Kali pertama dalam sejarah, pertemuan antara para pengasuh pondok pesantren salafiyah dan pengasuh pondok modern, bertempat di Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri, Minggu (5/3).
Rombongan dari para pengasuh pondok modern berjumlah sekitar 40 orang, yang dipimpin oleh Dr. KH. Zulkifli Muhadli, S.H., M.M dan KH. Anang Rikza Masyhadi, M.A., Ph.D sebagai Ketum dan Sekjen Forum Pesantren Alumni Gontor.
Rombongan terdiri dari, antara lain:
KH. Sofwan Manaf (Darunnajah Jakarta)
KH. M. Tata Taufik (Al-Ikhlas Kuningan)
KH. Abdul Kholiq (As-Shiddiqiyah Jakarta)
KH. Muhammad Bisri (Tazakka, Batang)
KH. Syahid Marqum (Mawaridussalam Medan)
KH. Rosyidin Ali Said (Al-Barokah, Nganjuk)
Dr. Agus Budiman (Unida Gontor)
KH. Izzat Fahd (Baitul Arqam Jember)
KH. Iwan Sofyan Andi (Baitul Hidayah Bandung)
KH. Makinuddin (Nurussalam, Oku Timur, Palembang)
KH. Abdurrahim Yapono (Darul Ihsan, Laimu, Maluku Utara)
KH. Abdul Ghaffar (Al-Mahira Jakarta)
KH. Tajuddin (Aisyiyah Bojonegoro)
Gus Reza (Unida Gontor)
Dan rombongan kiai-kiai dari Sumatera Selatan.
Sedangkan dari unsur pengasuh pesantren salafiyah, nampak hadir adalah:
KH. Abdul Rauf Maemun Zubair (Al-Anwar, Rembang)
KH. Taufik (Salafiyah Pasuruan)
KH. Ulinnuha (Mathaliul Falah, Pati)
Gus Yunus (Tebuireng)
KH. Abdillah Asad (Al-Azhar Banyuwangi)
Sambutan hangat diberikan KH. Abdullah Kafabihi Mahrus, sosok ulama kharismatik Pengasuh PP Lirboyo yang juga menjabat Rektor Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri. Dari pertemuan tersebut, sepakat terjalin kerjasama bukan hanya antara pondok pesantren dan para santri, namun juga kepada seluruh alumni baik yang salafiyah maupun yang ashriyah.
Disampaikan Dr. KH. Zulkifli Muhadli, SH., MM, Ketua Umum Forum Pesantren Alumni Gontor, bahwa silahturahmi ini ibarat dirinya bersama alumni lainnya, sowan kepada guru dan tokoh panutan umat Islam.
Sebagian besar dari kami, kata Kiai Zul, baru pertama kali ke Lirboyo. Namun kami sebenarnya telah lama sama-sama kenal dan akrab karena pernah bersama-sama saat umroh atau dalam perjalanan safar lainnya, ungkap KH. Zulkifli Muhadli
Diharapkan dari kunjungan ini, Pengasuh Pondok Pesantren Al-khlas Taliwang itu menyebutkan untuk meningkatkan kualitas santri, karena efek dari pertemuan ini untuk menjalin adanya kerjasama, kolaborasi dan kooperasi.
Sudah tidak waktunya lagi berkompetisi, namun saatnya untuk bersinergi dan berkolaborasi. Karena masing-masing kita memiliki kelebihan dan kekurangan, kita saling melengkapi supaya semuanya bisa berkembang dan maju bersama.
Ia menambahkan bahwa Lirboyo dan pesantren-pesantren salafiyah lainnya menjadi rujukan utama bagi kalangan pesantren salafiyah lainnya. Sementara Gontor merupakan kiblat pesantren modern. Kita punya kepentingan membangun kesatuan ukhuwah mahadiyyah, antara salafiyah dan ashriyah hingga ke anak cucunya, karena umat ini membutuhkan persatuan dan kesatuan ulama dan pesantren, ungkap Kiai Zul.
Kiai Zulkifli juga menyampaikan bahwa Pondok Lirboyo telah memilik banyak jasa untuk bangsa dan negara ini, sebagaimana Gontor dan pesantren-pesantren tua di negeri ini.
Sementara itu, Kiai Kafabihi di depan para tamunya itu dan santri-santrinya menyatakan bahwa asal-usul pesantren sebetulnya adalah satu, bahkan jika dirunut ke belakang akan ketemu tunggal guru. Namun, dalam perkembangannya ada yang tetap mempertahankan salafiyahnya, dan ada yang bertransformasi ke ashriyah.
Menurutnya, justru dengan adanya perbedaan itu supaya bisa saling belajar dan mengisi; ada banyak hal yang ashriyah harus belajar ke salafiyah, demikian pula banyak hal yang salafiyah harus belajar ke ashriyah.
Di tempat yang sama, Sekjen FPAG Kiai Anang menyampaikan bahwa rencananya Pondok Lirboyo akan diusulkan sebagai tempat penyelenggaraan Muktamar Pondok-pondok Muadalah yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pesantren Muadalah (FKPM). Hal itu disampaikannya di hadapan Kiai Kafabihi dan para santri Lirboyo hasil kesepakatan rapat dua bulan sebelumnya di Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang.
Usai silaturahim dan sarasehan bersama para santri Lirboyo, dilanjutkan dengan rapat persiapan Muktamar Muadalah.