Ir. H. Edi Suyitno; BIKER SEJATI TAK LUPA SHALAT

Ir. H. Edi Suyitno; BIKER SEJATI TAK LUPA SHALAT

Pengendara Motor Gede (Moge) terlihat gagah ketika menjelajah jalanan. Tetapi sering kali mereka kerap disebut-sebut arogan bila berada di jalan raya. Image tersebut yang ingin diluruskan oleh sosok biker yang satu ini. Adalah H. Edi Suyitno, Direktur PT Oto  Multiartha yang juga ketua klub Moge PBC dan rekan-rekannya turut prihatin dengan stigma negatif tersebut dan berusaha meminimalisir image itu dengan berbagai upaya. Salah satu upayanya adalah dengan mengadakan Tour Religi dengan tujuan mengunjungi masjid dan pesantren di Jawa Tengah.

 Disela-sela tournya, mereka mengadakan kegiatan sosial dengan memberikan bantuan untuk perbaikan sarana pendidikan dan masjid serta santunan kepada dhuafa. Untuk
mengetahui lebih lanjut sosok yang satu ini, berikut petikan wawancara redaktur KMT dengan beliau saat mengunjungi Pondok Modern Tazakka:

Bisa diceritakan tentang lika-liku perjalanan hidup Bapak, agar bisa menjadi motivasi bagi yang lain?

Saya lahir di Garut dari keluarga yang sederhana, bapak saya selain bertani juga sebagai pendidik, sejak kecil saya sudah diajarin disiplin untuk menimbal ilmu secara sungguh-sungguh. SD saya ditempuh dalam waktu 5 tahun, ketika SD kelas 5 saya mengikuti ujian akhir kelas 6 dan lulus dengan ranking 1. SMP dan SMA juga saya jalanin di Garut dan selalu menjadi ranking pertama dari seluruh kelas yang ada.

Kemudian mendapat undangan dari IPB untuk masuk lewat jalur PMDK (tanpa test). Ketika memasuki bangku kuliah baru terasa saingan sangat berat sekali, banyak yang pintar­-pintar­  masuk IPB. Tapi dengan ketekunan dan selalu disiplin dalam belajar akhirnya kuliah saya tempuh sesuai waktunya, selama 4 tahun kurang. Ketika sebelum lulus salah satu perusahaan otomotif terkemuka di Indonesia mengadakan tes di Kampus,­ dari 2000 peserta lolos sebanyak 20 orang saja, termasuk saya.

Sebenarnya waktu itu saya berniat menjadi pendidik (dosen), sejak kuliah tingkat pertama, saya sudah ditunjuk menjadi asisten dosen. Namun ketika saya lulus test di perusahaan otomotif dan untuk menjadi dosen masih antri, maka saya putuskan untuk kerja di perusahaan otomotif tersebut. Dan karena masuk melalui jalur khusus maka pada usia 23 tahun waktu itu saya sudah menjadi pimpinan cabang. Kerja dengan berprinsip “do your best” maka alhamdulillah beberapa  prestasi saya raih.

Apa yang menarik dari otomotif, sehingga Bapak menekuni bidang tersebut?

Sebenarnya tertarik banget sih enggak juga, cuman istilah kata sudah kepalang tanggung dapat kerjaan di situ maka terus saya tekuni dan akhirnya emang jadi tertarik dengan dunia otomotif. Semua bidang kalau ditekuni dan ditelateni maka karierpun akan datang dengan sendirinya, sehingga sekarang menjadi posisi direktur.

Sebagai anggota klub Moge, ada sebuah image tentang moge yang identik dengan hal-hal yang bersifat hura-hura, bagaimana pandangan Bapak mengenai hal tersebut?

Itu ada sedikit benarnya, setiap acara klub moge selalu bersifat hura-hura, Tetapi kalau kenal lebih jauh sebenarnya gak benar 100 persen. Banyak kegiatan sosial yang dilaksanakan oleh klub Moge. Santunan ke panti-panti asuhan, ke masjid-masjid, dan ikut kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Artinya, banyak juga sih sebenar-nya diantara anggota klub Moge yang baik dan taat dalam menjalankan agama; sholat, puasa, dan amal sholih lainnya.

Makanya, saya buat slogan: “Biker sejati gak lupa shalat” dan itu tertulis besar di punggung kaos club lho. Ternyata, teman-teman gakl keberatan bahkan bangga memakainya. Dan memang, setiap kali touring, setiap datang waktu shalat kami langsung mencari masjid terdekat dan berhenti shalat.

Ketika PBC (Pirate Bikers Club) menawarkan bentuk touring­ yang berbeda yaitu Touring Religi, dimana semua kegiatan disinergikan dengan ibadah, maka banyak bikers yang mau bergabung dan ikut dalam kegiatan Religion Tour tersebut.  PBC Religion Tour pertama ke Jawa Tengah, khusunya Batang dan sekitarnya, dan PBC Religi Tour ke 2 ke Jawa Barat, Garut dan sekitarnya. Pada saat Religi Tour kedua, banyak bikers­ yang mau gabung namun karena kami batasi jumlah pesertanya mereka akan ikut Tour Religi berikutnya.

Apa prinsip hidup yang Bapak yakini?

