN; KH Hasan Abdullah Sahal