Tazakka (21/09) – Pada tanggal 21 September 2022 lalu, Bagian Perpustakaan bekerjasama dengan Bagian Media Center–dua organisasi di bawah Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) Tazakka–berkolaborasi mengadakan workshop membuat naskah film bersama Sigit Ariansyah, sutradara dan penulis naskah terkenal di tanah air. Acara ini dilanjutkan dengan Nobar (Nonton Bareng) film karya Sigit Ariansyah berjudul “Jejak Langkah 2 Ulama”.
Alumni Pondok Modern Darussalam Gontor tahun 1990, Sigit Ariansyah menjelaskan bahwa naskah film dimulai dari cerita, dan cerita dapat dibangun dengan formula “Who, What, and But”. “Who” misalnya si Kancil, “What” misalnya mencuri tomat, dan “But” misalnya ia ketahuan petani tomat. Maka muncullah konflik, dan konflik ini akan dicari solusinya.
“Selanjutnya cerita akan berproses menjadi treatment, dan treatment akan berproses menjadi naskah film, lalu naskah film berproses menjadi film,” papar Sigit.
Selesai workshop, para santri diminta untuk menyaksikan langsung penerapan formula “Who, What and But” yang Sigit Ariansyah rumuskan tadi di dalam karya film “Jejak Langkah 2 Ulama”. Film yang berdurasi 2,5 jam ini berkisah mengenai pendiri Muhammadiyah (Kiai Ahmad Dahlan) dan pendiri Nahdhatul Ulama (Kiai Hasyim Asy’ari). Dalam film divisualisasikan bahwa Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim Asy’ari adalah sahabat satu guru, yaitu Kiai Saleh Darat. Yang lebih mengejutkan lagi, rupanya Raden Ajeng Kartini pun, tokoh pergerakan wanita di Indonesia, adalah juga murid Kiai Saleh Darat. Ketiga tokoh nasional itu bertemu di pengajian Kiai Saleh Darat–fakta yang amat jarang diketahui khalayak umum.
Sigit Ariansyah mengaku film ini berdasarkan hasil risetnya selama 1 tahun, dari satu tempat ke tempat lain mencari bukti bukti historis untuk ditampilkan dalam filmnya.
443 santri Tazakka yang menonton film ini tak nampak beranjak dari tempat duduk mereka, padahal durasi film ini 2,5 jam.
“Banyak hal hal baru yang bisa santri santri ketahui lewat film ini, seperti persahabatan Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim Asy’ari, kecintaan Raden Ajeng Kartini mendatangi pengajian Kiai Saleh Darat, dan kiprah dua kiai itu menghadapi penjajahan Belanda. Dan masih banyak lagi. Pokoknya, film ini recommended banget untuk ditonton oleh santri santri se-Indonesia, baik dari Muhammadiyah, dari NU, dari Gontor, santri santri afiliasi lainnya. Pesan persatuan dan kesatuan pondok pesantren se-tanah air yang ditampilkan film ini sungguh gamblang dan lugas,” ungkap Ustadz Adi Nugroho, Supervisor Bagian Perpustakaan yang menyelenggarakan acara ini.
Usai Nobar, KH. Anang Rikza Masyhadi, Pimpinan Pondok Modern Tazakka yang juga menonton film “Jejak Langkah 2 Ulama” dari awal hingga akhir memberikan rekomendasi bagi pondok pondok pesantren lain untuk segera mengadakan Nobar film ini.
“Film ini luar biasa. Inilah tontonan yang bisa menjadi tuntunan. Setiap kalimat yang diucap pemain dalam film ini memiliki makna. Tidak ada kalimat yang percuma. Semua dialognya ada isinya. Kita bersyukur, masih ada orang yang memproduksi konten konten yang baik,” puji Kiai Anang.
Kiai Anang pun menyarankan agar film “Jejak Langkah 2 Ulama” ini jadi film wajib tonton bagi seluruh pesantren di Indonesia.
@medcentazakka