Ziarah ke Makam Nabi Syuaib AS & Etika Berbisnis

Ziarah ke Makam Nabi Syuaib AS & Etika Berbisnis

Jordania – Nabi Syuaib AS adalah mertua Nabi Musa AS. Salah satu putrinya, dinikahkan dengan Nabi Musa AS, setelah Nabi Musa AS membantu keduanya saat mengambilkan air di sumur untuk kambing-kambing peliharaannya. Kisahnya ada di surar Qs. Al-Qashash [28]: 22-29.

Nabi Syuaib AS di utus oleh Allah sebagai Nabi dan Rasul kepada penduduk Madyan (dekat Teluk Aqobah, perbatasan Saudi Arabia, Mesir dan Yordania sekarang). Selain mendakwahkan tauhid sebagaimana misi dari risalah setiap nabi dan rasul, tema dakwah Nabi Syuaib adalah tentang kejujuran dalam bermuamalah. Sebab, penduduk negeri Madyan kala itu terkenal dengan prilaku curang, culas, dzalim dan tidak jujur dalam menakar, menimbang dan dalam perdagangan mereka.

Dan kepada penduduk Madyan, Kami utus Syuaib, saudara mereka sendiri. Dia berkata, ‘Wahai kaumku! Sembahlah Allah. Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan jangan kamu merugikan orang sedikit pun. Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diciptakan dengan baik. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu orang beriman‘.”

Dan janganlah kamu duduk di setiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang-orang yang beriman dari jalan Allah dan ingin membelokkannya. Ingatlah ketika kamu dahulunya sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Qs. Al-A’raf [7]: 85-86) (Baca juga: Qs. Hud [11]: 84)

Nabi Syuaib AS berulang kali mengingatkan hal ini. Di surat Hud [11]: 85 juga secara jelas beliau menyampaikan: “Wahai kaumku! Penuhilah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan jangan kamu membuat kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.

Nabi Syuaib AS menasehatkan bahwa lebih baik untung sedikit dalam perdagangan tetapi dilakukan dengan kejujuran daripada untung banyak tapi dengan cara yang curang, menipu dan mendzalimi hak orang lain. Nabi Syuaib AS merasa tidak mungkin mengawasi mereka sepenuhnya, maka yang ditekankan pada mereka adalah tumbuhnya kesadaran dari dalam diri mereka sendiri.

Sisa (yang halal) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu.” (Qs. Hud [11]: 86)

Nasehat yang sama juga disampaikan kepada penduduk Aikah di dekat lembah (di wilayah Yordania sekarang). “Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu merugikan orang lain. Dan timbanglah dengan timbangan yang benar. Dan janganlah kamu merugikan manusia dengan mengurangi hak-haknya dan janganlah membuat kerusakan di bumi; dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang terdahulu.” (Qs.As-Syuara [26]: 182-184)

Kemudian mereka mendustakannya (Syuaib), lalu mereka ditimpa azab pada hari yang gelap. Sungguh, itulah azab pada hari yang dahsyat.”

Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.” (Qs. As-Syuara [26] 189-190)

Penduduk Madyan bukannya mendengarkan, mengindahkan dan mematuhi nasehat Nabi Syuaib AS, tetapi mereka malah mencemooh, mencela dan menentangnya. Bahkan, mereka hendak mengusir Nabi Syuaib AS dan orang-orang yang beriman bersamanya. Sebab itu, akhirnya Allah pun menimpakan kepada penduduk Madyan adzab melalui suara guntur yang memekakkan telinga dan gempa bumi yang dahsyat hingga mereka mati bergelimpangan menjadi mayat-mayat di rumah-rumah mereka sendiri.

Maka ketika keputusan Kami datang, Kami selamatkan Syuaib dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami. Sedang orang yang zhalim dibinasakan oleh suara yang mengguntur, sehingga mereka mati bergelimpangan di rumahnya, seolah-olah mereka belum pernah tinggal di tempat itu. Ingatlah, binasalah penduduk Madyan sebagaimana kaum Tsamµd (juga) telah binasa.” (Qs. Hud [11]: 94-95)

Mereka mendustakannya (Syuaib), maka mereka ditimpa gempa yang dahsyat, lalu jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka.” (As-Syuara [29]: 37)

Berulangkali Allah mengingatkan pada kita bahwa jika suatu kaum mendustakan nabi dan rasulnya, maka kaum itu akan ditimpa adzab yang pedih.

Dan Kami tidak mengutus seorang nabi pun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan agar mereka tunduk dengan merendahkan diri.” (Qs. Al-A’raf [7]: 94)

Sebaliknya, jika penduduk suatu negeri mau beriman dan bertakwa, maka Allah turunkan berkah-Nya dari langit dan dari bumi. Dan jika mereka mendustakan maka akan ditimpa adzab yang pedih. Tidak ada yang bisa merasa aman dari adzab Allah yang bisa datang kapanpun tanpa disadari; bisa diwaktu pagi, siang atau malam hari.

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”

Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur?”

“Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain?”

Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi.” (Qs. Al-A’raf [7]: 96-99)

Demikianlah sekelumit kisah Nabi Syuaib AS dan kaumnya. Yang beriman bersamanya selamat, sedang yang mendustakannya ditimpakan kepada mereka adzab yang pedih.

Jika ada kisah tentang umat-umat terdahulu yang dihadirkan kembali dalam Al-Quran, maka maknanya yang paling utama adalah sebagai peringatan bahwa peristiwa yang sama sangat mungkin akan terulang kembali, karena hukum sebab akibatnya masih akan berlaku. Maka, kita harus paham betul dan menyadarinya agar jangan sampai kita melanggar perintah-perintah dan larangan-larangan sebagaimana yang dibawakan oleh para nabi dan rasul itu.

Dalam konteks nasehat Nabi Syuaib AS tadi, maka hendaknya kita berlaku jujur dan adil dalam bermuamalah (berbisnis). Hindari segala bentuk kecurangan, keculasan, penipuan dan kedzaliman, agar kita tidak ditimpa adzab seperti kaumnya Nabi Syuaib AS.

@anangrikza
Yordania, 8 Desember 2019