Di dunia yang makin tua ini terdapat banyak orang yang hidup secara egois-individualistis. Apalagi di zaman­ kapitalisme seperti saat ini. Orang kaya semakin kaya, orang miskin semakin miskin. Orang kaya memperkaya dirinya dengan berbagai macam cara, halal ataupun haram, yang efek samping­nya membuat yang miskin pun semakin miskin. Apakah mereka pikir dengan menumpuk harta bisa hidup bahagia? Tentu saja salah besar. Banyak ­sekali kita mendengar kabar orang-orang kaya yang memutuskan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Apa itu yang disebut bahagia? Lalu, dengan apa orang dapat hidup bahagia?­

Menurut saya, kebahagiaan hidup adalah saat kita melakukan kebaikan. Berbuat baik sebanyak mungkin tanpa pamrih akan balasan. Kebaikan kan ibarat benih yang ditaburkan dan menghasilkan buah. Kebaikan yang kita lakukan akan menimbulkan kebaikan pula bagi kita. Namun bukan berarti kita berbuat baik agar menerima balasan kebaikan. Kita berbuat baik karena perintah Allah untuk mengasihi sesama dan percaya bahwa Allah akan mempertimbangkan setiap kebaikan yang kita tanam. Saya pernah mendengar hadis yang menerangkan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Bapak naik haji pada tahun 2013 yang lalu, apa kisah yang paling berkesan selama haji?

Alhamdulillah saya berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji pertama kalinya di tahun 2013, dimana sebelum haji 2013 saya sudah berumrah sebanyak 3 kali, dan insya Allah kerinduan akan tanah Haram selalu ada setiap saat. Kebetulan Ustadz Anang sendiri yang bimbing haji kami waktu itu.

Yang paling berkesan tentunya ketika wukuf di padang Arafah. Ketika wukuf dimana waktunya telah ditentukan, semua orang berkumpul dan beribadah serta berdoa, rasanya kita ini kecil di hadapan Allah SWT. Ingat padang Arafah ingat padang Mahsyar. Tidak semua kita bisa berkumpul di padang Arafah, tetapi kita semua pasti berkumpul di Padang Mahsyar kelak.

Ketika kita harus wukuf sampai matahari terbenam, beriba­dah dan berdoa mohon ampun dan rasanya air mata ini gak bisa dibendung lagi. Apalagi mengingat dosa-dosa dan bentuk-bentuk kemaksiatan yang selama ini dilakukan. Saya seperti menemukan kembali jati diri saya. Saya seperti di­ingatkan kembali bahwa hidup didunia ini hanya sebentar dan menyadari betapa agung Allah yang kepada-Nya bersembah seluruh mahkluk.

Apa yang mendorong Bapak untuk wakaf pembangunan Pondok Modern Tazakka?

Ketika bertemu dengan Pimpinan Pondok Modern Tazakka (Ustadz Anang) dan saya diberi koran mini bulanan (buletin) Tazakka beberapa edisi, dan saya baca. Itu ketika di Makkah lho ya. Disitu saya menemukan, dan terutama setelah diskusi dan
ngobrol dengan beliau, bahwa wakaf itu bisa berbagai bentuk; dokter bisa wakaf jam praktek, notaris bisa wakaf keah­lian profesinya, ada wakaf kertas untuk pencetakan Koran Mini Tazakka, dan lain-lain. Selama ini kan kalau denger wakaf identiknya hanya tanah yang bisa diwakafkan. Merenung dan membaca dan berusaha menggali apa dan siapa sih Pondok Modern Tazakka itu, saya berkesimpulan bahwa pondok ini punya tujuan mulia, tentunya semua pondok tujuannya mulia, tetapi saya yakin Tazakka dikelola secara profesional dan bertujuan untuk mengembangkan manusia-manusia yang bukan hanya mempunyai pendidikan agama yang kuat tetapi juga ilmu-ilmu lainnya seperti sains dan teknologi, bahkan ilmu bisnis dan lain-lain. Dan saya yakin dengan pemimpin dan pengurus pondok ini, mereka mempunyai visi yang jelas ke arah mana pondok ini mau dibawa.

Ketika ada yang wakaf tanah, dan ada yang mewakafkan apapun yang bisa diwakafkan. Saya berpikir apa ya, yang bisa saya wakafkan. Saya lalu tiba-tiba punya ide untuk mewakafkan barang yang saya PALING SUKA yaitu koleksi motor antik saya, dan akhirnya koleksi kesayangan itu saya jual, alhamdulillah,  ada 30an koleksi motor antik saya yang terjual. Waktu­ menjual diberikan kemudahan, karena saya bilang sama calon-calon pembeli, bahwa dana hasil penjualan motor ini akan diwakafkan untuk pembangunan salah satu pesan­tren di Batang (Tazakka maksudnya, hahahaha….tersenyum lebar)

Bagaimana Bapak melihat pendidikan pesantren secara umum? Apa harapan Bapak terhadap Pondok Modern Tazakka?­

Saya tahu ada beberapa pesantren yang modern di Indonesia dari media, bukan melihat langsung. Pemikiran saya pesantren lebih banyak dikelola secara tradisional.­ Setelah melihat langsung Tazakka dikelola secara modern­ dan profesional. Bahkan, saya salut dan kagum de­ngan PM Tazakka ini setelah membaca Visi 2025 Tazakka, yaitu: menjadi Universitas International yang bermutu dan berarti, menjadi pusat pengembangan agama Islam, pengembangan Bahasa Arab, ilmu-ilmu fiqih, kajian-kajian Islam, dan bahkan ilmu sains dan teknologi, juga ilmu bisnis. Seperti itulah harapan saya ke Pondok Modern Tazakka.

 

Ketika ada yang wakaf tanah, dan ada yang mewakafkan apapun yang bisa diwakafkan. Saya berpikir apa ya yang bisa saya wakafkan. Saya lalu tiba-tiba punya ide untuk mewakafkan barang yang saya paling suka yaitu koleksi motor antik saya, dan akhirnya koleksi kesayang­an itu saya jual, alhamdulillah, ada 30an koleksi motor antik saya yang terjual. Waktu menjual diberikan kemudahan, karena saya bilang­ sama calon-calon pembeli, bahwa dana hasil penjualan motor ini akan diwakafkan untuk pembangunan salah satu pesantren di Batang.