Tazakka — Panitia Ujian Semester I mengadakan pengarahan ujian sebelum memulai jalannya ujian lisan semester I pada Kamis (22/8). Pengarahan ini diikuti oleh seluruh guru dan santri kelas VI KMI di Aula Rabithah.
Bapak Pimpinan dan Pengasuh PM Tazakka, K.H. Anang Rikza Masyhadi, M.A., Ph.D. serta Direktur KMI, K.H. M. Bisri, S.H.I., M.Si. menjadi pemateri dalam pengarahan pagi itu. Hadir pula Bapak Wakil Pengasuh, K.H. Oyong Syufyan, Lc., M.A., Ph.D.
Sebelum dimulai pengarahan, Bapak Wakil Direktur KMI terlebih dahulu memberikan beberapa pertanyaan evaluasi dari pengarahan yang secara khusus telah disampaikan kepada santri akhir yang akan menjadi penguji untuk pertama kalinya. Selanjutnya, beliau membacakan pembagian tugas selama ujian lisan berlangsung.
Kiai Bisri mengawali pengarahannya dengan menekankan kepada seluruh guru dan juga santri kelas VI tentang pentingnya keikhlasan dalam menguji. Karena keikhlasan adalah ruh setiap pekerjaan dan inti dari sebuah ibadah.
Kiai Bisri juga menekankan agar para penguji menjaga sakralitas ujian dengan berpegang teguh pada nilai-nilai pendidikan yang ada di Tazakka seperti kejujuran dan kesungguhan.
“Ujian bukan sekedar formalitas, tapi bagian dari pendidikan. Maka, kita harus ikhlas dalam menguji anak-anak, menjaga kejujuran, memberikan nilai sesuai dengan porsinya, dan bersungguh-sungguh dalam menguji dengan membuat persiapan yang baik dan lengkap. Karena menjaga nilai-nilai adalah bagian dari proses penjaminan mutu pendidikan dan pengajaran di pondok kita ini” tegasnya.
Adapun Kiai Anang kembali menegaskan makna tagline ujian yaitu “Ujian untuk belajar, bukan belajar untuk ujian”. Beliau menjelaskan bahwa tujuan dari ujian bukanlah sekedar mendapatkan nilai, tetapi orientasi utamanya adalah prosesnya.
” Ujian itu untuk mengajarkan kepada para santri bagaimana proses yang harus ia jalani. Dia harus mampu membagi waktu belajar dan mengurus dirinya, bahkan ada sebagian santri yang selain sibuk membagi waktu dan pikirannya, ia masih harus mengurus santri lainnya” jelas Kiai Anang.
Beliau juga menjelaskan bahwa yang diuji sejatinya bukan hanya pada aspek kognitif saja. Tetapi juga menguji aspek moral, mental, dan sikap. “Jadi bukan hanya menguji pemahaman mereka, tapi menguji bagaimana mereka harus bisa sukses dan lulus dalam ujian. Jadi bukan hanya pengetahuan, tapi juga sikap. Makanya rapot kita ada dua; rapot akademik dan non akademik” terangnya.
Usai pengarahan selesai, para penguji ujian lisan kemudian berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Mereka kemudian membagi materi yang akan diujikan dipimpin oleh ketua kelompok masing-masing.
Selanjutnya, para penguji diberikan waktu selama satu hari untuk menulis soal-soal ujian lisan di buku i’dad yang disediakan. Kemudian keesokan harinya, semua i’dad penguji akan dikoreksi oleh Majelis Tashih dari guru-guru senior. Sehingga soal yang diberikan nantinya merupakan soal yang benar dan standar.