TAZAKKA – Di sela-sela kunjungannya ke Tazakka dalam rangka menghadiri Workshop Kemandirian Pesantren (10/4) lalu, Kiai Hasan Abdullah Sahal, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor menyempatkan diri untuk membekali para guru dan juga para madamat atau isteri-isteri guru PM Tazakka.
Didahului ucapan selamat datang dari Kiai Anang Rikza Masyhadi. "Ini adalah kali ketiga kita dikunjungi Pak Kiai Hasan, sebuah kesyukuran yang sangat besar, Tazakka dikunjungi oleh orang tuanya, kunjungan mursyid kepada murid, kiai kepada santri, ini keberkahan buat Tazakka" sambutnya.
"Semoga Kiai Hasan dan para Masyayikh Gontor selalu diberikan kesehatan dan umur yang panjang, sehingga masih bisa memberikan nasehat, pesan dan wasiat kehidupan kepada kita semua" tambahnya.
Setelah itu, barulah Kiai Hasan memberikan nasehat, pesan dan wasiatnya kepada seluruh hadirin yang hadir dalam majelis tersebut. "Berjuang di pondok butuh niat yang kuat dan keikhlasan yang tinggi. Karena, di pondok tidak hanya menata dan mengatur kehidupan, tetapi di pondok itu mendidik kehidupan" tandas Kiai Hasan membuka tausiyahnya. "Kalau hanya mengatur kehidupan, banyak orang yang bisa melakukan. Itu sekelas direktur atau menejer bisa. Tetapi, kalau mendidik kehidupan, tidak banyak yang mampu. Maka butuh perjuangan dan keikhlasan. Bondo, bahu, pikir, lek perlu sak nyawane pisan" tegas beliau.
"Di pondok itu jangan berfikir apa dan berapa yang didapat, saya dapat apa, keluarga dan anak saya dapat apa, fasilitas apa, itu namanya sampah perjuangan" lanjutnya.
Menurut Kiai Hasan, semua yang ada di dalam pondok dari mulai kiainya, guru-gurunya juga santri-santrinya harus berpikir bagaimana dan apa yang bisa diperbuat dan dilakukan untuk memajukan dan memakmurkan pondok. "Karena di pondok tidak untuk mencari kehidupan, tetapi berjuang untuk kehidupan pondok" tambahnya.
"Inilah yang sakral di pondok, jangan tanya dapat apa dan fasilitas apa, tapi berbuat, berjuang, berjihad, insyaAllah akan sejahtera, bahagia dan tenteram" lanjutnya.
"Kehidupan dan kesejahteraan guru dipikirkan oleh pondok iya, tapi di pondok itu tidak ada transaksi, tidak ada kontrak-kontrakan, karena semuanya keterpanggilan" imbuh Kiai Hasan yang hadir didampingi isteri.
Nasehat Kiai Hasan tersebut bagi guru-guru dan madamat Tazakka seolah seperti menjadi kekuatan dan semangat baru untuk berjuang dan memperjuangkan pondok lebih giat lagi.
Yang terpenting lagi dari nasehat beliau dan pesannya adalah bahwa pondok itu punya sakralitas yang menjadi identitas atau sibghoh yang tidak bisa dirubah, namun harus terus dijaga termasuk jiwa, sistem, falsafah dan visi misinya. Beliau juga mengharapkan dengan perkembangan Tazakka yang pesat ini agar memperkuat jiwa, falsafah, dan sistem. "Kemajuan yang pesat harus diimbangi dengan keikhlasan yang tinggi, jiwanya juga harus diperkuat, falsafah dan juga sistemnya harus kuat" ujar Kiai Hasan.
Acara yang berjalan kurang lebih selama 2 jam itu, kemudian diakhiri dengan perfotoan bersama seluruh guru dan para madamat.