Instisari Tausiyah Akbar di Gus Anam, Purwokerto.
Senin malam, 01 Agustus 2016
A. As-Syaikh Al-Allamah Al-Arif bil-Laah Dr. Muhammah Rajab Deeb —> diterjemahkan oleh KH. Anang Rikza Masyhadi, MA
1. Saya memohon kepada Allah, supaya Allah menjadikan negara Indonesia ini menjadi baldatun thayyibatun wa robbun ghofur, selalu tercurah rahmat dan keberkahan Allah SWT, senantiasa mencintai Allah dan dicintai Allah, senantiasa mencintai Rasulullah dan dicintai Rasulullah.
Guru-guru, santri-santri dan para hadirin sekalian, seorang penuntut ilmu yang belajar dengan membaca buku saja belum cukup, seberapapun banyaknya buku yang ia baca. Akan tetepai ia harus pula mengajarkan ilmunya sehingga ilmu yang ia dapatkan bermanfaat.
Supaya dirinya bermanfaat, seorang santri disamping menuntut ilmu juga harus menjaga konsistensi dirinya dalam berzikir kepada Allah.
2. Dzikir ada 2 macam. Dzikir lisan dan dzikir qolb_ (hati).
Zikir lisan yaitu seperti halnya kita mengucapkan kalimat-kalimat lā ilāha illa-llah, subhanallah, alhamdulillah, Allahu Akbar dan lain sebagainya dengan lisan kita. Dzikir ini biasanya dilakukan bersama banyak orang, maka disebut pula dengan dzikirul jalwah (dzikir terang-terangan dalam keramaian).
Adapun dzikir hati adalah dengan mengucapkan kalimat-kalimat thayyibat tersebut di dalam hati kita. Zikir hati ini yang mengetahui hanyalah diri kita sendiri dan Allah. Rasulullah SAW bersabda: "sebaik-baiknya zikir adalah yang tersembunyi (tidak diketahui orang lain), dan sebaik-baiknya rejeki adalah yang mencukupi".
Dzikir qolb ini, Allah telah memerintahkan kita dengan firmannya: "Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah-lah hati menjadi tenteram." (Qs. [13]: 28)
Kemudian firman Allah lagi: "Wadzkur Isma Rabbik" dan sebutlah nama Tuhanmu. Siapakah nama Tuhan kita? Allah!
Maka, dzikir qolb ini cukup dengan menyebut nama: "Allah… Allah… Allah" di dalam hati kita tanpa suara. Dan supaya khusyu dan tidak ada gangguan pandangan dunia yang masuk melalui mata, maka sebaiknya pada saat dzikir qolb ini mata kita pejamkan. Pejamkan mata sambil berdzikir: Allah… Allah… Allah.
Di dalam Hadis Qudsi diterangkan barangsiapa yang berdzikir kepada Allah setelah fajar dan setelah isya maka akan dicukupi kebutuhan hidupnya antar waktu itu.
Dalam Hadis Qudsi lain: "Aku duduk bersama hamba-Ku saat hamba-Ku sedang berdzikir kepada-Ku."
3. Dengan demikian, jika dzikir seolah seperti sedang duduk dengan Allah, maka, membaca Al-Quran hakekatnya kita sedang berbicara dengan Allah.
Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa yang ingin berbicara dengan Allah, maka bacalah Al-Quran".
Syaikh Rajab Deeb selalu mengatakan: dzikir itu duduk bersama Allah, dan membaca Al-Quran adalah berbicara dengan Allah.
Siapa diantara kalian yg mengaku bahwa dirinya cinta kepada saya, maka ia harus mengingat apa yg saya ucapkan. Adakah diantara kalian yang mengaku cinta kepada Rasul? Maka ia juga harus mengahafal Hadis Rasul.
Syaikh Rajab Deeb mengajarkan, bahwa santri tidak akan mendapat taufik dari Allah kecuali ia menghafal Al-Qur'an dan menghafal Hadis minimal 15 ribu Hadits, dalam kesempatan lain Syaikh mengatakannya bahkan minimal 25 ribu Hadis.
Santri tidak akan menjadi santri bermanfaat kecuali setelah belajar, lalu mengamalkan dan mengajarkan.
5. Sabda Rasulullah SAW, pada hari kiamat yang paling dibenci oleh Allah adalah orang alim yg tidak bisa bermanfaat dengan ilmunya.
