H. Riyo Putranto adalah sosok pengusaha yang ramah lagi santun, memilki cita-cita mulia menjadi penderma yang aktif dengan tetap berusaha mencari ridha Ilahi. Bagi pengusaha batu dan kontraktor ini, harta adalah amanah. “Harta bagi saya adalah yang cukup untuk kehidupan sehari-hari saya, selebihnya adalah milik Allah, maka saya berikan kepada yang berhak” ungkapnya. Berikut petikan wawancara redaktur KMT, Edi Buana dan Hakim As-Shidqi dengan Beliau di ‘basecamp’nya:
Bagaimana sejarah awal Bapak membangun usaha?
Saya tidak pernah menyangka menjadi seperti yang sekarang ini (pengusaha-red), semuanya mengalir saja. Semula usaha saya ini adalah hasil dari pengalaman-pengalaman. Saya hanya seorang anak desa, yang alhamdulillah mendapat rahmat dan rezeki dari Allah. Selepas SMA, saya bingung, bila teman-teman saya dulu bertanya, akan meneruskan sekolah dimana? saya sendiri bertanya, harus berbuat apa? Karena saya berasal dari keluarga yang kurang mampu sehingga belum bisa meneruskan sekolah. Sekolah lho ya, bukan belajar, karena meskipun saya tidak sekolah tetapi saya senantiasa belajar dari apa saja dan dari siapa saja. Dan alhamdulillah, suatu ketika paman saya yang di
Jakarta mengajak saya dan menawari sekolah di sana. Meskipun belum sempat menyelesaikan studi, saya minta kepada paman untuk ikut bekerja, karena saya merasa tidak enak hanya ikut tanpa bekerja. Akhirnya oleh paman yang seorang kontraktor besar itu diberikan proyek di Magelang. Sebagai seorang pemula, saya berusaha belajar dari kepercayaan tersebut, meskipun tugas saya sebagai administrator saja, saya juga harus turun ke
lapangan, maka sebelum ngantor, saya usahakan untuk melihat serta bertanya kepada karyawan lain sehingga banyak ilmu tentang tata bangunan yang saya pelajari. Alhamdulillah dari beberapa pengalaman tersebut menjadi bekal untuk kembali dan membangun desa tempat kelahiran saya.
Pengalaman apa yang Bapak petik dari perusahaan lain untuk kemudian diterapkan di perusahaan Bapak?
Pengalaman dalam berbagai hal, salah satunya dalam bergaul dengan para karyawan. Dari dulu saya tidak pernah menganggap karyawan itu sebagai bawahan, tetapi saya selalu menganggap mereka sebagai partner kerja, karena kami sama-sama bekerja untuk tujuan yang sama, yaitu mencari rezeki yang halal untuk keluarga di rumah. Selain itu, sesuai sunnah Nabi, jangan sampai orang yang bekerja kepadamu/bersamamu kekurangan sesuatu, maka langkah pertama saya adalah memenuhi segala kebutuhan hidup bagi semua rekan kerja saya. Sehingga mereka memiliki loyalitas terhadap pekerjaan dan dapat bekerja dengan profesional. Dan Alhamdulillah dengan cara-cara yang saya terapkan ini, kami memiliki rasa kekeluargaan, sebagai contoh, bila saya keluar kota, saya usahakan membelikan oleh-oleh kepada mereka, eh ternyata bila ada salah seorang dari mereka juga pergi keluar kota juga melakukan hal yang sama. Menurut saya, kami sudah seperti keluarga sendiri. Dan dengan memiliki rasa saling percaya inilah, bekerja menjadi lebih nyaman.
Bagaimana konsep dan pikiran Bapak dalam menjalankan usaha dan bisnis?
