Saat ini, menemukan sosok ulama intelek yang hafal Al-Quran dan sekaligus ahli dalam qiraat sab’ah agak sulit. Umumnya, seorang sarjana tafsir sedikit sekali yang hafal Al-Quran, atau ada juga yang hafal Al-Quran namun bukan seorang yang intelek.
Sosok KH. Ahsin Wijaya adalah satu dari sedikit orang yang menguasai ilmu tafsir, namun juga seorang hafidz dan ahli dalam qiraat sab’ah. Menurutnya, syarat untuk mempelajari yang terakhir ini, yaitu ragam bacaan Al-Quran (qiraat sab’ah) harus menghafal Al-Quran terlebih dahulu, karena umumnya ulama-ulama dahulu mensyaratkannya seperti itu. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang sosok yang sekarang menjabat sebagai Dekan Fakultas Syariah Universitas Sains Al-Quran Wonosobo, berikut disajikan petikan wawancara redaksi KorMin Tazakka, Edi Buana dan Hares Adam Islahi dengan Kyai Ahsin:
Bisa diceritakan sedikit kepada kami, bagaimana Bapak bisa menjadi seorang ahli dalam Qiraat Sab’ah?
Sebenarnya semua ini dulunya berjalan begitu saja, yaitu dari kecintaan saya kepada Al-Quran. Saya suka sekali membaca Al-Quran, rasanya itu kok indah sekali. Sewaktu saya kecil, mengaji itu ya biasa saja selayaknya anak kecil pada umumnya di saat itu. Baru ketika mulai kelas tiga SMA saya mulai rajin menghafal Al-Quran padahal sebelumnya ya biasa saja, mengaji ya mengaji saja.
Baru setelah lulus SMA saya meneruskan kuliah di PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran) Jakarta. Di situ saya menamatkan sampai S1. Kenapa pada akhirnya saya memilih untuk mendalami qiraat sab’ah karena cara membaca Al-Quran dan disiplinnya menjadi sebuah idealisme, seperti halnya Ilmu Tajwid, ya begitu juga dengan qiraat sab’ah.
Apa yang dimaksud dengan Qiraat Sab’ah itu sendiri?
Qiraat sab’ahyakni suatu ilmu tentang tata cara pengucapan kalimat atau ayat-ayat Al-Quran baik yang disepakati maupun yang terjadi perbedaan yang disandarkan pada seseorang imam qiraat.
Dalam sebuah hadist Rasulullah saw bersabda:
An Ibni Abbas RA. Qala Rasulullah saw.: Aqra’ani jibril ‘ala harfin faraja’tuhu falam azal astaziiduhu wa yaziidunihatta intaha ‘ala sab’ati ahrufin (HR. Bukhari-Muslim). Artinya: Jibril telah membacakan Al-Quran kepadaku dengan satu huruf, lalu aku senantiasa mendesak dan berulangkali meminta agar ditambah, dan ia menambahnya hingga sampai tujuh huruf. (HR. Bukhari-Muslim).
Bagaimana sejarah sampai adanya Qiraat Sab’ah itu sendiri?
Al-Quran pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW di Mekah terus ke Madinah dan kemudian menyebar ke berbagai daerah, nah padahal setiap daerah itu sendiri kan logatnya saja berbeda-beda. Contoh di Indonesia sendiri ada logat jawa yang kalo membaca “Al hamdulillahi Robbil alamin” mengucapkannya “Alkamdulillahirabbil Ngaalamin”. Ada lagi Bali, Padang dan beberapa daerah lainya. Nah pada periode Mekah ini bacaan Al-Quran dipopulerkan oleh Nabi dengan bahasa Quraisy, kemudian Periode Madinah (sesudah hijrah) muncul dispensasi Nabi untuk membaca Al-Quran dengan tujuh huruf. Periode penyebaran para sahabat ke berbagai wilayah kekuasaan Islam yang di sana bahasa dan logatnya juga berbeda. Setelah itu periode penyebaran pemahaman terhadap qiraatAl-Quran dalam komunitas umat Islam, disandarkan kepada para imam qurra, Periode qiraat tujuh yang dinisbatkan kepada tujuh imam merupakan representasi bacaan yang mutawatir.
Siapa saja Imam yang Tujuh itu?
Diantara Imam yang Tujuh itu ada Imam Nafi, Imam Ibnu Katsir, Imam Abu Amr, Imam Ibnu Amir, Imam Ashim, Imam Hamzah, Imam Ali Al-Kisai. Itu semua adalah imam-imam qiraat:
1. Mazhab Madinah dinisbatkan kepada Imam Nafi’. Dua orang rawinya (yang dipilih oleh Ibnu Mujahid) adalah Qalun dan Warsy.
