H. ZubaidiMasa lalu Zubaidi lekat dengan kesia-siaan. Dulunya, pria yang akrab disapa “Bei” ini melalui hari-harinya dengan sesuatu yang tidak bermanfaat, merugikan diri sendiri dan masyarakat. Kini, Zubaidi telah berubah. Sejak bergabung dengan Tazakka, dia tinggalkan “masa lalu”nya yang buram, walaupun keputusan untuk berubah tidaklah mudah, namun dengan tekad yang kuat, membawanya menjadi lebih manfaat. Bahkan, sekarang ia curahkan sisa hidupnya untuk mengabdi kepada umat.
Berikut wawancara Kormin Tazakka dengan H. M. Zubaidi seputar aktivitasnya sekarang:
Bisa diceritakan sedikit tentang masa lalu Bapak, agar menjadi motivasi untuk yang lain?
Dulu, kalau saya diingatkan untuk sholat, selalu saya jawab “ah, tahu apa kamu”. Setiap menjelang Maghrib, saya sudah nongkrong di tempat yang “nggak jelas”, dan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat. Selebihnya, saya tidak ingin mengingat-ingatnya kembali, yang penting saya tidak ingin mengulanginya lagi. Terlalu berat untuk mengingat masa lalu.
Bagaimana proses menuju perubahan?
Gimana ya, sekitar sepuluh tahun yang lalu saya merasakan hidup saya itu sia-sia, tidak ada manfaatnya, malah yen tak pikir (kalau saya pikir-pikir-red.), bisa-bisa keluarga yang jadi korbannya. Makanya saya bertekad untuk berubah menuju kehidupan yang lebih baik. Seandainya, jika bukan karena karunia Allah dan kasih sayang-Nya kepada saya, niscaya hidup saya akan hilang di dalam dunia.
Kapan Bapak memulai bergabung dengan Tazakka?
Ceritanya, sekitar tahun 2006/2007 itu saya dikasih undangan dari Tazakka untuk ikut pengajian Ahad malam di rumah pak H. Anta Masyhadi. Ketika ada surat tergeletak di atas meja, awalnya saya diamkan saja, “ah nggo ngopo pengajian paling ko kui tok“, (ah buat apa pengajian paling kaya gitu aja-red). Selanjutnya, ada surat datang lagi dan datang lagi, tapi tetap saya diamkan. Nah, Istri saya itu yang mendorong untuk ikut pengajian, “Pak mbok ikut pengajian”, akhirnya saya mencoba untuk mengikuti pengajian, tapi dari teras rumah orang lain, tetangga pak H. Anta. Saya amati, wah ternyata bagus juga ya materinya. Setelah pengajian selesai ada orang-orang yang merapikan kembali tempat pengajian, lalu saya ikut bantu merapikan, dan akhirnya terus seperti itu sampai sekarang.
Mengapa setelah ikut pengajian Bapak tertarik untuk mengikuti terus?
Waktu itu saya melihat Ustadz Anang menyampaikan pengajian, dalam hati saya, nah ini pengajian yang benar, tidak menyinggung perasaan orang lain. Pokoknya benar-benar menyejukkan lah.
Apa yang Ustadz Anang sampaikan waktu itu sampai akhirnya Bapak tertarik?
He he he, kalo itu saya sudah lupa, yang membuat saya lebih tertarik adalah melihat semangat Ustadz Anang, wuah semangatnya itu yang luar biasa. Beliau selalu giat bekerja, dan yang dilakukannya itu dalam pandangan saya, semuanya manfaat. Pernah saya bertanya kepada Ustadz Anang ko’ mau bekerja terus apa tidak capek, doanya apa Ustadz? atau rahasianya apa mbok saya dikasih tau biar saya itu bisa meniru Ustadz? Lha Ustadz Anang malah menjawab, “Pramuka”. Saya heran kok Pramuka Ustadz, apa maksudnya? apa minum madu Pramuka apa gimana?
Lha Ustadz Anang malah nyanyi “di sini senang, di sana senang, di mana-mana hatiku senang”, jadi orang dalam melakukan apa saja itu seperti Pramuka senang terus, jadi tidak capek.
Saya pikir-pikir, benar juga. Setelah itu saya lakukan yang benar-benar saja dengan rasa senang.
Bagaimana Bapak melihat Tazakka dari dulu sampai sekarang?
Ya sampai sekarang banyak orang yang belum tahu visi Tazakka yang “Perekat Umat”. Namun saya yakin, ke depan masyarakat akan tahu bahwa Tazakka benar-benar PEREKAT UMAT. Dan untuk mewujudkan itu, semua Anshor Tazakka harus mendukung dengan benar-benar menunjukkan sikap sebagai Perekat Umat.
Apa yang paling membuat Bapak berkesan di Tazakka?
