Semua Nabi Mendapatkan Ujian Berat, Orang Shaleh Pun Demikian

Semua Nabi Mendapatkan Ujian Berat, Orang Shaleh Pun Demikian

Anang Rikza Masyhadi

Tidak ada nabi dan rasul yang tidak diuji dengan ujian berat oleh Allah SWT. Al-Quran menceritakan semua kisah-kisah itu. Berikut ini adalah beberapa diantara contoh ujian-ujian para nabi.

Nabi Adam AS, diuji dengan kedua putranya: Qobil dan Habil. Keduanya bertengkar hebat dan karena ibadah kurbannya Habil diterima oleh Allah karena keikhlasan dan ketakwaannya, sebaliknya ibadah kurbannya Qobil tidak diterima karena riya dan kemaksiatan. Ini menunjukkan dua perilaku yang bertentangan. Menyebabkan Qobil cemburu, maka dibunuhlah saudaranya itu, Habil.

Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun benar-benar membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang yang rugi. (Qs. Al-Maidah [5]: 30) — baca kisah lengkapnya dari ayat 27 – 31.

Nabi Nuh AS diuji dengan isteri dan anaknya yang durhaka. Padahal bapaknya, Nuh AS adalah hamba yang sangat shaleh, seorang nabi dan rasul.

Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada di tempat yang jauh terpencil, “Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir.” (Qs. Hud [11]: 42)

Sama dengan Nabi Nuh AS, adalah Nabi Luth AS yang isterinya juga durhaka. Padahal keduanya (isteri Nabi Nuh dan isteri Nabi Luth) berada di bawah pengawasan kedua hamba Allah yang shaleh, tapi ternyata kedurhakaannya menyebabkan nasehat para suaminya itu tak diindahkannya. (baca Qs. At-Tahrim [66]: 10)

Dan ketika para utusan Kami (para malaikat) datang kepada Luth, dia merasa bersedih hati karena kedatangan mereka, dan merasa tidak mempunyai kekuatan untuk melindungi mereka, dan mereka (para utusan) berkata, “Janganlah engkau takut dan jangan pula bersedih hati. Sesungguhnya Kami akan menyelamatkanmu dan pengikut-pengikutmu, kecuali istrimu, dia termasuk orang-orang yang tinggal (dibinasakan).” (Qs. Al-Ankabut [29]: 33)

Lalu, Nabi Ibrahim yang terus menerus diteror oleh pembesar-pembesar kaumnya karena dakwahnya kepada tauhid. Bahkan, Nabi Ibrahim AS pernah dibakar hidup-hidup di depan kaumnya oleh penguasa zalim ketika itu, tetapi Allah menyelamatkannya dengan menjadikan api yang membakar Nabi Ibrahim AS itu menjadi dingin. Padahal, sifat api adalah panas.

Kami (Allah) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!” (Qs. Al-Anbiya [21]: 69)

Ujian berat juga menimpa Nabi Ayyub AS dengan sakit kulit yang sangat parah. Dan ingatlah kisah Ayub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “Ya Tuhanku, sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” (Qs. Al-Anbiya [21]: 83)

Karena kesabarannya dalam menghadapi ujian penyakit dan ujian-ujian lainnya, Nabi Ayyub AS pun dipuji oleh Allah SWT. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat kepada Allah. (Qs. Shad [38]: 44)

Lalu, ada Nabi Musa AS. Ujiannya adalah dakwahnya menghadapi penguasa yang sangat zalim dan sewenang-wenang: Firaun. Hingga akhirnya, Firaun mengerahkan bala tentaranya dengan peralatan tempur lengkap mengejar Nabi Musa AS dan pengikutnya hingga ke tepi laut merah Tetapi, Allah menyelamatkan Nabi Musa AS.

Dan ingatlah ketika Kami menyelamatkan kamu dari Fir‘aun dan pengikut-pengikut Fir‘aun. Mereka menimpakan siksaan yang sangat berat kepadamu. Mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Dan pada yang demikian itu merupakan cobaan yang besar dari Tuhanmu.

Dan ingatlah ketika Kami membelah laut untukmu, sehingga kamu dapat Kami selamatkan dan Kami tenggelamkan Fir‘aun dan pengikut-pengikut Fir‘aun, sedang kamu menyaksikan. (Qs. Al-Baqarah [2]: 49-50)

Dan tentu saja, ujian berat juga menimpa Nabi Muhammad SAW. Dihujat, dihina dan dihalang-halangi dakwahnya oleh para pembesar kaumnya seperti Abu Jahal, Abu Lahab dan lain-lainnya. Hingga akhirnya, Allah SWT memerintahkannya untuk berhijrah ke Madinah. Kisah tentang berbagai ujian yang menimpa Nabi Muhammad SAW tentu sudah sangat familiar di telinga kita.

Maka dari itu, ujian berat dalam hidup, seberat apapun itu akan selalu menimpa hamba-hamba Allah yang shaleh. Jangan katakan bahwa orang shaleh tidak diuji!

Justru ujiannya lebih berat daripada orang awam biasa. Justru, ujian itu untuk menguji kekuatan keimanan dan ketakwaannya. Bagi orang shaleh, ujian itu adalah nutrisi untuk semakin mendekatkan diri pada Allah SWT.

Maka, jangan fokus pada ujiannya, karena ujian itu menimpa semua orang: yang shaleh maupun yang durhaka; yang kaya maupun yang miskin; penguasa maupun rakyat jelata.

Tetapi, fokuslah pada bagaimana menyikapi setiap ujian hidup. Karena sebenarnya, ujian hidup itu untuk mengetahui siapa yang benar dan siapa yang dusta; siapa yang taat dan siapa yang maksiat.

Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?

Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta. (Qs. Al-Ankabut [29]: 2-3)

Kamu pasti akan diuji dengan hartamu dan dirimu. Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang sangat menyakitkan hati dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. (Qs. Ali Imran [3]: 186)

Maka apabila manusia ditimpa bencana dia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan nikmat Kami kepadanya dia berkata, “Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku.” Sebenarnya, itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Qs. Az-Zumar [39]: 49)

Kembalikan semua ujian kepada Pemberi ujian: Allah. Ambil hikmah dari setiap ujian. Dan bersabarlah menghadapinya.

Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). (Qs. Al-Baqarah [2]: 155-156)

WalLaahu a’lam.

Bandar, 30 Desember 2020

www.tazakka.or.id