Tazakka – Pimpinan Pondok mengumpulkan para calon kader pondok beserta para orang tuanya, Jumat malam (20/12) di Lobi Gedung Rabithah.
Dihadiri lengkap oleh unsur Pimpinan Pondok, Ketua dan Wakil Ketua Yayasan H. Anta Masyhadi dan H. Teguh Suhardi.
Pertemuan dipandu langsung oleh Wakil Pengasuh KH. Oyong Shufyan, Lc., MA. Di hadapan 12 calon kader yang merupakan alumnus Pondok Modern Tazakka beserta para walinya masing-masing.
Nasihan KH. Anang Rikza Masyhadi
Bapak Pimpinan KH. Anang Rikza Masyhadi menyampaikan bahwa kaderisasi adalah salah satu dari Panca Jiwa Pondok dan merupakan satu dari tiga strategi pengembangan Pondok, yaitu membangun SDM.
Selain itu, kaderisasi, kata Kiai, adalah perintah Allah dalam surat An-Nisa ayat 9.
Baca juga: Pimpinan Tazakka Bertemu Para Kader Gontor di Cairo
“Kaderisasi itu bagian dari menyiapkan masa depan, para kader itulah nanti yang akan melangsungkan cita-cita pendiri pondok dan meneruskan perjuangan ini” ujarnya.
Jangan sampai, lanjut Kiai, pondoknya semakin maju santrinya semakin banyak tapi kadernya semakin sedikit.
Pondok, lembaga atau gerakan apapun yang tidak menyiapkan kader yang baik, maka biasanya umurnya hanya seumur pendirinya.
“Pondoknya akan mati dengan kematian kiai atau pendirinya, karena tidak ada yang meneruskan perjuangan” imbuhnya.
Kiai Anang juga menjelaskan bahwa kaderisasi itu by designed, artinya harus dirancang dan disiapkan betul apa kebutuhan pondok dalam 20 hingga 50 tahun mendatang.
Baca juga: Silaturahim Kader Tazakka Bersama Wakil Duta Besar RI di Cairo
“Makanya, kita tekankan bahwa kalau sudah jadi kader pondok, tidak boleh lagi punya cita-cita dan agenda pribadi, insyaAllah cita-cita pondok sudah melampaui cita-cita pribadi kita sendiri,”
“apalagi punya agenda pribadi ingin jadi ini itu dan lain sebagainya, itu tidak boleh, kalau sudah jadi kader ya sudah anteng, pasrah, ikhlas, berjuang lilLaahi Ta’ala” tandasnya lagi.
Kiai Anang menekankan lagi bahwa jika kita menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kita dan meneguhkan kedudukan kita.
“Itu janji Allah, dan banyak sekali janji-janji Allah dan Rasul-Nya untuk orang-orang yang berjuang menolong agamanya.
Maka di sini kami tidak mau dan tidak bisa menjanjikan apa-apa lagi, sudah cukup janji-janji Allah dan Rasul-Nya itu, tinggal kita mengimani dan meyakini apa tidak?” pungkasnya.
Nasihat Para Kiai
Hal senada disampaikan pula oleh Kiai Anizar. Beliau mengatakan bahwa menjadi kader itu pilihan hidup.
Jika sudah memilih, mantaplah dengan pilihan itu, sehingga akan mendatangkan keberkahan.
Adanya kaderisasi, menurutnya, karena pondok ini adalah pondok wakaf, sehingga maju mundurnya bergantung pada umat Islam seluruhnya.
“Jadi, bukan diwaris turun temurun, bukan lagi pertimbangan anak siapa, tetapi lebih kepada pertimbangan kemampuan,”
“maka siapapun yang dianggap mampu dan terdidik dengan baik, maka ia bisa melanjutkan perjuangan pendiri pondok ini” ujarnya.
Selanjutnya para kader akan dipetakan oleh Pimpinan Pondok: apa, bagaimana dan dimananya.
Bisa jadi, kata Kiai Anizar, akan ada yang dikirim ke Al-Azhar, Ummul Qura di Makkah, atau bisa juga di dalam negeri baik di universitas negeri atau swasta dengan pembidangan yang beragam.
Baca juga: Tazakka Kirim Kadernya Ke Al-Azhar
“Ke depan pondok ini butuh kader yang akuntan, arsitek, insinyur teknik sipil, farmasi, dokter, dan lain sebagainya, tentu saja selain bidang-bidang agama seperti tafsir, hadis, ushul fiqh, bahasa arab dan lain-lainnya” imbuhnya.
Nasihat Wakil Ketua Yayasan
Wakil Ketua Yayasan H. Teguh Suhardi menambahkan bahwa tidak banyak pesantren atau lembaga yang merancang kaderisasinya dengan baik dan serius.
“Saya merasa di Tazakka ini gerakan kaderisasinya serius dan bervisi ke depan, alhamdulillah” tukasnya.
Nasihat Ketua Yayasan
Begitu pula Ketua Yayasan H. Anta Masyhadi, beliau menyatakan bahwa kaderisasi itu harus sabar, karena butuh waktu lama hingga 20 tahun.
“Sama seperti dulu saya mengkader anak-anak saya yaitu Ustadz Anang, Ustadz Anizar dan Ustadzah Anisia, yang ketiganya lalu mendirikan pondok ini, itu butuh waktu 20 tahun” kenangnya.
“Dulu, saya tidak pernah punya target anak saya harus jadi ini dan itu, sama sekali tidak, pokoknya yang penting saya kirim ke lembaga yang terbaik untuk belajar yang baik supaya dapat ilmu dan akhlak, setelah itu bisa berjuang dan bermanfaat, selanjutnya biarlah Allah yang menentukan, itu saja” tambah ayahanda dari Kiai Anang dan Kiai Anizar.
Pertemuan diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh KH. Muhammad Bisri, S.H.I, M.Si. Dan dilanjutkan dengan penandatangan surat pernyataan kesediaan menjadi kader. @ray
Sebelumnya:
Aku Pramuka, dan Aku Seorang Muslim