Berkaryalah Sebelum Masamu Habis; KH. Hasan Abdullah Sahal

Berkaryalah Sebelum Masamu Habis; KH. Hasan Abdullah Sahal

Tidak ada yang bisa kita lakukan kecuali bersyukur kepada Allah. Bagi kami yang sudah berumur enam puluh tahun ke atas ini, setiap tambahan umur adalah kenikmatan dan kesyukuran. Kesempatan haji beberapa bulan yang lalu dan kesempatan umrah kemarin, saya gunakan sebaik mungkin. Saya doakan semua yang bisa saya doakan. Saya doakan pondok ini, saya doakan Gontor, para kader, guru, dan kalian anak-anakku. Karena belum tentu, tahun depan saya masih diberi kesempatan untuk umrah ataupun haji. 

Beribadahlah, seakan-akan kalian akan melakukan ibadah yang terakhir. Ingat hadits Rasul, Syababaka qabla haramika, saya sudah tidak syabab lagi. Menggiring bola sudah tidak selincah dulu lagi. Menendang bola sudah tidak sekeras dulu lagi. Kemudian Sihhataka qabla saqamika, saya juga se­ring sakit-sakitan. Terkadang saya sulit tidur karena sariawan, tapi saya masih bersyukur. Karena lebih baik ndak bisa tidur, daripada ndak bisa bangun. Kalau ndak bisa tidur masih bisa berdzikir, masih bisa wirid, masih bisa beristighfar. Tapi kalau sudah ndak bisa bangun, sudah ndak bisa berbuat apa-apa lagi.

Jangan lambat di waktu cepat, ja­ngan cepat di waktu lambat. Dalam berjuang kita harus STIR, yaitu Sabar, Tawakkal, Ikhlas, dan Ridha. Orang boleh mengatakan sabar, bila telah berusaha. Orang yang tidak berusaha, bukan orang sabar namanya, tapi orang yang putus asa. Pembangunan fisik terus berjalan, pembangunan kualitas juga terus kita galakkan.

Anak-anakku sekalian, musuh Islam sedang gencar-gencarnya memerangi kita, memerangi Muslim. Mereka menghina Islam, menghujat Islam, mendiskreditkan Muslim. Kalau Muslim tidak bergerak melawan, bila Muslim tidak marah, berarti Muslim saat ini, sudah tidak punya hati. Musuh Islam menggunakan otak untuk memerangi kita, tapi mereka tidak menggunakan hati. Me­ngapa kita tidak? Untuk jihad dakwah, li i’laai kalimatillah, kita harus mengorbankan segalanya! Berjuanglah, gerbang surga terbuka lebar!

Anak-anakku, waspadalah! Orang yang tidak punya harta, akan mencari harta. Orang yang tidak punya muka, akan mencari muka. Orang yang tidak mendapatkan kursi, akan mencari kursi. Kalau kekuasaanmu dan kemampuanmu berpotensi untuk membuatmu berbuat dhalim, ingatlah akan kekuasaan dan kemampuan Allah. Kuasa-Nya melebihi segala yang kamu kuasai. Berhati-hatilah dalam membaca informasi. Informasi yang beredar diluar belum tentu benar. Perbanyak pengetahuan, perluas wawasan, baru kemudian kalian bisa bebas dalam fikiran.

Mall, pusat perbelanjaan, dimana-mana ramai, lapangan juga ramai, bioskop pun ramai. Tetapi pesantren juga ramai. Masyarakat masih punya harapan, bahwa pesantren masih bisa membangun pendidikan. Pesantren masih menjadi harapan masyarakat, sebagai benteng yang menjaga generasi umat dari kerusakan. Anak Gontor, adalah anak-anak yang berkemauan keras, pekerja keras, punya idealisme dan semangat juang yang tinggi. Insya Allah, kalian adalah manusia yang berkualitas. Anak Gontor bisa bertugas apa saja, bisa bertugas dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Itu konsekuensi tugas, itu bentuk tanggung jawab dalam menjalankan amanat. Pengurus rayon, pengurus OPPM, para asatidz, mereka dipinjami wewenang dan kewibawaan untuk bertugas di pos-posnya masing-masing, sesuai dengan kapasitasnya. Direktur mendapat pinjaman wewenang dan wibawa dari Pimpinan untuk mengatur jalannya pengajaran dan pendidikan. Pimpinan mendapat pinjaman wewenang dan wibawa dari Badan Wakaf. Anggota Badan Wakaf juga mendapat wewenang, wibawa, dan amanat dari Trimurti dan umat Islam untuk meneruskan perjuangan pondok ini.

Kita semua juga dipinjami kekayaan, kepintaran, keterampilan, ke­sehatan dari Allah. Suatu saat nanti akan dicabut oleh Sang Pemilik Segalanya. Maka, jangan mengatakan “saya adalah”, tapi katakan “saya hanyalah”. Yang mendirikan Kerajaan Majapahit bukan Raden Wijaya, bukan Hayam Wuruk, bukan Gajah Mada, tapi yang mendirikan Kerajaan Majapahit adalah tukang batu, tukang kayu. Kehidupan ini penuh dengan kebersamaan. Mereka yang egois akan terpental, akan terbuang, akan tersingkirkan oleh kebersamaan. Kalian adalah anak-anak yang kuat, apalagi jika kalian bersatu, melangkah bersama. Kalian akan menjadi generasi yang kuat.

Kita teruskan pola pendidikan ini! Agar pesantren bisa menjadi benteng-benteng nilai dan jiwa yang Islami. Pesantren yang bebas, pesantren yang anti intervensi! Pertahankan struktur dan kultur pondok yang telah ditancapkan ini! Tidak cukup untuk menjadi manusia yang besar, kita harus tinggi!

"Masyarakat masih punya harapan, bahwa pesantren masih bisa membangun pendidikan"