JAKARTA- Wakil Presiden RI KH. Makruf Amin dan Wakil Rektor Al-Azhar Syaikh Prof. Dr. Muhammad Abuzaid Al-Amir menghadiri pembukaan Expert Meeting yang diadakan oleh Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Senin-Selasa (25-26/11).
Expert Meeting dihadiri juga oleh Rektor UIII Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Dirjen Pendis Kemenag RI Prof. Dr. Kamaruddin Amin, para rektor universitas dari dalam dan luar negeri (Timur Tengah, Eropa, Australia dan Asia), akademisi dan praktisi pendidikan.
Dalam keynotenya, Wakil Presiden menyampaikan bahwa pertemuan ini dalam rangka mengenalkan UIII ke dunia internasional dan mendapatkan masukan-masukan untuk UIII.
“Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar, menjadi rujukan ilmu pengetahuan agama, pusat riset, peradaban dan lainnya” ujar Kiai Makruf.
Wapres menekankan agar UIII dapat mempresentasikan wajah Indonesia yang demokratis, toleran dan menganut washatiyyat Islam.
Dalam sambutannya sebagai keynote speaker pada Expert, Wakil Rektor Al-Azhar menyampaikan salam dan penghargaan yang tinggi dari Grand Syaikh dan Rektor Al-Azhar Kairo atas berdirinya UIII.
“Al-Azhar menyambut baik dan mendukung penuh berdirinya UIII serta siap bekerjasama dengan UIII“, ujarnya.
Hubungan Indonesia dan Mesir terjalin sejak sebelum kemerdekaan, ditandai dengan banyaknya mahasiswa Indonesia yang belajar ke Al-Azhar. Dan Mesir termasuk negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
“Kecintaan Mesir kepada Indonesia ditandai dengan hadirnya Grand Syaikh Al-Azhar sepanjang sejarah: mulai dari Syaikh Abdul Halim Mahmud, Syaikh Syaltut, Syaikh Jadul Haq, Syaikh Thantowi, dan Syaikh At-Thoyyib yang hadir dua kali ke Indonesia pada 2016 dan 2018”, ungkap Prof. Abu Zaid Al-Amir di hadapan hadirin Expert Meeting.
Menurutnya, pendidikan di Al-Azhar menggabungkan metode dan sentuhan akal dan ruh. Saat ini mahasiswa asing yang belajar di Al-Azhar datang dari 108 negara. Al-Azhar membina dan mendidik mereka yang kelak akan menjadi duta-duta Al-Azhar dalam keulamaan, keilmuan, pemikiran, washatiyyat Islam dan perdamaian.
Al-Azhar, lanjutnya, menjadi pusat keilmuan dunia yang moderat, diajarkan di Al-Azhar Ta’addud Manhajiyyat Al-Azhar atau keragaman metode fiqh, yaitu fiqh empat madzhab, sehingga mahasiswa mengetahui betul semua khilafiyah fiqhiyyah, sehingga bisa menjadi ulama yang merekatkan dan menyatukan.
“Al-Azhar tidak mendoktrin kepada mahasiswanya kepada satu madzhab saja, namun semua diajarkan dan diberikan pemahaman yang mendalam dan proporsional“, tutup Prof. Abu Zaid Al-Amir.
Menurut Pimpinan Pondok Modern Tazakka KH. Anizar Masyhadi yang mendampingi Prof. Abu Zaid selama kunjungannya ke Indonesia, bahwa Anggota Tetap Pengembangan SDM Dosen Al-Azhar tersebut hadir di Indonesia mewakili Rektor Al-Azhar Prof. Dr. Muhammad Husein Al-Mahrosowi yang berhalangan hadir karena sedang berada di Dubai.
Di Jakarta, Prof. Abu Zaid Al-Amir akan bertemu dengan Waketum Dewan Masjid Indonesia Komjen Pol Purnawirawan Syafruddin dalam rangka kunjungan balasan ke DMI dan kerjasama pendirian Museum Assalamu Alaika Ayyuhan Nabi. Al-Azhar adalah lembaga yang mendukung dan membantu Yayasan Wakaf Assalam, mempunyai kerjasama dengan Yayasan Wakaf As-Salam dan Liga Dunia Islam dalam tarjamah seluruh konten museum Assalamu Alaika Ayyuhan Nabi ke dalam bahasa selain Arab.
Prof. Abu Zaid Al-Amir juga akan berkunjung ke UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, lalu bertemu dengan 3 rektor universitas konsorsium program bahasa Indonesia di UMS Solo, dan akan berkunjung ke UNIDA Gontor dan Pondok Modern Tazakka.@fauzi