Dr. Ir. H. Ananto Aji, MSP; KAMPANYE SADAR LINGKUNGAN

Dr. Ir. H. Ananto Aji, MSP; KAMPANYE SADAR LINGKUNGAN

 

Salah satu isu global saat ini adalah masalah lingkungan hidup. Akibat kerusakan lingkungan yang sangat parah, maka dimana-mana di dunia saat ini dilakukan gerakan penghijauan kembali: go green. Di mata dunia, Indonesia adalah paru-paru dunia, karena hutannya yang sangat luas. Akan tetapi, keprihatinan pun terjadi, hutan Indonesia telah mulai digunduli secara sistematis. Untuk itu, diperlukan lebih banyak lagi ahli-ahli lingkungan hidup di negeri ini demi menyelamatkan kita semua dari ancaman kerusakan lingkungan hidup lebih parah lagi.
 
Dr. Ir. H. Ananto Aji, MSP merupakan salah seorang dari sedikit ahli lingkungan­ hidup di negeri ini. Berikut ini petikan wawancaranya bersama redaksi Koran Mini Tazakka:

 

Bagaimana kisah Bapak hingga menekuni profesi sebagai dosen/­akademisi?
Ketertarikan saya pada profesi do­sen­ berawal ketika menjadi mahasiswa S1 di Universitas Brawijaya (UNIBRAW) Malang. Pada waktu itu saya sering mem­bantu dosen menjadi asisten la­bo­ratorium dan pekerjaan penelitian lainnya.  Saking seringnya saya menjadi asisten, tanpa terasa saya jatuh hati pada profesi pengajar tersebut, rasanya kok enak dan dinamis. Begitu awalnya, mas.  Saat ini, setelah 28 tahun berlalu, karya saya dan teman-teman sewaktu mahasiswa masih ada lho, yang dipajang di sekitar pintu utama Jurusan Ilmu Tanah Unibraw, yaitu berupa soil monolith (penampang tanah yang diawetkan).
 
Disamping sebagai dosen, Bapak juga menjadi pemerhati lingkungan, tantangan paling berat yang pernah dihadapi?
Takdir saya untuk menekuni bidang lingkungan hidup tidak bisa dipisahkan dari penugasan institusi. Pada saat sekolah doktor (S3), saya ditugaskan oleh institusi untuk mendalami Bidang Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Ilmu ini memerlukan pendekatan integral, karena memang sifatnya yang multi dimensi. Setelah lulus dari program doktor tersebut, saya meyakini bahwa permasalahan ling­kung­an pada masa datang akan semakin­ beragam dan meluas. Tantang­an yang paling berkesan bagi saya adalah ketika saya menjadi anggota tim negosiasi sebuah pabrik gula, dimana unit pengolah limbah pabrik tersebut bocor dan mencemari sungai, kemudian masyarakat mela­kukan tuntutan ganti rugi terhadap dampak yang di­timbulkan. Proses tawar menawarnya cukup lama, alot, dan melelahkan, tapi akhirnya terjadi kesepakatan nilai ganti rugi. 
 