Dan pada hari kiamat nanti Rasulullah memanggil dan mengumpulkan orang-orang yang menghafal Hadis.
Allah akan mempercantik wajah kita seperti saat kita menjadi pengantin bagi siapapun yang mendengar kata-kata Rasul lalu menyampaikannya ke orang lain. Dan menghafal lalu mengajari orang lain utk menghafalkannya.
Hakekatnya, kita semua santri-santri dan penuntut ilmu adalah seperti halnya mereka yang telah membuat pondasi dengan bangunan yang megah yaitu dengan ilmu dan pengamalannya.
=====================================
B. As-Syaikh Al-Allamah Al-Aarif bil-Laah Dr. Adnan Afyouni, Mufti Damaskus
1. Malam ini penuh dengan keberkahan. Karena kita bersama orang-orang yang diangkat derajatnya. Yaitu orang-orang beriman yang berilmu.
Saya merasa terhormat dan mulia karena saat ini berada bersama dengan orang-orang yang menuntut ilmu serta menghafal Al-Quran.
Penuntut ilmu dan penghafal Al-Qur'an adalah orang-orang yang terhormat dan dihormati oleh Allah dan Rasul-Nya.
2. Ummat ini mulia karena Islam dan Allah telah memuliakan kita semua dengan Islam.
Islam kita, langsung bersumber dari Rasulullah SAW, hal tersebut karena kita belajar Islam dari Al-Qur'an dan Hadits-hadits Nabi SAW.
Rasul bersabda andaikata bukan karena isnad (silsilah ilmu yang menyambung sampai kepada Rasulullah), maka orang bisa berbicara apa saja. Dan isnad serta ijazah diambil oleh ulama dari para ulama sebelumnya, dari para gurunya dan dari para shalihin pendahulu mereka hingga menyambung kepada Rasulullah SAW.
Izin penyampaian ilmu bisa dengan riwayat dan bisa dengan ijazah. Ijasah ilmu itu adalah sesuatu yang sumbernya telah ditegaskan oleh Allah yaitu Al-Quran dan Hadits. Ulama tidak memberi ijazah kecuali bagi mereka yang pantas dan layak untuk menyampaikannya kepada orang lain. Ini tradisi keilmuan Islam yang terus dipelihara hingga ulama zaman ini.
Maka, itulah pentingnya seorang ulama bertatap muka dengan murid. Karena apa yang disampaikannya akan menyambung kepada Rasulullah SAW. Harus ada tatap muka dan mendengar langsung dari gurunya atau syaikhnya, demikianlah sambung menyambung.
3. Jika kalian menginginkan ijazah, apa manfaat ijazah tersebut bagi kalian jika kalian belum menghafal 10 ribu Hadis? Ada orang yang bangga karena telah diberi ijazah oleh syaikhnya, akan tetapi ijazah itu tidak ada maknanya jika kalian tidak hafal Al-Quran, tidak hafal Hadis Nabi dan tidak pula hafal qoul sahabat serta ulama-ulama setelahnya.
Menghafal Hadis bisa dengan menghafal 3 hadis perhari. Jika dihitung selama setahun, ia bisa mendapatkan 1000 hadis per tahun. Yang terpenting, menghafal diperlukan kejernihan akal dan hati.
Dan seseorang yang mencintai Rasul dengan kecintaan yang sejati dapat dibuktikan dengan menghafal perkataan-perkataan beliau.
Seperti contoh, Imam Bukhari kurang lebih hafal 300.000 hadis seperti halnya Imam Muslim; Imam Abu Daud menghafal 400.000 hadis seperti Imam Tirmidzi; dan Imam Ahmad hafal 1 juta hadits. Hal tersebut karena mereka mencintai Rasul dan tidak diragukan kecintaannya.
Bagaimana dengan kita hari ini? Kami di Syam tidak dianggap sebagai ulama sebelum kami diuji hafalan Al-Quran dan Hadisnya oleh para guru kami: Syaikh Ahmad Kaftaro da Syaikh Rajab Deeb. Syaikh Rajab Deeb diuji oleh Syaikh Ahmad Kaftaro dan lulus hafal 70 ribu Hadis. Dan tradisi itu diturunkan kepada kami.
Zulfikar G. Priangga, Lc (Tim Media Center Tazakka)
Sebelumnya:
Tausiyah As-Syaikh Dr. Mahmud SyahatahBerikutnya:
Tausyiah Kebangsaan