TAZAKKA – Dalam rangka upaya untuk meningkatkan perolehan wakaf, Tazakka menyelenggarakan Sarasehan tentang Perkembangan Pondok dan Umat di Aula Rabithah, PM Tazakka, Ahad (16/11).
Sarasehan diikuti sekitar 150an orang terdiri dari para anshar Tazakka, wakif dan muzakki. Mereka adalah garda depan dalam gerakan dan pemberdayaan wakaf selama ini di Tazakka.
Acara diawali dengan khutbah iftitah oleh KH. Anang Rikza Masyhadi yang mengajak para wakif untuk tidak lupa bersyukur atas capaian pembangunan Pondok Modern Tazakka selama 4 tahun. “Mari kita pikirkan bersama apa saja yang akan kita lakukan ke depan untuk mewujudkan cita-cita umat ini” ujarnya.
Menurut Kiai muda yang energik ini, Tazakka menerapkan program jangka pendek dan menengah, sedangkan jangka panjangnya adalah pendirian perguruan tinggi internasional. “Selain menyiapkan sarana dan prasarana fisik, tidak kalah pentingnya itu menyiapkan sumber daya manusianya, maka kader-kader kita kirim untuk sekolah sampai puncak, di perguruan tinggi terbaik di dalam maupun luar negeri”, tambahnya.
Dalam pemaparannya Kiai juga menjabarkan tentang menejemen pengelolaan wakaf di Tazakka. “Kata kunci mengelola wakaf itu cuma dua: amanah dan cita-cita. Banyak orang amanah, tapi tidak punya cita-cita, tetapi ada pula yang cita-citanya tinggi namun tidak amanah” cetusnya.
Jika hanya amanah saja, tapi tidak punya cita-cita, kata Kiai Anang, maka orang yang akan berwakaf nanti tidak banyak. “Bahkan, jangan-jangan ada yang mau wakaf 1 Miliar saja bingung mau buat apa, karena tidak punya cita-cita. Itu namanya amanahnya kelas puluhan juta. Maka, pengelola wakaf selain amanah harus punya cita-cita program yang tinggi” ujarnya.
Menurut Kiai, cita-cita besar bisa terwujud asal semuanya mau bekerja keras, penuh amanah dan tanggung jawab disertai keikhlasan yang tinggi. Hal senada disampaikan oleh Teguh Suhardi, selaku Ketua Panitia Pembangunan PM Tazakka. “Mungkin, kalau mengacu pada gagasan dan cita-cita Kiai Anang yang ingin mewujudkan berdirinya perguruan tinggi internasional dan juga rumah sakit di Bandar, saya bayangkan pendanaannya bisa sampai Rp. 250an Miliar, mohon doanya agar bisa terwujud sebelum tahun 2025”, ungkapnya dengan berapi-api.
Teguh menerangkan bahwa dalam masa kurang dari empat tahun, untuk pembangunan fisik pergedungan pondok telah menyerap dana kurang lebih Rp. 13 Miliar, itu semuanya berasal dari wakaf tunai kaum muslimin, mulai nominal seribu rupiah hingga ratusan juta. “Bahkan ada yang wakaf sampai 5,5 Miliar seperti untuk Masjid Az-Zaky ini,” imbuhnya.
Selain wakaf tunai untuk pembangunan fisik pergedungan, lanjut Teguh, ada pula wakaf berupa aset seperti tanah, kendaraan, mesin, dan lain sebagainya. “Wakaf aset tahun 2012 mencapai 6 Miliar, sedangkan tahun 2013 sekitar 4 Miliar, untuk 2014 sedang diinventarisir lagi, mudah-mudahan setelah dijumlah lebih banyak dari sebelumnya” terangnya.
“Seberapa pun wakaf anda sangatlah berarti bagi kelangsungan pembangunan, tidak harus besar, tetapi bisa juga dengan wakaf kecil, yang penting manfaatnya dan jariyahnya yang akan terus mengalir,” pungkasnya.
Kata kunci mengelola wakaf itu cuma dua: amanah dan cita-cita.
Banyak orang amanah, tapi tidak punya cita-cita, tetapi ada pula yang cita-citanya tinggi namun tidak amanah
Berikutnya:
Peningkatan Kapasitas Ala Tazakka