TAZAKKA – Pada Ahad pagi (15/1), di Pondok Modern Tazakka diadakan Seminar Pemikiran dan Peradaban Islam kerjasama Pondok Modern Tazakka-Universitas Darussalam Gontor-Majelis Ulama Indonesia dan Yayasan Peduli Sosial.
Seminar tersebut disampaikan oleh para sarjana dan mahasiswa S2 Program Kaderisasi Ulama Angkatan ke-10 Universitas Darussalam Gontor Ponorogo yang berasal dari berbagai provinsi di Indonesia. Saeful Yusuf Alfaaiz dari Garut, Bramastyo Dhieka Anugrah dari Gorontalo dan Sofian Hadi dari Lamongan.
Seminar sehari yang dihadiri sekitar 200an santri mengangkat tema Kepemimpinan dalam Islam, Peran Media dalam Pendidikan di Masyarakat dan Tantangan Ulama di Masa Depan.
Materi disampaikan sebagai tugas akhir mahasiwa di PKU UNIDA Gontor setelah 6 bulan menjalani proses kaderisasi ulama yang yang dibimbing langsung oleh kiai dan profesor di bidang keislaman.
Wakil Pimpinan Pondok Modern Tazakka, KH. Anizar Masyhadi dalam kata sambutannya mengutip ayat Al-Quran: "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba Nya adalah para Ulama.” (QS. Fathir 28)
Ia menekankan mengutip Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwa Rasulullah pernah menegaskan ulama adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar atau dirham tetapi mereka mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya berarti ia telah mengambil sesuatu yang sangat besar.
Menurut Gus Anizar karena ulama adalah pewaris Nabi, maka secara otomatis mereka harus bisa meneruskan peran dan tugas kenabian.
"Peran ini sangat terhormat dan mulia, mengajarkan nilai-nilai yang luhur, ahlakul karimah dan mengajak masyarakat untuk taat kepada Allah dan RosulNya" tandasnya.
"Seorang ulama harus menjadi teladan bagi masyarakat dan umatnya, perkataan dan perbuatannya harus selaras" imbuhnya.
Kiai muda yang pernah menjadi sekretaris Duta Besar di KBRI Damaskus itu juga berpesan agar ulama jangan melupakan perannya dalam mendidik bangsa.
"Ya, agar jangan sampai sebagaimana digambarkan dalam Al-Quran, kita akan mewariskan generasi yang lemah, baik lemah dalam ibadah, akhlak, ilmu, karakter, dan lemah dalam hal ekonomi, kesehatan serta kesejahteraannya" paparnya.
Gus Anizar kemudian mengingatkan para santri agar tidak melupakan khittahnya dalam bertafaqquh fid-din atau mendalami agama.
"Sebab, nanti sekembalinya ke masyarakat, santri akan menjadi mundzirul qaum yaitu pendakwah dan pencerah dalam kehidupan masyarakat dan bangsanya, dan akan membimbing bangsanya menuju jalan yang benar, makanya harus mendalami dan menghayati dengan baik ajaran-ajaran agamanya" lanjutnya.
Ia mengingatkan pula kepada para santri agar selalu waspada terhadap gerakan kriminalisasi ulama dan pendangkalan tauhid.
Jika ada ulama yang mengajarkan isi surat Al-Ikhlas tentang ketauhidan yang diyakini umat Islam, jangan sampai malah diputar-balikkan sebagai gerakan intoleransi.
"Waspadai, ulama tidak boleh dikriminalisasi, karena perannya sangat sentral dan kontribusinya bagi bangsa ini sungguh besar" ujar Gus Nizar penuh semangat.
"Belum lama ini ada orang menyampaikan bagaimana menyeru kepada orang untuk meyakini adanya Surga, sedangkan yang menyeru juga belum pernah melihatnya. Ini adalah statment pendangkalan keimanan kita, waspadalah" pesannya kepada para peserta seminar.
Di penghujung acara Wakil Pimpinan Pondok yang energik ini berpesan agar santri dan ulama tidak perlu takut menyampaikan kebenaran dan selalu menjaga kedamaian di masyarakat. Menurutnya, tugas terberat ulama adalah merawat dan memelihara keutuhan umat dan bangsa ini dari setiap ancaman yang merongrong.
Seminar yang dilaksanakan di Aula Rabithah PM Tazakka dihadiri oleh Direktur KMI KH. M. Bisri, Dr. KH. Imam Kamaluddin dan Al-Ustadz Fuad Muhammad Zein, MA dosen pembimbing Program PKU dan beberapa tamu undangan. @alam.media.center.tazakka.