LURUSKAN NIAT PERJUANGAN; K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi

LURUSKAN NIAT PERJUANGAN; K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi

Dalam menjalankan segala kegiatan, sudah sepatutnya kita memiliki niat yang kuat. Bahwa segala yang kita kerjakan hanya semata untuk Allah SWT, bukan untuk selain-Nya. Oleh karena itu, sebelum melakukan segala kegiatan, mari kita mulai dengan membaca basmalah, agar lahir batin diri kita mantap meyakini bahwa yang kita lakukan hanya untuk Allah.

Selain itu, dalam hidup bermasyarakat, kita juga harus mampu hidup bantu 

membantu dan tolong menolong. Karena, jika kita membantu orang lain, 

niscaya Allah pasti akan membantu kita. In tansurullaha yansurukum, wa yutsabbith aqdaamakum.

Dalam membantu orang lain, janganlah melakukannya untuk asal membantu. Sebab Allah Maha Melihat apa yang kita perbuat. Apalagi jika membantu orang kita selalu mengharap pamrih, entah pamrih dana, kenaikan pangkat, atau agar dihormati masyarakat dan dianggap berkepribadian baik.

Sebab, jika bekerja atau membantu orang tanpa niat ikhlas karena Allah, kita pasti tak akan mendapat apa-apa. Dalam sebuah Hadis disebutkan: Rasulullah SAW bersabda, “Seseorang tak akan selamat dengan amal perbuatannya meski itu perbuatan baik!” Sahabat bertanya, ”Juga engkau, wahai Rasulullah?” “Ya. Kecuali Allah telah mengampuni dosa-dosaku” jawab Rasulullah. “Lalu bagaimana dengan kami?” Tanya Sahabat. Rasulullah diam sejenak seraya bersabda, “Tetapkanlah niat”

Sayangnya, banyak orang tak mampu menetapkan niat, atau bahkan keliru menempatkan niatnya hingga rentan terancam diganjar neraka kelak. Dalam sebuah kisah teladan disebutkan, seorang penjahat yang sudah banyak melakukan.

Kejahatan dan dosa, dengan rendah hati dan penuh ketunduk­an bermunajat, “Ya Allah, alangkah banyak dosa dan kejahatan yang telah aku perbuat. Aku pasrah jika Engkau hendak mengambil nyawaku. Aku siap jika Engkau akan menempatkanku di dalam api neraka terbawah sekalipun.”

Sementara seorang kiai yang merasa sudah memiliki banyak amal kebajikan di dunia, rajin menunaikan shalat wajib dan sunah, membantu fakir miskin dan sebagainya, dengan lantang berkata,”Ya Allah, sudah banyak

Amal kebajikan yang aku perbuat. Amalan mana yang Engkau sangsikan dariku? Ganjaran surga manakah yang akan Engkau berikan kepadaku?”

Di akhir masa, ternyata Allah malah memasukkan sang kiai ke dalam neraka, dan si pembunuh ke surga. Penyebabnya, karena sang kiai dianggap telah mendahului kehendak Allah yang Maha Melihat dan Mendengar apa dibalik niat perbuatan semua makhluk-Nya.

Selain niat, dalam berjuang kita juga harus mengupayakan diri untuk terus bergerak. Jangan diam saja. Karena di dalam gerakan pasti ada barakah. Berjuang untuk kepentingan Islam dan umat, juga jangan sekadar mencari untung materi. Harus ada idealisme untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik demi umat.

Kalau motivasi kita dalam melakukan segala sesuatu terlalu pragmatis, atau hanya sekadar akan bekerja menyesuaikan pemberian yang diterima, itu tandanya kita melupakan motivasi di balik segala amal usaha kita yang seharusnya hanya karena Allah. Sebab, sejatinya kita sangat butuh kepada Allah untuk mengganjar segala amal, zakat, hingga sedekah yang kita perbuat untuk kepentingan masa depan di akhirat, sementara Allah tak butuh apapun dari kita.

Selanjutnya, pekerjaan yang baik adalah pekerjaan yang kita kuasai. Dan untuk menguasai pekerjaan yang kita emban, kita harus memiliki rasa tanggungjawab, serta mau memikirkan masalah-masalah yang terjadi dalam pekerjaan. Begitupun dalam berjuang, kita harus bisa menguasai permasalahan dengan rasa tanggungjawab. Wallahu a’lam bish-shawab. 

Membantu orang tanpa niat ikhlas karena Allah, kita pasti tak akan mendapat apa-apa