Bagaimana permasalahan lingkungan ke depan dan bagaimana solusinya?
Permasalahan lingkungan ke depan akan menjadi semakin berat, beragam dan kompleks. Di Indonesia ada dua penyebab utama munculnya masalah lingkungan. Pertama, jumlah pendu­duk dan tingkat pertumbuhannya yang masih tinggi. Kedua, tuntutan kese­jahteraan yang semakin meningkat. Kedua penyebab tersebut akan memicu konsumsi sumberdaya alam, sekaligus membebani lingkungan semakin besar.
Sebagian sumberdaya alam bersifat­ tidak bisa diperbaharui, sehingga ke­ter­sediaannya akan semakin terbatas, yang akhirnya berdampak pada mahal­nya harga komoditas tersebut. Bah­kan sumberdaya alam yang bisa diperba­harui sekalipun, jika pengelolaannya tidak baik akan menyebabkan kelangkaan (misal ikan dan hutan). Disisi lain, setiap peningkat­an konsumsi sumber­ daya akan selalu berakibat pada sema­kin­ tingginya potensi kerusakan ling­­kungan. Di dalam kajian Ilmu Lingkungan­ bekerja hukum Thermodinamika II, bahwa pada setiap perubahan materi (atau energi) akan selalu terjadi ketidakefisienan (entalphi).­ Ketidakefisi­enan itu dalam bahasa awamnya dikenal sebagai limbah. Nah, limbah inilah yang membebani lingkung­an. Semakin besar kita memanfaatkan sumberdaya alam, maka limbah yang dihasilkan juga semakin besar.
Terkait dengan solusi, sebenarnya ada beberapa cara agar permasalahan lingkungan bisa ditekan. Pertama, sebaiknya tidak ada subsidi untuk barang yang berasal dari eksploitasi alam. Subsidi harga hanya akan menyebabkan harga ‘tampak’ lebih murah, sehingga konsumsi barang tersebut semakin tidak terkendali, akibatnya potensi tingkat kerusakan lingkungan akan semakin besar. Kedua, sudah saatnya hukum bekerja tanpa pandang bulu, khusus­nya di bidang hukum lingkungan. Ketiga, penanaman character building bidang lingkungan hidup sedini mungkin sejak anak-anak. 
Alangkah baiknya, kalau pendidikan karakter bidang lingkungan hidup ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan (inheren) dari proses belajar mengajar di Pondok Modern Tazakka. Siapa tahu kelak akan muncul santri-santri yang punya kepedulian besar terhadap lingkungan hidup yang dilahirkan oleh Pondok Modern Tazakka.
 
Bagaimana menanamkan kesadaran masyarakat agar peduli terhadap lingkungan?
Kesadaran dan kepedulian masya­rakat terhadap ling­kungan­ merupakan­ proses jangka panjang yang membutuh­kan sentuhan pendidikan. Untuk menjawab ini, saya kira perlu disampaikan bahwa kami di UNNES (Universitas Ne­ge­ri­ Semarang) memiliki satu mata kuliah yang wajib diambil oleh seluruh mahasiswa, namanya Pendidikan Lingkungan Hidup. Salah satu harapan dari mata kuliah ini adalah agar mahasiswa kelak dapat menjadi kader lingkungan hidup. Setelah lulus, sebagian besar alumnus UNNES akan berprofesi sebagai guru pada berbagai jenjang pendidikan. Peran guru ini sangat strategis dalam menanamkan kesadaran lingkungan hidup, baik bagi murid maupun masyarakat sekitar. Bahkan kami di UNNES secara rutin juga menyelenggarakan lomba green school bagi sekolah yang peduli lingkungan. Lomba ini diharapkan menjadi contoh nyata bagi masyarakat sekitar tentang pentingnya kepedulian terhadap lingkungan. Salah satu pemenang lomba green school untuk tahun 2012 adalah SMAN Bandar Kabupaten Batang.
 
Hal-hal kecil apa yang bisa dilakukan untuk dapat melestarikan lingkungan?
Melestarikan dan menjaga ling­kung­an­ sebenarnya tidak sulit. Kita tidak ha­rus melakukan hal besar seperti me­nanam sejuta pohon dan lain-lain. Akan tetapi mulai saja dari diri sendiri dengan melakukan berbagai hal kecil yang bisa menjaga lingkungan, Misal­nya­ dengan membuang sampah pada tempatnya, mengurangi penggunaan sedotan, mengurangi penggunaan tisu, mengurangi penggunaan kantong plastik, serta hemat air dan hemat listrik. 
Kebanyakan orang belum sungguh-sungguh memedulikan hal-hal kecil tersebut. Saat berbelanja, orang masih menggunakan kantong plastik, atau terlalu banyak membuang tisu. Sekarang ini saya mulai dari diri sendiri. Misal­nya saat wudhu saya selalu membuka keran dengan aliran kecil dan secukup­nya. Cara-cara ini sebenarnya sangat mudah dilakukan oleh semua orang. Hanya saja, kebanyakan orang masih cuek pada lingkungan. Kesadaran yang masih rendah ini boleh jadi disebabkan karena mereka belum merasakan secara langsung dampak buruk dari kerusakan lingkungan. 
Kendala terbesar untuk menjaga ke­lestarian lingkungan adalah masih adanya rasa ketergantungan terhadap orang lain untuk menjaga lingkungan. Misalnya ketika mereka buang sampah sembarangan, mereka cuek saja karena beranggapan masih ada tukang sampah yang akan membersihkan sampah yang mereka buang.
Sikap ketergantungan tersebut akan membuat banyak orang menjadi lebih malas dan tak punya kesadaran untuk­ cinta pada lingkungan. Semuanya harus dimulai dari diri sendiri, karena jika tidak ada kesadaran dalam diri, semua usa­ha melalui edukasi dan sharing tentang dampak kerusakan­ lingkungan tidak akan berhasil.
Pak Ananto, demikian sapaan akrab­nya, di luar kesi­bukannya seba­gai do­sen di beberapa perguruan tinggi ter­kemuka di negeri ini, masih terus menyempatkan diri aktif dalam berbagai kegiatan dakwah dan sosial. Pria yang hobi membaca ini juga sangat antusias mengikuti kajian-kajian keislaman. Penampilannya yang low profile dan track record-nya yang bersih menarik perhatian Yayasan Tazakka untuk meminangnya masuk dalam struktur kepengurusan Yayasan: Beliau tercatat sebagai Wakil Ketua Yayasan Tazakka yang saat ini sedang me­rintis sebuah Pondok Modern di Bandar, Batang. 
 