Saya bekerja dengan batu. Maka saya harus memiliki kekerasan yang melebihi batu. Karena kalau tidak, bukan batu yang pecah, tapi kita sendiri. Maksudnya keras di sisi bukan keras kepala, tetapi memiliki kemauan yang keras, usaha yang keras, hingga doapun juga harus keras. Maksud doa keras bukan berteriak-teriak, tapi berdoa dengan kesungguhan hati. Sehingga kita menjadi muslim yang kuat. Kedua, saya bekerja dengan alam, maka saya juga harus bersahabat dengan alam, dan bukan mengekploitasinya secara berlebihan. Tetapi, mengambil seperlunya dari alam dan dengan tetap memelihara kelestariannya. Seperti yang saya lakukan hanya mengambil batu-batu
Saya bekerja dengan batu. Maka saya harus memiliki kekerasan yang melebihi batu.
…seperti yang saya lakukan hanya mengambil batu-batu kecil yang saya butuhkan dan membiarkan yang besar, bahkan menatanya sehingga tidak berserakan
Prinsip hidup yang Bapak jalani?
Saya adalah pekerja keras, sampai sekarang pun saya juga pekerja keras, bersungguh-sungguh. Mungkin, kata yang menggambarkan prinsip hidup saya adalah “man jadda wajada” barang siapa bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkan. Selain itu, saya memiliki prinsip menjadi orang kaya, orang kaya yang berguna bagi masyarakat banyak, kalau bisa saya ingin menjadi wakif sepanjang masa, semampu saya, yang penting sesuai dengan kemampuan saya, meskipun sedikit tetapi banyak manfaatnya. Bukan yang banyak tapi kurang bermanfaat. Juga saya ingin mengingatkan bahwa lawan dari kaya adalah miskin, dan saya sangat takut dengan kemiskinan.Kenapa? Karena kemiskinan dekat dengan kekufuran, saya pernah mengalaminya dan saya tidak ingin keluarga, teman dan masyarakat sekitar saya merasakannya. Makanya saya selalu menjadi pekerja keras sampai saat ini.
Apa prinsip Bapak dalam mendidik anak?
Saya ingat yang disampaikan Ustadz Anang pada pengajian AHAD PAGI kemarin (AHAD PAGI, 10 Juni 2012-red), bahwa jangan sampai engkau membunuh anakmu karena engkau takut miskin, kata Ustadz Anang membunuh bukan hanya dalam arti mematikan, tetapi juga membunuh kreativitasnya, tidak memenuhi haknya, seperti karena takut miskin anaknya tidak disekolahkan dan disuruh bekerja dan lain sebagainya. Sehingga saya mengusahakan melihat potensi anak, dan berusaha mengarahkannya dengan sebaik-baiknya. Karena anak merupakan amanah, titipan dari Allah yang harus diasuh dan dididik dengan sebaik-baiknya.
saya ingin menjadi wakif sepanjang masa, semampu saya, yang penting sesuai dengan kemampuan saya, meskipun sedikit tetapi banyak manfaatnya.
Apa pesan dan harapan Bapak kepada Tazakka?
Dari pertama kali mengikuti pengajian Ustadz Anang, saya merasa inilah ajaran Islam yang sebenarnya, bukan berarti ajaran yang lain tidak benar, maksud saya inilah yang pas dengan saya. Tidak memiliki kepentingan
pribadi, atau kelompok, mengajarkan ikhlas lillah, dan tidak berpamrih serta mengajari akan hidup yang baik, baik secara individu maupun bermasyarakat, dengan bahasa yang santun dan tidak menggurui, tapi mengajak untuk merenung dan mengevaluasi diri. Saya berharap, PM Tazakka ke depan dapat menjadi sumber ilmu dan tempat menebar kebaikan, menjadi milik umat dan bermanfaat bagi semuanya.
Biodata
Nama : H. Riyo Putranto
TTL : Batang, 13 Maret 1971
Nama Istri : Hj. Ninik Irawati
Anak-anak : Hilmi Naufal Putranto
Evan Rafi Putranto
Hobi : Kuliner
Falsafah hidup : Man Jadda Wajada
Riwayat pendidikan:
SD Adinuso, Subah
SMP Jatisari, Subah
SMA Jatisari, Subah
Riwayat Pekerjaan:
Jaya Contactor, Jakarta
CV Mitra Pratama
Berikutnya:
Persatuan yang Mulai Luntur