KADERISASI BY DESIGN:
Membeli Masa Depan dengan Harga Hari Ini

KADERISASI BY DESIGN:<br>Membeli Masa Depan dengan Harga Hari Ini default

KH. Anang Rikza Masyhadi, M.A., Ph.D
Pengasuh Pondok Modern Tazakka Batang

Dalam konsep pesantren modern ala Gontory, Panca Jiwa dan Panca Jangka menjadi kata kunci dalam pengelolaannya. Panca Jiwa menjadi semacam landasan ideal; Panca Jangka sebagai landasan operasionalnya: Pendidikan dan Pengajaran, Kaderisasi, Pergedungan, Khizanatullah, dan Kesejahteraan Keluarga Pondok.

Kaderisasi adalah bagian dari Panca Jangka. Kaderisasi itu, hemat saya, membeli masa depan dengan harga hari ini.

Ini penting untuk dipikirkan, diprogramkan dan dijalankan secara bertahap. Sebab, ada pesantren yang berpikir kaderisasi saja belum. Gagasan tentang kaderisasinya kosong! Padahal, semakin besar pesantren dan semakin banyak santrinya, maka kebutuhan SDM kader semakin banyak dan beragam.

Kader adalah orang yang dipersiapkan untuk melanjutkan cita-cita perjuangan pondok. Maka, visi, misi, ruh, nilai-nilai, komitmen perjuangan, hingga totalitasnya haruslah sama dengan pondok. Maka, ada istilah, kader tak perlu punya idealisme dan cita-cita pribadi, karena idealisme dan cita-cita pondok itulah yang kemudian menjadi idealisme dan cita-citanya. Inilah yang disebut loyalitas.

Dari sisi totalitas, kader itu memang harus all out tenaga, pikiran, waktu dan hatinya untuk santri dan pondok. Pondok bukan pekerjaan samben. Jika pun ada aktivitas di luar, pastikan hal itu dalam rangka penguatan santri dan pondoknya. Karenanya, agenda pribadinya menjadi semakin kecil, mungkin tinggal 5 sampai 10 persen.

Dari sisi kompetensi dan kapasitas, kader harus sesuai dengan arah perjuangan pondok dengan segala dinamika dan tantangannya. Tentu saja tidak sekedar dalam ruang lingkup islamic studies saja: Al-Quran, tafsir, hadis, fiqh, ushul fiqh, nahwu, sorof, dan lain sebagainya, tapi juga mencakup bidang-bidang lain.

Bidang-bidang itu ada yang kaitannya dengan proses kegiatan belajar mengajar, seperti islamic studies, MIPA, bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Indonesia, jurnalistik dan media, pendidikan, dan lain sebagainya. Ada pula yang kaitannya dengan pengelolaan pesantren seperti teknik sipil, arsitektur, akuntansi, menejemen, aktuaria, bisnis, teknik informatika, programer, dan lain-lain.

Ada lagi yang kaitannya dengan pengelolaan santri dan guru, seperti: psikolog, menejemen SDM, dokter, apoteker, dan kader-kader yang sifatnya skill seperti kepanduan, beladiri, musik, seni rupa, dan lain sebagainya.

Kader bisa dibuat dalam beberapa kategori: kader bani dan kader bina. Kader bani adalah para kader dari lingkungan dzuriyah (keturunan) sang pendiri pondok. Sebagai bentuk apresiasi kepada jasa-jasa orang tua dan leluhurnya. Dalam dunia bisnis, istilahnya goodwill.

Kader bina adalah para kader bukan dari kalangan keturunan pendiri pondok. Mereka menjadi kader karena terus dibina dan disiapkan menjadi kader. Bisa siapa saja asal sesuai kriteria kader yang ditetapkan.

