TAZAKKA – Pondok Modern Tazakka mengadakan pelatihan dan workshop tentang Metode Takhrijul Hadits, Jumat (22/3). Narasumber utama menghadirkan Dr. H. Zahrul Fata, Lc, MA., pakar hadits lulusan Al-Azhar Kairo dan IIUM Malaysia.
Pelatihan yang digelar di Aula Rabithah, Tazakka itu diikuti sekitar 80an peserta, terdiri dari para guru Tazakka dan beberapa santri kelas V. Nampak juga peserta utusan dari beberapa pesantren di Jawa seperti PP Darunnajat Brebes, PP Al-Aqsho Blitar, IMBS Pekajangan, PP Tidar Magelang, PP Darul Islah Tombo, Bandar dan lain-lain.
Dalam sambutannya Bapak Pimpinan PM Tazakka, KH. Anang Rikza Masyhadi, MA yang didampingi Bapak Direktur KMI, KH. M. Bisri, S.H.I., M.Si. menyampaikan tujuan diadakannya pelatihan dan workshop ini, bahwa diskursus tentang ilmu hadits amatlah penting, sehingga perlu dipelajari lebih mendalam.
Menurut Kiai Anang, memastikan otentitas sebuah Hadis jauh lebih rumit daripada ayat Al-Quran. Sebab, Al-Quran telah jelas jumlah suratnya, ayatnya, bahkan tata letaknya sekalipun. “Jadi, saat ada orang menyebutkan satu ayat tertentu, kita bisa dengan mudah memastikan bahwa ini ayat sekian dari surat sekian, sampai pada letaknya di halaman kiri atau kanan” ujarnya.
Namun, lanjut Kiai Anang, tidak demikian dengan hadis. Saat orang menyebut sebuah hadis, kita harus cari tahu ada di kitab mana hadis itu, derajatnya shahih atau dhoif, perawinya terpercaya atau diragukan, dan lain sebagainya.
“Makanya, perlu diadakan pelatihan takhrijul hadis ini, supaya para dai, guru pengampu ilmu hadis dan juga para santri mengerti bagaimana metode melacak otentitas sebuah hadis, jadi jelas ya pelatihan ini semacam ToT, jadi ini bukan untuk orang awam yang tidak tahu bahasa Arab” papar kandidat doktor Linguistik Arab dan Tafsir dari Suez Canal University, Mesir itu.
Kiai peraih gelar Master of Art dari Kajian Timur Tengah Pascasarjana UGM itu menambahkan bahwa di Tazakka tiap tahun diadakan dua agenda besar yaitu: Festival Al-Quran di semester pertama dan Festival Sunnah di semester kedua tiap tahunnya. “Ini semua sebagai penekanan akademik dan keilmuan serta membuka cakrawala para santri kepada dua sumber hukum agama Islam” jelasnya.
Selanjutnya, Dr. Zahrul Fata mengawali presentasinya dengan sejarah penulisan hadis yang masih menjadi perdebatan, terutama kaum orientalis. Menurutnya, para orientalis keliru besar saat menuduh bahwa hadis-hadis Nabi awalnya hanya berupa hafalan-hafalan di kepala para sahabat dan tabi’in, dan baru ditulis ulang atau dikodifikasi dua abad setelahnya.
“Setelah dikaji secara mendalam dan cermat, ternyata ditemukan fakta bahwa banyak hadis telah ditulis pada zaman Rasulullah, sebagai contoh nyata adalah Piagam Madinah yang sudah tertulis dan juga surat-surat yang ditulis untuk para raja saat itu, belum lagi catatan pribadi para sahabat dekat Nabi setiap kali mendengar sesuatu dari Nabi” jelas dosen UNIDA Gontor itu.
Peraih doktor hadis dari IIUM Malaysia itu menambahkan bahwa memang di awal Islam, penulisan hadits sempat dilarang untuk menjaga agar tidak tercampur dengan ayat-ayat Al-Quran. Namun, saat muslim sudah banyak dan mampu membedakan antara hadis dan ayat Al-Quran, penulisan hadis dibolehkan.
