Pujo Laksono:“Hidup adalah Penantian Kematian”

Pujo Laksono:“Hidup adalah Penantian Kematian”

 

mas pujo“Hidup adalah Penantian Kematian”

Menunaikan sholat Jum’at bagi Pujo Laksono, bukan sekedar menunaikan kewajiban agama, namun ada semangat untuk mendengarkan taushiyah keagamaan dalam khutbah Jum’at. Karena hal itulah, ia ngujo melaksanakan sholat Jum’at keliling. “Saya sangat bersemangat untuk melaksanakan sholat Jum’at di berbagai masjid, disana saya banyak mendengar berbagai ceramah yang berbeda,” terangnya.

Menurutnya, seorang penceramah, khatib dan da’i seharusnya memiliki bahasa penyampaian yang baik, selain materi yang benar. “Kalau seorang khatib berkhutbah dengan intonasi yang datar dan tergesa-gesa, jamaah akan merasa bosan dan mengantuk. Maka selain harus komunikatif, seorang khatib juga dituntut selalu belajar agar khutbah yang disampaikan sesuai dengan kondisi aktual, sehingga para jamaah pulang dengan membawa pengetahuan atau pencerahan keagamaan yang baru,” ungkapnya.

Pengajian, majelis ilmu atau taushiyah agama seharusnya dilestarikan dikalangan kaum muslimin, sehingga umat Islam tidak hanya mendapat pencerahan keagamaan ketika hari Jum’at saja.

Menurut pria kelahiran 25 Agustus 1964 ini, hidup adalah sebuah penantian menuju kematian, “hidup itu menunggu mati, dalam kita menunggu mati itu berbuat apa? Seharusnya hidup ini diisi dengan kebaikan semampu kita. Bila ada orang yang takut akan kematian, sebenarnya orang tersebut tidak siap menghadap kepada Allah, atau mungkin merasa kurang ibadah, mungkin juga karena masih ingin berbuat baik lebih banyak,” jelasnya.

“Saya berharap dengan berdirinya pesantren Tazakka ini dapat menyebarkan banyak kebaikan, dan semoga pengajian Tazakka terus berjalan, dan juga pembinaan masyarakat terus diusahakan, sehingga tercipta masyarakat yang rukun, tentram dan sejahtera,” harapnya. (@haris)