2. Mazhab Mekah dinisbatkan kepada Ibnu Katsir. Dua orang perawinya adalah Al-Bazzi dan Qunbul.
3. Mazhab Kufah 1 dinisbatkan kepada Imam Ashim. Dua orang perawinya adalah Hafs dan Syu’bah.
4. Mazhab Kufah 2 dinisbatkan kepada Imam Hamzah. Dua orang rawinya adalah Khalaf dan Khallad.
5. Mazhab Kufah 3 dinisbatkan kepada Imam Al-Kisai. Dua orang rawinya adalah Abu Haris dan Ad-Duri.
6. Mazhab Basrah dinisbatkan kepada Imam Abu Amr. Dua orang rawinya adalah Ad-Duri dan As-Susi.
7. Mazhab Syam dinisbatkan kepada Ibnu Amir. Dua orang rawinya adalah Hisyam dan Ibnu Zakwan.
Ahsin Wijaya dan KeluargaDiantara para imam tersebut, mana yang banyak digunakan oleh umat muslim ?
Umat Islam lebih banyak menggunakan qiraat dari Imam Nafi, yang diriwayatkan oleh Warsy.
Umat muslim di Indonesia memakai yang mana?
Umat muslim Indonesia pada umumnya menggunakan bacaan Warsy.
Seberapa penting Qiraat Sab’ahuntuk dipelajari?
Yang pertama, Qiraat Sab’ah adalah bagian dari Ulumul Qur’an (ilmu-ilmu Al-Quran). Bahkan Majelis Ulama Malaysia memfatwakan untuk mempelajari Ulumul Qur’an dan Qiraat Sab’ah. Dari situ kita dapat melihat betapa kayanya ilmu dalam agama Islam bahkan dalam cara membaca Al-Quran itu sendiri ternyata ada bermacam-macam cara membacanya. Sering kita temui beberapa orang yang ketika ada orang yang membaca Al-Quran dengan cara yang berbeda lantas menyalahkan sampai-sampai ada juga yang mengatakan kafir karena cara membaca Al-Qurannya berbeda. Naudzubillah. Padahal itu kan karena kebodo- hannya saja, karena tidak tahu ilmunya, atau karena belum pernah mendengar penjelasan tentang qiraat sab’ah. Maka, ketika saya diundang oleh Tazakka untuk safari kajian qiraat sab’ah ke 3 kota, Batang, Pekalongan dan Kendal untuk berceramah tentang qiraat sab’ahini di forum-forum pengajian binaan Tazakka, saya sangat bersyukur sekali, ini seperti fardlu kifayah.
Minimal umat ada wawasan tentang hal ini
Itu kasusnya seperti jamaah haji Indonesia yang ketika di Mekah atau Madinah, pas imamnya membaca surat yang ada sujud tilawahnya, maka ketika imam langsung sujud, makmum yang tidak mengerti malah menyalahkan imam dikira imamnya lupa tidak ruku’ karena langsung sujud. Padahal itu kan sujud tilawah karena ada ayat sajdah. Jadi, jelas, yang salah itu ya yang menyalahkan, karena tidak ada ilmunya.
Bagaimana Kondisi Qiraat Sab’ah saat ini?
Saat ini qiraat sab’ah bisa dibilang hampir punah tidak banyak lagi orang yang mengetahui ilmu ini apalagi yang menguasainya. Di kampus saya mengajar mata kuliah Ulumul Qur’an, dan itupun sampai pada tahap mengenal saja bukan penguasaan. Dengan tujuan agar para mahasiswa bisa mengenal ilmu ini. Sangat baik apabila seorang hafid Al-Quran dan qori’ mau belajar ilmu ini. Dan itu adalah salah satu syarat bagi seseorang untuk belajar ilmu ini. Bahkan waktu yang digunakan untuk mempelajarinya juga lama, mungkin ini juga yang menjadikan orang takut mempelajarinya.
Apa yang sekarang mesti dilakukan untuk menjaga Ilmu ini?
Ya, sebenarnya seperti di Tazakka ini, dimana ada majelis-majelis ta’lim di situ kita bisa mengenalkan kepada jamaah tentang ilmu ini. Setelah mengetahui nanti kan bisa mendorong orang untuk mempelajarinya. Dan memang harus dikader sejak sekarang ini. Nah, saya juga menyarankan agar di Tazakka ini, alangkah baiknya kalau ada beberapa kadernya yang bisa menguasai ilmu ini. Dan saya siap untuk membimbingnya.
Apa ada qiraat yang lain selainQiraat Sab’ah?
Ada qiraat lain selain qiraat sab’ah. Tetapi sebenarnya qiraat sab’ah itu yang paling mutawatir, karena sanadnya kepada Rasul jelas.
Menurut Bapak, apa yang bisa Tazakka lakukan untuk ikut ambil bagian dalam menjaga Ilmu ini?
Ya saya sangat berharap nantinya di Tazakka mempunyai spesifikasi dalam Ulumul Qur’an, apalagi saya melihat ke depannya Tazakka akan menjadi besar dan memiliki santri yang banyak. Apalagi saya perhatikan pimpinannya kanhebat masih muda dan mau ngopeni umat. Saya yakin dan berdoa agar Tazakka semakin besar manfaatnya untuk umat.