Selain visi Tazakka menjadi perekat umat, saya sering dibuat kagum oleh Tazakka dengan Tim yang dari Gontor. Sering sekali ketika ada acara, mereka terlibat di dalamnya, dan Alhamdulillah sukses. Contoh, ketika acara lelang tanah wakaf dulu itu, anak-anak Gontor yang tampil, terus acara peletakan batu pertama Masjid Pondok Modern Tazakka, itu juga anak-anak Gontor. Nah, saya terkesan sekali ketika persiapan acara peletakan batu pertama Masjid, padahal waktu itu hujan deras, angin rebut, dan sulit sekali untuk bekerja. yang membuat saya heran, mereka tetap bekerja mempersiapkan acara. Dengan persiapan yang sangat singkat, hanya dua hari, acara yang besar tersebut Alhamdulillah dapat berjalan dengan lancar dan sukses.
Dan yang lebih membuat saya berkesan lagi adalah, Tazakka telah mengenalkan Bandar dan Batang ini kepada Indonesia dan dunia. Jadi nanti bukan Bali saja yang terkenal di dunia tapi Bandar ha ha ha ha ha…
Bapak juga termasuk salah seorang pengurus di KBIH Muzdalifah, apa yang menyemangati bapak sehingga mau ikut ngurusi muzdalifah padahal kan ngga digaji?
Pramuka… he he he he, kan kata Ustadz Anang sing penting seneng sik (yang penting senang dulu-red). Alhamdulillah di Muzdalifah saya jadi tahu tentang haji dan seluk beluknya, selain itu banyak dapat saudara, kemana-mana ada saudaranya. Yang jelas jadi tahu ilmunya naik haji. Jadi dulu waktu belum naik haji kalau ada orang yang bertanya tentang haji ataupun cerita haji saya tahu, tapi kalo ditanya “lha anda kok tahu, pernah kesana po?”, sambil senyum saya jawab, belum, saya tahu ilmunya dari Ustadz Anang, He he he he…
Bagaimana perasaan Bapak ketika akan berangkat haji?
Ketika mau berangkat haji perasaan saya haru, kagum, gembira, campur aduk. Ya seneng, ya sedih, ya bingung juga, soalnya disana saya harus mengiringi jamaah haji dan mendampingi Ustadz Anizar Masyhadi sebagai pembimbing haji. Yang saya tahu, beliau itu kalau kerja kan cepat sekali, dalam hati saya bergumam, bisa ga ya saya mengimbangi beliau. Kalau saya ibaratkan, Ustadz Anizar itu seperti motor King yang gasnya spontan, jadi kalau koplingnya lepas sedikit saja sudah langsung mabur he he he… Tapi Alhamdulillah, saya yang setua ini oleh Allah dikasih kekuatan untuk mengiringi beliau dalam membimbing jamaah haji di tanah suci.
Apa pengalaman atau peristiwa yang paling berkesan selama di tanah suci?
Peristiwa yang paling berkesan di tanah suci yaitu ketika menyentuh ka’bah dan mengantar orang menyentuh ka’bah. Waktu itu ada dua orang jamaah muzdalifah yang belum menyentuh Ka’bah, Ust Anizar bilang kepada saya “ Pak Bei, itu ada dua orang jamaah yang belum nyetuh ka’bah, sekarang, itu tanggungane sampeyan (menjadi tanggung jawab anda-red)”, saya jawab “siap Ustadz”, padahal dipikiran saya apa bisa ya padahal sendirian saja susah sekali. Ya udah, yang penting bismillah siap, Alhamdulillah bisa. Dan itu saya terheran-heran ko bisa ya?
Apa yang Bapak rasakan setelah Bapak menunaikan ibadah haji?
Alhamdulillah sekarang lebih bisa mengendalikan diri. Ya, paling tidak, sedikit demi sedikit berusaha untuk memperbaiki diri agar bisa jadi orang yang lebih baik.
Apa harapan Bapak terhadap Tazakka ?
Semoga Pondok Modern Tazakka cepat selesai, karena sudah dinanti banyak orang.
Bagaimana Bapak mengisi hari-hari Bapak setelah ini?
Ya seperti biasa, kerja, ibadah, baca-baca termasuk Koran Mini Tazakka, dan tambah rajin mengabdi di Tazakka he he he……
Apa harapan Bapak untuk saudara-saudara Muslim yang lain?
Banyak manusia yang mengalami kemunduran, semua keinginannya hanyalah untuk memuaskan hawa nafsu dan tabiatnya yang tidak berharga. Maka, jangan bosan menjadi orang baik.
PROFIL
Nama: M. Zubaidi
TTL : Batang, 23 April 1961
Istri : Muripah
Anak : Gilang Asri Pratiwi
Venny Febriana
Satrio Arga Efendi
Nama Ayah: M. Zuhdi Efendi (Alm)
Nama Ibu : Farocha (Alm)
Pekerjaan : Penyuluh PLKB kec. Pecalungan
Hoby : Olah Raga Badminton & membaca Koran mini Tazakka
Pendidikan: SD 1979
SMP 1977
SMEA Pekalongan 1981