Kader bani dan kader bina, dalam konsep pondok modern berstatus sama. Tidak ada beda. Yang dinilai adalah kelayakan. Dzuriyah atau bani yang tak memenuhi syarat rukun menjadi kader, maka tidak akan menjadi kader. “Qola wa min dzurriyyati? Qola la yanalu ‘ahdidzalimin.” (Qs. [2]: 124)

Ada juga kategori muaqqot (temporer) dan muabbad (permanen). Kader temporer adalah kader yang bersifat sementara. Ia mencurahkan totalitasnya selama kurun waktu tertentu, biasanya sedikitnya selama 4 tahun, dan bisa sampai 6 atau 10 tahun, misalnya. Setelah itu, ia diizinkan oleh Kiai untuk melanjutkan pengabdian dan perjuangannya di masyarakat luas. Tentu saja, ridha Kiai menjadi modal utama mengawali kiprahnya di luar.

Kader permanen akan mengabdi di pondok seumur hidupnya. Sampai mati. Susah-senang, naik-turun, ia istiqomahi di pesantren dengan segala dinamikanya. Kuburannya pun telah disiapkan di lingkungan pesantren.

Mereka yang bisa menjadi kader permanen ditentukan oleh Pimpinan Pondok. Selain pertimbangan syarat dan rukun, Pimpinan Pondok punya pertimbangan ‘bashirah’ tersendiri.

Isu paling krusial dalam proses kaderisasi adalah soal pendanaan. Dari mana biaya untuk menciptakan kader-kader itu? Pendanaan kaderisasi, menurut saya ada beberapa strategi, antara lain:

Pertama, pendanaan mandiri, artinya pesantren mesti menyiapkan slot dana khusus untuk kaderisasi. Anggap saja, dana kaderisasi ini menjadi bagian dari kebutuhan dan keperluan rutin. Soal besar kecilnya, tentu diserahkan kepada kesiapan masing-masing pesantren.

Pertanyaannya adalah: slot apa yang bisa dipakai untuk mendanai program kaderisasi ini? Apakah uang sekolah dan uang makan santri bisa dipakai untuk kaderisasi ini? Menurut saya, berat! Kecuali pesantren punya unit usaha ekonomi produktif yang disisihkan keuntungannya untuk mendanai kaderisasi.

Atau melalui instrumen pembiayaan dari skema dana ziswaf. Ini paling rasional. Karena memang peruntukan dana ziswaf diantaranya bisa untuk kaderisasi melalui skema-skema beasiswa.

Pertanyaannya, apakah setiap pesantren telah menjalankan gerakan ziswaf sebagai instrumen funding? Nah, ini dia! Pesantren-pesantren yang minim menggerakkan instrumen ziswaf dalam pendanaan pondoknya, maka program-program kaderisasi seperti ini tentu akan menjadi kendala besar.

Kedua, pendanaan melalui kerjasama kemitraan. Kita perlu mengembangkan networking dengan pihak lain, baik dengan lembaga perguruan tinggi, lembaga training, atau asosiasi-asosiasi sejenis supaya mereka memberi slot beasiswa. Atau dengan lembaga filantropi,l agar mereka bisa memberi beasiswa untuk kader-kader kita yang sedang belajar di berbagai tempat.

Untuk yang pola kedua ini, FPAG telah dan terus mengembangkan pola-pola kerjasama kemitraan baik dengan perguruan tinggi, maupun lembaga filantropi seperti lembaga azis dan lembaga wakaf untuk mendukung program kaderisasi di pesantren kita semua.

Sekali lagi, kaderisasi by design itu penting. Pikirkanlah mulai dari merancang, mengkalkulasi, memilih kader, memetakan bidang, membina, membersamai, dan membimbingnya hingga mereka benar-benar tumbuh menjadi kader haqiqotan yang diharapkan. Dan inilah salah satu pekerjaan terberat bagi para Pimpinan Pesantren.

“Kaderisasi, membeli masa depan dengan harga hari ini.”

Jangan sampai terlambat!

Coventry, UK
23 Syaban 1444
15 Maret 2023