Benar, Kebenaran dan Menjadi Benar. KH. Anang Rikza Masyhadi, MA
Banyak orang belajar tentang kebenaran, tetapi tidak menjadi benar. Contohnya: orang belajar hukum tetapi melanggar hukum; orang belajar ilmu politik tetapi merusak tatanan politik; bahkan orang belajar agama justru melanggar ajaran agama.
Seharusnya yang belajar dan mengerti hukum harus menjadi teladan dalam penegakan hukum dan menjadi orang yang paling disiplin taat pada hukum. Dan orang yang belajar dan mengerti ilmu politik harusnya digunakan untuk menata sistem politik supaya berkeadilan, bermartabat menuju good governance.
Seperti halnya orang yang belajar dan mengerti agama, harusnya menjadi teladan dalam pengamalan nilai-nilai keagamaan. Bahkan, dengan itu mestinya ia mendakwahkan pengetahuan dan pengamalan agama itu kepada orang lain.
Akan tetapi, kenyataan yang sering kita saksikan bukanlah demikian. Banyak orang belajar kebenaran tetapi tidak menjadi benar. Belajar kebenaran dan menjadi benar adalah dua hal yang berbeda.
Belajar tentang kebenaran tempatnya di sekolahan atau di majelis ta’lim, tetapi menjadi benar itu adalah hidayah Allah. Tujuan hidup kita sesungguhnya adalah untuk menjadi orang benar berdasarkan petunjuk Allah.
Itulah mengapa setiap saat kita meminta hidayah-Nya:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus (Qs. Al-Fatihah [1]: 6)
Maka, jangan sekedar belajar, atau mengaji, akan tetapi mintalah selalu petunjuk (hidayah) Allah. Itu yang terpenting. Supaya kita selalu dituntun oleh hidayah-Nya.
Tidak ada sesuatu yang lebih mahal dalam hidup kita kecuali hidayah. Sebab, tanpanya semuanya akan sia-sia. Menjadi orang kaya raya tetapi tidak mendapat hidayah, buat apa? Karena hartanya pasti digunakan tidak pada jalan yang benar.
Menjadi orang berpangkat dengan jabatan terhormat, tetapi tidak dapat hidayah, maka malah akan mencelakakan dirinya sendiri. Yang akan muncul adalah penyalahgunaan jabatan dan tindakan menyimpang lainnya.
من ازداد علما ولم يزدد هدى لم يزدد من الله إلا بعدا
“Barangsiapa bertambah ilmunya, namun tidak bertambah hidayah-Nya, maka tidak akan bertambah apa-apa baginya kecuali hanya akan semakin menjauhkan diri dari Allah” demikian penegasan Rasulullah SAW.
Artinya, barangsiapa bertambah kekayaannya, atau bertambah kehormatan dan jabatannya, namun tidak bertambah pula hidayahnya, maka dipastikan hal tersebut hanya akan semakin menjauhkan dirinya dari Allah SWT.
Dengan menjadi orang benar, maka kita bisa membenarkan orang lain. Kalau mau menyucikan orang lain harus suci terlebih dahulu. Bagaimana bisa sapu yang kotor membersihkan lantai? Kalau mau menyabarkan orang lain, maka kita sendiri harus bisa bersikap sabar terlebih dahulu.
Negeri ini butuh orang-orang benar, bukan mereka yang sekedar mengetahui kebenaran saja. Orang yang berani menyatakan kebenaran, bukan yang sekedar berani membenarkan kenyataan saja. Semoga kita ini termasuk orang-orang yang benar.
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (Qs. At-Taubah [9]: 119)
www.tazakka.or.id
Sebelumnya:
Orang Baik Harus Kuat