H. Rudi Candra, Lc, MA.; THE BEST SANTRI DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL

H. Rudi Candra, Lc, MA.; THE BEST SANTRI DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL

Masyarakat umum masih banyak menganggap santri lulusan pesantren hanya mampu bermain  di wilayah pinggiran. Kalau pun melanjutkan kuliah paling sebatas di fakultas-fakultas keagamaan saja. Anggapan ini tentu keliru, karena ternyata banyak santri yang berprestasi di bidang-bidang umum dan beberapa perguruan tinggi tekemuka. Rudi Chandra, salah seorang santri yang berprestasi tersebut. Meskipun hanya berbekal ijazah KMI Gontor, kini ia dapat menyelesaikan kuliah S2-nya di Hubungan Internasional UGM dengan prestasi yang sangat memuaskan dan termasuk lulusan terbaik, dengan IPK 3,9. Awal masuk kuliah ia sempat diremehkan oleh teman-teman sekelasnya dan juga dosen-dosennya, namun berbekal kesabaran dan metode yang ia dapatkan ketika nyantri, ia pun membuktikan kesungguhannya dalam belajar.

Berikut ini adalah lika-liku perjalanan studinya yang disadur dari wawancara redaktur KMT: Edi Buana dan Hakim As-Shidqi:

Bagaimana kisah Anda memilih belajar di Pondok Pesantren Gontor?

Seperti halnya anak-anak yang lain, setelah lulus dari sekolah dasar, saya sempat bingung kemana harus melanjutkan sekolah. Tetapi ada satu hal yang mendasari pilihan saya waktu itu yaitu harapan orang tua. Saya tahu bahwa orang tua sangat mengharapkan jika putra mereka bersedia melanjutkan di pesantren, walaupun secara langsung mereka tidak pernah mengatakannya.

Prinsip hidup yang saya anut selama ini adalah keinginan orang tua adalah fatwa dalam membuat pilihan. Tantangan terberat jus­tru datang dari nilai­ hasil ujian akhir se­kolah, dalam rapor­ yang saya terima, ni­lai-nilai pelajaran u­mum jauh lebih tinggi di­ban­dingkan dengan pe­lajar­an-pelajaran “agama.” Kondisi ini memotivasi saya untuk­ mengikuti program Pondok Ramadhan yang rutin diadakan Pondok Gontor setiap datangnya bulan suci.
Alhamdulillah, mungkin dikarenakan dapat berkah mondok sebulan sewaktu jadi capel (calon pelajar) akhirnya saya diterima di PM Gontor 1.

Kesulitan, masalah dan tantangan apa yang Anda hadapi ketika belajar di pondok?

Hal terberat yang saya hadapi sewaktu mondok di Gontor justru datang dari luar, yaitu melawan persepsi­ negatif mayoritas masyarakat kita yang menganggap pesantren adalah lembaga pendidikan nomor dua setelah pendidikan umum. “Sayang lho, nilainya bagus kok lanjut di pesantren” itu adalah komentar yang pernah saya de­ngar. Bahkan ada beberapa saudara yang menganggap pilih­an saya mondok adalah kekeliruan. “Mau jadi apa nanti kalau lulus dari pesantren?” Menanggapi komentar dan pertanya­an tersebut saya hanya diam. Pertanyaan-­pertanyaan tersebut justru saya gunakan sebagai motivator.­

Bagaimana Anda menghadapi masalah-masalah dan tantangan tersebut?

Sewaktu pertama masuk di Gontor, saya belum me­ne­mukan jawaban dari pertanyaan tersebut. Sampai diadakan acara Khutbatul ‘Arsy (Pekan Perkenalan Kepondokmodernan), dalam acara itu salah satu pimpinan pondok bertanya kepada kami; “ke Gontor apa yang kalian cari? Mau jadi pegawai, mau jadi tentara, mau jadi pengusaha? Bukan di sini tempatnya.” Pada waktu­ itu saya hanya menyimak penuturan beliau sambil me­nunggu jawabannya. “…Kalau ke Gontor ingin jadi guru atau kiai? Maka kurang tepat jika kalian mondok di sini….” Saat itu, hati saya semakin bertanya-tanya dan seperti tidak percaya, sampai akhirnya beliau menutup pertanyaan dengan ungkapan; “…tapi jika tujuan kalian ke sini ingin­ menjadi orang yang bermanfaat? Maka disinilah tempatnya!” Nase­hat itu sampai hari ini tetap membekas di benak saya.

Suatu hal yang saya pahami dari nasehat tersebut, pekerjaan apapun haruslah kita lakukan dengan ikhlas atau tanpa pamrih. Seperti halnya menuntut ilmu, jika tujuan kita sekolah hanya sebatas ingin menjadi pegawai, peng­usaha atau guru dan kiai, maka tujuan-tujuan tersebut­ hanya mengukung fungsi dari ilmu itu sendiri. Tetapi de­ngan bersekolah kita bisa menjadi pegawai, pengusaha, guru, diplomat, kiai dan lain-lain. Profesi-profesi tersebut hanyalah media bagi kita untuk membagi dan mengamalkan ilmu yang kita miliki. Intinya kalau kita bekerja, kita harus ikhlas!

Setelah lulus dari Gontor, kesulitan apa yang Anda hadapi?

