Ini adalah suasana Amaliyah Tadris Perdana di Pondok Modern Tazakka untuk Tahun Ajaran 2019-2020 ini. Bertindak sebagai guru adalah Ananda Azmi Rabbani, 6 B, Batang.
Amaliyah Tadris (AT) ini adalah salah satu program wajib yang harus ditempuh oleh setiap santri kelas akhir. Waktunya selama sekitar 15 hari, pada semester kedua, sebelum pelaksanaan Ujian Akhir.
Sebelum pelaksanaan AT diadakan seminar-seminar dan pembekalan intensif selama kurang lebih 4 hari, dihadiri dan dibersamai oleh Pengasuh Pondok dan Direktur KMI. Materinya dirangkumkan dari materi-materi pelajaran At-Tarbiyah kelas III, IV, V dan VI. Di sana dijelaskan ttg apa itu pendidikan, mengajar, teori-teori pengajaran, metode-metode pengajaran, sifat-sifat yang harus dimiliki guru, dsb. Dengan kata lain, sebetulnya, sejak kelas III mereka telah mempelajari materi-materi Tarbiyah spt halnya di Fakultas Tarbiyah atau Pendidikan.
Dalam pelaksanaan AT, setiap anak akan memasuki kelas dan materi yg telah ditentukan sebelumnya. Tentu saja, sebelumnya ia harus membuat I’dad atau persiapan mengajar, atau semacam RPP, yang meliputi: tujuan umum, tujuan khusus, materi, metode, hingga apa yg akan dilakukannya di kelas saat mengajar. Semuanya hrs tertulis rinci di dalam I’dad. Dan I’dad itu hrs diapprove oleh Guru Pembimbingnya.
Saat praktek di kelas, ia akan dikelilingi oleh teman-temannya satu tim plus guru pembimbing. Teman-temannya itulah yg akan mengawasi keseluruhan jalannya proses pengajaran dan pembelajaran dan menuliskan apa saja kesalahan yg dilakukannya saat mengajar. Bisa kesalahan metode, sikap, atau yg lainnya.
Usai praktek, nanti akan ada forum dimana teman-temannya akan menyampaikan kritikan dan evaluasi atasnya. Salahnya apa, buktinya apa, dan bagaimana seharusnya yang benar. Akan didiskusikan dan diperdebatkan, bisa memakan waktu 1 hingga 2 jam. Serulah pokoknya.
Bagi yang kesalahannya banyak dan melampaui batas ketentuan, maka ia harus mengulanginya lagi. Tentu, ini sesuatu yang sama sekali tak diharapkan oleh mereka.
Dan selama praktek AT itu, guru tak boleh menggunakan bahasa lain kecuali bahasa Arab untuk materi-materi spt Mutholaah, Nahwi, Sorof, Balaghah dan Fiqh; atau bahasa Inggris untuk materi-materi spt: Reading, Composition & Grammar.
Maka, biasanya anak-anak itu dianjurkan membawa alat peraga: bisa berupa benda sesungguhnya, atau gambar ilustrasi. Pokoknya tak boleh diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Inilah yg disebut dg Direct Method (Metode Langsung). Seperti dalam foto, Ananda Azmi mau tidak mau harus membawa bunga hidup ke kelas dan gambar bunga, karena ia akan menerangkan tentang tanaman-tanaman dan bunga-bungaan.
Inilah salah satu bentuk pendidikan untuk mendidik. Mengajar untuk mengajar. Semacam ToT: Training for Trainers. Karena, kelak, mereka harus bisa mengajar masyarakat dengan baik, apapun profesi yg ditekuninya kelak. Mendidik dan mengajar, bukan soal kemampuan, tapi kita tekankan pada lebih kepada soal kemauan. Sehingga ruh mendidik dan mengajar dapat menjadi bagian dari sikap hidupnya kelak. Lagi pula, Amaliyah Tadris ini adalah bagian dari program kaderisasi guru di pondok.
Dan hebatnya, mereka yang melakukan proses ini adalah anak-anak usia 17 – 18 tahun, usia kelas III SMU. Selamat beramaliyah tadris. Berkah selalu. @ray
www.tazakka.or.id
Sebelumnya:
Din Syamsudin Diterima Grand Syaikh Al-Azhar