TEGAL– Pondok Modern Tazakka kembali mengadakan Family Gathering bagi seluruh guru dan keluarganya pada Selasa-Rabu (16-17/11). Kali ini, Obyek Wisata Guci, Tegal menjadi pilihan.
Family Gathering ini telah menjadi sunnah pondok sejak 10 tahun yang lalu. Dimana seluruh guru dan keluarganya ikut hadir. Bahkan, dari Pimpinan Pondoknya hingga guru-guru pengabdian. Tahun ini, Family Gathering diikuti oleh 140 orang.
Bertolak dari Tazakka pada selasa pagi menggunakan dua armada bus, hiace dan beberapa mobil pondok. Sampai di Guci siang hari. Semua peserta langsung check in hotel dan menuju kolam renang air hangat. Nampak keceriaan terpancar dari wajah para pejuang itu setelah selama satu semester berkutat dengan pendidikan dan pengajaran di pondok.
Malam harinya diawali dinner bersama di aula Grand Dian Hotel yang menjadi tempat menginap.
Usai dinner acara dilanjutkan dengan penampilan-penampilan dari putra dan putri guru. Kemudian beberapa guru menyumbangkan beberapa lagu-lagu diiringin dengan musik orjen tunggal yang indah.
Dalam kesempatan itu, Bapak Pimpinan PM Tazakka memberikan setruman nilai-nilai dan tausiyah kepada seluruh yang hadir. Kiai Anang menegaskan tentang pentingnya memelihara dan mempertahankan kebersamaan dan kehangatan.
“Family Gathering ini sunnah pondok, sifatnya sakral. Maka, semuanya harus ikut dan mengusahakan ikut. Karena di dalamnya ada kebersamaan. Ini suasana mahal, suasana yang sakral” tegas beliau.
Di dalam merintis, membangun dan mengelola pesantren serta mendidik para santri, butuh kebersamaan, tegasnya. “Ingat, kita ini kebersamaan, bukan sekedar bersama-sama. Kebersamaan itu maknanya lebih dinamis, karena ada ukhuwah di dalamnya, ada sinergi, dan ada kolaborasi” tambah Kiai Anang.
Kiai Anang lalu merefleksi kesyukuran pencapaian pondok dalam 10 tahun sejak berdirinya. Di tengah dinamika perjuangan merintis, membangun dan memajukan pondok, banyak capaian yang patut disyukuri, meskipun ada banyak pula kekurangan yang mesti dibenahi.
Senada, Kiai Anizar berpesan agar semua guru dan keluarga guru mampu menjaga hati masing-masing. “Jaga hati! Jangan sampai masuk rasa iri, dengki, hasut dan fitnah di antara kita semua. Jangan bising! Karena kebisingan itu yang akan merusak kebersamaan” tutur Kiai.
Kiai Anizar juga menguatkan para guru agar tetap sabar dan istiqomah dalam berjuang di pondok. Karena sejatinya, semua guru adalah pejuang bukan pegawai.
Sebagai pejuang, lanjutnya, mentalnya pun harus mental pejuang; jangan sampai pejuang tetapi bermental pekerja. “Pejuang itu di pikirannya bukan seberapa banyak saya dapat, tetapi seberapa banyak saya memberi, give…give….and give! Itu rumusnya” tandas Kiai Anizar.
Beliau juga mengungkapkan kesyukurannya bahwa semua guru punya pikiran dan persepsi yang sama tentang pondok dan tentang santri. Ada banyak lembaga yang personel-personelnya punya pikiran dan persepsi yang berbeda tentang lembaganya.
Ibaratnya, kita ini berdiri di tempat yang sama dan melihat ke arah yang sama, imbuh Kiai Anizar.
Sedangkan Kiai M. Bisri menambahkan tentang pentingnya totalitas dan kesungguhan. Menurutnya, dalam bekerja dan berjuang untuk pondok kita semua harus totalitas dan sungguh-sungguh. Dengan kesungguhan dan totalitas, InsyaAllah pondok akan terus hidup, maju dan berkembang, tandasnya.
Acara diselingi dengan pembagian door prize. Malam itu acara ditutup dengan lantunan shalawat yang langsung dipimpin oleh Bapak-bapak Pimpinan. Diakhiri dengan doa dan foto bersama.
Keesokan harinya, Bapak Pimpinan mengajak semua peserta berekreasi ke air terjun Guci dan siangnya ditutup dengan makan bersama sebelum kembali ke pondok. @badawi