Prof. Dr. H. Muhammad Amin Abdullah, MA atau biasa dipanggil Amin atau Pak Amin lahir di Margomulyo, Tayu, Pati, Jawa Tengah pada tanggal 28 Juli 1953. Ia merupakan anak tertua dari 8 bersaudara dari pasangan seorang “santri” didikan pondok pesantren bernama H. Ahmad Abdullah, yang aslinya berasal dari Pati, Jawa Tengah dan “priyayi” yang bernama Siti ‘Aisyah, yang sempat mendapatkan didikan ala Belanda, berasal dari Madiun, Jawa Timur.
Dari delapan bersaudara tersebut, pria yang bernama lengkap Muhammad Amin Abdullah, MA terlihat paling menonjol, baik dari sisi intelektual maupun spiritualnya (suka prihatin). Amin ternyata tidak hanya mewarisi gen intelektualitas orang tuanya saja, namun ia juga mewarisi gen spiritualitas, terutama dari ibunya yang tekun mendoakannya ketika masih berada di dalam kandungan. Sebagai pejuang di masanya, ia hanya mengenyam pendidikan di HIS dan kemudian melanjutkan ke Mu’allimat Yogyakarta. Hal ini menjadikan ibunya terlihat lebih “modernis” diban-dingkan dengan bapaknya yang lulusan pondok pesantren tradisional namun sempat mukim selama 18 tahun di Makkah.
Setamat sekolah dasar pada tahun 1966, Amin kemudian diantar ibunya untuk mondok di Pondok Modern Gontor Ponorogo dan menamatkan jenjang sekolah menengahnya di Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) Pondok Modern Gontor pada tahun 1972. Setelah itu, ia melanjutkan studinya di program sarjana muda Institut Pendidikan Darussalam yang sekarang bernama Universitas Darussalam, Gontor, dan memperoleh gelar Sarjana Muda (Bakalaureat) pada tahun 1977. Kemudian ia menyelesaikan program sarjananya di Fakultas Ushuluddin, Jurusan Perban-dingan Agama, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 1982.
Setamat sarjana di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, ia mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi magister dan doktoralnya di Department of Philosophy, Faculty of Art and Sciences, Middle East Technical University (METU), Ankara, Turki (1990) dengan mengambil program Ph.D bidang Filsafat Islam. Kemudian pada tahun 1977-1998 ia berkesempatan mengikuti Program Post-Doctoral di McGill University, Canada.
Semasa sekolah atau mondok di Gontor, Amin tergolong sebagai santri yang tekun, rajin, ulet dan aktif. Demikianlah kesimpulan dari gurunya, Ustadz Habib Chirzin yang juga alumni Gontor. Amin sangat rajin dalam kegiatan pramuka yang kemudian ia diamanati untuk menjadi Ketua Andalan Koordinator Urusan Latihan di gugus depan almamaternya tersebut. Dan tak aneh ketika 37 tahun berikutnya yaitu pada tahun 2008, ketika ia menjabat sebagai Rektor UIN Sunan Kalijaga, ia menjadi Pembina Pramuka para mahasiswa di universitas tersebut.
Selain aktif di pramuka, ter-nyata Amin Abdullah juga dulunya waktu nyantri aktif di kegiatan teater dan tergabung dalam kegiatan HIPSADUS (Himpunan Sastra Darussalam). Dari perkumpulan itulah ia memulai menyalurkan bakat menulisnya bersama dengan teman-teman sejawatnya. Sebelumnya, tambah Ustadz Habib Chirzin, bahwa dulu Amin juga pernah tergabung dalam Bengkel Teater Islam Darussalam (TERISDA), bahkan ia sempat memerankan tokoh “Tukang Pos” ketika bermain di teater Gontor dengan membawa sepeda kuno.
Usut punya usut, dahulu ternyata Pak Amin ketika di KMI Gontor sekelas dengan siswa-siswa yang kecerdasannya di atas rata-rata. Yang sekelas dengan Pak Amin dan sekarang ini menjadi tokoh nasional dan internasional diantaranya ada Prof. Dr. Juhaya S. Praja (Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung), Prof. Dr. Azhar Arsyad (Mantan Rektor UIN Alauddin Makassar), Prof. Dr. Nurul ‘Ain dan masih banyak tokoh lainnya.
Di
Gontor inilah jiwa leadership Amin dibangun, diasah serta dilatih dengan baik, terutama saat ia menjabat sebagai Andulat di Koordinator Gerakan Pramuka Gugus Depan Gontor. Ia begitu tekun dan rajin, dimana setiap hari Kamis siang ia selalu berkeliling mengecek kesungguhan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pramuka. Seringkali ia juga harus melatih mereka apabila pelatih pramukanya tidak datang.