Kesulitan terberat yang saya rasakan dalam masa transisi adalah memilih perguruan tinggi, bahkan sebelum ke Mesir, saya sempat beberapa kali keluar masuk perguruan tinggi. Saya sempat kuliah di ISID (Institut Studi Islam Darussalam) dan PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran) Jakarta, sampai akhirnya diterima di Al-Azhar Kairo. Alhamdulillah, akhirnya saya dapat belajar banyak dari pengalaman-pengalaman tersebut.

Saat ini Anda kuliah S2 di Hubungan Internasional UGM, padahal Anda lulusan pesantren dan S1-nya di Al-Azhar Kairo, apa tidak mengalami kesulitan?

Materi kuliah yang benar-benar baru tentunya, selain itu saya juga harus menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan, metode pengajaran, metodologi yang digunakan dan teman-teman sekelas yang majemuk. Jika di pesantren dan Al-Azhar saya bisa mencantumkan dalil-dalil dari Al-Quran dan Hadis secara langsung dalam menjawab permasalahan, tetapi di kelas HI, saya harus mentransformasikan kandungan-kandungan ayat-ayat Allah dan sabda Rasulullah SAW ke dalam logika, tujuannya agar bisa diterima oleh teman-teman semuanya.

Kabarnya di S2 HI UGM Anda sangat berprestasi meskipun awalnya pernah diremehkan karena berlatarbelakang pesantren. Kami dengar IPK Anda juga tertinggi, 3,9, benarkah? Bisa dikisahkan?

Alhamdulillah, saya hanya menerapkan apa yang pondok Gontor ajarkan, yaitu; dzakâ’un (kecerdasan), hirsun (semangat), ijtihâd (kesungguhan), dirhamun (pembiyaan), suhbatulustadz (interaksi dosen) dan tūluzzamân (kuantitas dan kwalitas waktu). Ada cerita menarik terkait suhbatul ustadz; pada semester pertama, di salah satu mata kuliah nilai saya sempat jatuh, akhirnya saya berkonsultasi dengan dosen pengampu terkait permasalahan tersebut. Setelah berbincang-bincang dengan beliau, ternyata baru saya sadari bahwa metode yang saya dapatkan di Al-Azhar berbeda dengan yang diterapkan UGM. Alhamdulillah pada semester selanjutnya, nilai saya kembali naik, bahkan terbaik di kelas.

Terkait dirhamun, sebenarnya banyak teman-teman yang ingin melanjutkan kuliah ke jenjang­ yang lebih tinggi tapi terkendala masalah biaya. Pengalaman yang saya rasakan, sebenarnya­ kita bisa mengganti pembiayaan tersebut dengan prestasi. Terlebih untuk kampus-kampus unggulan seperti UGM, tawaran beasiswa apalagi untuk program S2 sangat banyak dan dapat kita manfaatkan. Alhamdulillah untuk kuliah S2 ini, saya mendapat beasiswa dari BCF (Bakrie Center Foundation) tahun 2012., dan sebelumnya saya juga mendapat beasiswa pada program S-1 dari Universitas Al-Azhar.

Apa pedoman hidup Anda?

Jangan takut untuk mencoba suatu hal yang baru, karena dengan mencoba kita akan mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang baru. Seperti pepatah Arab: “jarrib wallâhidz takun ârifan” (cobalah dan amatilah maka engkau akan mengetahui).

Apa harapan Anda kepada Pondok Modern Tazakka?

Saya termasuk kadernya Ustadz Anang yang ikut merintis PM Tazakka. Saya banyak belajar dari beliau sewaktu di Mesir. PM Tazakka adalah potensi umat yang harus sama-sama kita bantu dan perjuangkan.
Alhamdulillah saya hadir pada saat peletakkan batu pertama pembangunan Masjid Az-Zaky, disitu saya melihat jiwa keikhlasan dan semangat perjuangan para perintis pondok bersatu dengan doa restu warga masyarakat. InsyaAllah ke depan Pondok Modern Tazakka dapat berperan positif dan mewarnai Indonesia.

Semoga berkah dan curahan Rahmat Allah mengiringi setiap detik perjalanan Tazakka dan Allah selalu menjaga jiwa keikhlasan dan semangat perjuangan para perintis nya. Sehingga ke depannya para alumni Tazakka dapat memberikan perubahan bagi masa depan Indonesia yang lebih­ baik.

 

Nama         : H. Rudi Candra, Lc., MA.

TTL            : Jember, 27 Mei 1983

Status         : Belum Menikah

Hobi            : Membaca dan Fotografi

Riwayat Pendidikan:

Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo (2001)

Pondok Tahfidzul Qur’an Nūrul al-Qur’an Lojejer Jember (2003)

Universitas Al-Azhar Cairo Mesir, Jurusan Tafsir & Ulumul Qur’an (2009)

Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jurusan Hubungan Internasional (2013)

Riwayat Organisasi:

Penggerak Bahasa Pusat, OPPM Gontor (2000)

Pengurus Kantin Pelajar, OPPM Gontor (2001)

Pimpinan Umum Majalah Sinar Muhammadiyah, PCIM Mesir (2005)

Pengurus Majelis Tabliq dan Pengkaderan, PCIM Mesir (2006)

Sekertaris Umum, PCIM Mesir (2008)

Staff Atase Pendidikan dan Kebudayaan, KBRI Cairo (2008-2010)