“Memang ada hadis yang melarang penulisan hadis, tapi ada hadis lain yang membolehkan, seolah ini nampak bertentangan, padahal jika dikaji mendalam tidak demikian, larangan Rasul terutama kepada beberapa sahabat yang ditugasi menulis wahyu agar tidak tercampur, sementara Rasul membolehkan beberapa sahabat lain menuliskan hadisnya” tandas Zahrul.
“Adapun masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah masa dimana kodifikasi hadis resmi dilakukan secara besar-besar dan berhasil, karena sosok Umar bin Abdul Azis sendiri selain sebagai khalifah waktu itu, ia juga seorang ahli hadis dan faqih, jadi paham visi dan punya kekuasaan untuk mewujudkannya” imbuhnya.
Sebelum jeda shalat Jum’at, Dr. Zahrul juga menjelaskan tentang beberapa model kitab hadits yang terbagi menjadi dua, yaitu kitab-kitab matan dan kitab-kitab syarah yang masing-masing terdiri dari buku induk dan buku berbentuk kompilasi termasuk contoh-contoh kitabnya secara rinci.
Adapun selepas jeda shalat Jum’at, Dr. Zahrul Fata kemudian melanjutkan pembahasannya tentang metode-metode yang digunakan dalam takhrij hadits. Beliau menjabarkannya dalam 5 metode.
“Beberapa metode yang digunakan dalam takhrij hadits adalah mentakhrij hadits berdasarkan perawi paling atas, berdasarkan awal kata dari isi hadits, berdasarkan lafal-lafal matan hadits, berdasarkan temanya dan berdasarkan sifat lahir hadits, baik dari segi sanad maupun matan” ungkap Alumni Gontor tahun 1996 ini.
Tak hanya menjelaskan tentang metode-metode yang digunakan dalam takhrijul hadits, Beliau juga mengajak para peserta untuk mempraktekkan beberapa metode tersebut melalui kitab-kitab hadits yang sudah disiapkan oleh panitia. Acara pun kembali ditutup dengan tanya jawab seputar metode takhrijul hadits dan juga dilanjutkan dengan perfotoan bersama antara pemateri dengan peserta workshop.
Malam harinya, Dr. Zahrul didaulat oleh Pimpinan Pondok untuk menjadi narasumber di Kajian Islam Tematik (KIT) yaitu sebuah forum kajian eksekutif binaan Kiai Anang yang diadakan di Gedung Yagis, Pekalongan. Tema yang diusung dalam KIT adalah: Hadis dari Masa ke Masa: Fungsi dan Perannya dalam Kehidupan Muslim.
Direktur KMI KH. M. Bisri, S.H.I., M.Si saat dimintai keterangannya tentang acara ini beliau mengatakan bahwa pelatihan dan KIT merupakan rangkaian dalam acara Festival Sirah Nabawiyah dan Sunnah yang digelar selama tiga hari, yaiu Jumat hingga Ahad, 22-24 Maret.
Festival itu di dalamnya dipamerkan berbagai infografis terkait sirah Nabi dan ilmu hadits. “Nanti ada bagan silsilah ilmu dari Nabi kepada sahabat kepada tabi’in, tabit-tabi’in dan seterusnya, ada pula bagan tentang klasifikasi hadis, bagan tentang perjalanan yang ditempuh para perawi dalam menemukan hadis, dan lain sebagainya” kata Kiai Bisri.
Selan pameran, festival juga menyelenggarakan berbagai lomba: cerdas cermat hadis, lomba hafalan hadis, lomba update status hadis. Festival juga menyediakan kuliner timur tengah. Duh, asyiknya @alam
Sebelumnya:
Jangan Munafik !Berikutnya:
Gelombang Kedua, Tazakka Jaring 40 Santri Lagi