Bagaimana peran keluarga dalam pendidikan anak?
Sebagian besar waktu anak dihabis­kan bersama keluarga, jadi peran keluarga sangat penting dalam menga­rahkan pendidikan anak. Banyak se­kali rambu-rambu yang harus dipenuhi o­rang tua dalam mendidik anak, baik dalam Al-Quran maupun Hadits.
Bagaimana Bapak melihat pendidikan di pesantren modern?
Pada saat ini trend pendidikan pesan­tren modern sedang bagus. Da­lam beberapa hal pendidikan pesan­tren memiliki keunggulan, seperti­ dalam pembelajaran agama Islam, membangun kedisiplinan, membina karakter, kepedulian terhadap sesama, dan kemandirian siswa. Keunggulan tersebut menjadikan posisi tawar pendidikan pesantren modern semakin meningkat, khususnya pada saat ini dimana generasi muda mudah terjebak tindakan kriminal (tawuran, narkoba, dan sebagainya).
 
Apa prinsip hidup yang Bapak yakini?
Ada dua prinsip yang saya yakini dan saya pegang teguh sampai saat ini, yaitu (a) berbuat yang terbaik sesuai kemampuan kita, dan (b) selalu berpikir positif. Kedua prinsip tersebut dapat menjadi energi positif dalam hidup, dan dapat menjaga diri dari sifat “ngoyo”.
 
Apa pesan dan harapan Bapak kepada Tazakka?
Saya meyakini bahwa Tazakka kelak akan semakin berkembang dan bersinar sebagai pencerah bagi umat. Maka akan semakin besar pula tantangan yang dihadapinya. Saya berpesan agar Tazakka tetap menjunjung tinggi komitmennya sebagai perekat umat, untuk semua golongan. Keluarga Besar Tazakka­ perlu selalu melakukan musyawarah dan menyerap aspirasi masyarakat untuk menghadapi tantangan umat yang semakin beragam.
 
Nama : Dr. Ir. Ananto Aji, MSP
TTL     : Batang, 27 Mei 1963 
Istri   : Sri Purwaningsih, SH
Anak   : Wimzy Rizqy Prabhata, Dhannia Fitratiara
 
Riwayat Pendidikan:
Sarjana (S1) Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang, lulus tahun 1986 dengan IPK 3,28 (predikat terbaik II lulusan Fakultas Pertanian Unibraw pada periode wisuda bulan Februari 1987).
Magister (S2) Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Institut Teknologi Bandung, lulus tahun 1992 dengan IPK 3,52 (lulusan terbaik I PWK ITB pada periode yudisium bulan Desember 1992). 
Doktor (S3) Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor, lulus tahun 2000 dengan IPK 3,95.
 
Pekerjaan:
Dosen Jurusan Ilmu Tanah Universitas Lampung
Dosen Jurusan Geografi Universitas Negeri Semarang
 
Organisasi:
Himpunan Ilmu Tanah Indonesia
Yayasan Tazakka