Sebelum berangkat ke Turki pada penghujung tahun 1984, selama kurang lebih 3 tahun, yaitu antara tahun 1978 sampai tahun 1981, sambil kuliah di tingkat sarjana di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Amin juga sempat mengajar di Pondok Pesantren Pabelan, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. Pondok ini merupakan pondok alumni Gontor karena Pimpinannya saat itu, yaitu Kiai Hamam Ja’far, merupakan Alumni PM Gontor dan salah satu santri kinasihnya KH. Imam Zarkasyi (Pendiri Pondok Modern Gontor). Bahkan, di dalam salah satu tulisan komentatoris tentang Biografi Kiai Hamam, nama M. Amin Abdullah disebut secara eksplisit bersama dengan Ustadz Habib Chirzin, Ustadz Dawam Sholeh dan lainnya sebagai salah satu Ustadz yang membuat Pondok Pesantren Pabelan sangat maju dan alumninya menonjol di masyarakat.
Kemudian, setelah menyelesaikan program sarjananya di IAIN Sunan Kalijaga, setahun kemudian suami dari Hj. Nurkhayati ini diangkat menjadi dosen tetap di Fakultas Ushuluddin pada Universitas yang sama. Kemudian ia berkesempatan mengambil Program Ph.D bidang Studi Filsafat di Departement of Philosohpy, Faculty of Art and Sciences, Middle East Technical University, Ankara, Turki dengan mempertahankan disertasinya yang berjudul: “The Idea of University of Ethical Norms in Ghazali and Kant.”
Pada Tahun 1993 ia kemudian diangkat menjadi dosen tetap di Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, dan diserahi materi Filsafat Islam dan Filsafat Agama. Dan pada tahun yang sama, ia juga diserahi tugas menjadi Asisten Direktur Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga. Beberapa tahun kemudian ia mulai mengajar di beberapa kampus ternama di Indonesia seperti UIN Sunan Ampel Surabaya, Universitas Muhammadiyah Malang, UGM, UII, UMS, IAIN Walisongo Semarang dan UNISBA Bandung. Kemudian, kesibukannya itu sejenak ia tinggalkan, karena pada rentang tahun 1997-1998 ia mengikuti program Post-Doctoral di McGill University, Montreal, Kanada.
Barulah pada tahun 1998 sekembalinya dari McGill, Ia kemudian dipasrahi untuk menjadi Wakil Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sekaligus menjadi Kepala Departemen Agama dan Filsafat di Program Pascasarjananya. Maka, Pada tahun 2002 ia diangkat menjadi Rektor UIN Sunan Kalijaga, bahkan hingga dua periode masa jabatan.
Namanya bahkan semakin terkenal di kalangan akademisi Muslim Indonesia, hal itu dikarenakan beliau pernah menjadi Ketua Majelis Tarjih Muhammadiyah (1995-2000), Anggota Dewan Konsultatif, Indonesian Conference on Religion and Peace (2000-2002), Wakil ketua Dewan Nasional
Muhammadiyah (2000-2005) dan menjadi Anggota Badan Akreditasi Jurnal (2003-2004). Hal ini menjadi nilai lebih bagi beliau, apalagi ia begitu kreatif dan ide-idenya seolah tak pernah mengering, lebih-lebih untuk dunia pendidikan. Dan untuk menyuarakan ide-idenya itu, ia menuliskannya di berbagai media cetak, menulis dalam buku-buku dan juga menyerukannya lewat seminar-seminar nasioal maupun internasional.
Untuk dapat mengembangkan dunia pendidikan seoptimal mungkin, ujarnya, hendaknya pendidik dalam mendidik tidak terpaku pada kurikulum. “Kurikulum hanyalah sebagai patokan, yang harus dikembangkan dengan kreatifitas yang tinggi oleh setiap pendidik,” tandas beliau.
Yang amat disayangkan oleh beliau, bahwa akademik kita ini terlalu condong dan selalu berkiblat ke barat, padahal pengembangan dunia pendidikan di timur tengah terlihat lebih memanusiawikan manusia. Ia juga berharap, “Agar masyarakat Islam berupaya kembali untuk mencari pesan keruhanian Islam yang seakan menghilang, hanya dipahami sepenggal-sepenggal, semua aspeknya dari sisi syariah dan makrifahnya haruslah diasah secara kaffah, sehingga kebeningan jiwa bisa dicapai,” Terangnya.
Amin Abdullah yang alumni Gontor 1972 ini, melanjutkan pendidikan sarjana muda di Gontor, kemudian sarjana penuhnya diselesaikan di IAIN Yogyakarta, 1982. Dengan modal beasiswa, ia diberi kesempatan melanjutkan magister dan doktornya di Middle East Technical University, Ankara, Turki, 1990. Dan pada 2002 ia diangkat menjadi Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta hingga dua periode (2002-2010)
Sebelumnya:
Mazhab Pendidikan Di PM TazakkaBerikutnya:
Program Rutin Tarawih Keliling Lazis Tazakka