Tadarus Al-Quran Bersama KH. Anang Rikza Masyhadi, MA

Tadarus Al-Quran Bersama KH. Anang Rikza Masyhadi, MA

TADARUS JUZ I:

JANGAN ADA KERAGUAN PADA AL-QURAN

بسم الله الرحمن الرحيم

[البقرة 2](ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

"Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa."

Ayat ini terletak di urutan paling pertama setelah Al-Fatihah. Ini prinsip paling penting. Seolah Allah ingin menegaskan pada yang akan membacanya agar jangan ada keraguan sedikitpun pada ayat-ayat yang akan dibaca setelahnya.

Jangan ragu sedikit pun dengan apa yang difirmankan Allah dalam Al-Quran. Sebab, semua yang ada dalam Al-Quran adalah kebenaran, dan kebenaran itu bersumber langsung dari Allah SWT.

 [البقرة 147(الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ)

"Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu."

Jangan pula mengimani sebagian ayat dan mengingkari sebagian yang lain. Ini tendensius. Beriman kepada Al-Quran sesuai kepentingannya sendiri; jika ayatnya menguntungkan dirinya ia mengimani, jika ayatnya tidak menguntungkan dirinya ia mengingkari.

Banyak muslim hanya mengimani sebagian ayat-ayatnya saja. Yang benar: mengimani seluruh ayat-ayat Al-Quran. Seperti halnya orang-orang kafir Bani Israil yang mengimani sebagian Taurat dan mengingkari sebagian yang lain.

  [البقرة 85(أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ ۚ )

"Apakah kamu beriman kepada sebagian Al-Kitab (Taurat), dan ingkar terhadap sebagian yang lain?"

"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kepada Al-Quran yang diturunkan Allah," mereka berkata: "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". Dan mereka kafir kepada Al-Quran yang diturunkan sesudahnya, sedang Al-Quran itu adalah Kitab yang haqq; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?" (Qs. Al-Baqarah [2]: 91)

Janganlah Al-Quran disesuaikan dengan kepentingan kita, tetapi kepentingan kita-lah yang menyesuaikan dengan Al-Quran. Dan jangan pula Al-Quran disandingkan dengan bacaan-bacaan lain, apalagi menilai Al-Quran dari teori-teori dan pandangan manusia. Apalagi sampai pada kesimpulan bahwa Al-Quran terdapat beberapa kekurangan dan kekeliruan. Naudzubillah!!!

(وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ) [البقرة 23]

"Dan jika kamu tetap dalam keraguan tentang Al-Quran yang telah Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surat saja yang semisal Al-Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu memang benar-benar orang yang benar."

"Maka, jika kamu tidak dapat membuatnya, dan pasti kamu tidak akan dapat membuatnya, peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir."

Jangan ada keraguan sedikit pun pada Al-Quran jika ingin menjadikannya sebagai hudan: petunjuk. Bacalah seluruh isinya, pahamilah, renungkanlah dan amalkanlah seluruh perintahnya dan jauhilah seluruh larangan yang ada di dalamnya.

Dengan kata lain, Al-Quran akan benar-benar menjadi petunjuk bagi kita selama tidak ada keraguan sedikit pun padanya. Semoga dengan demikian kita menjadi orang-orang yang bertakwa, sesuai dengan tujuan dan target yang diharapkan sendiri oleh Allah dengan ibadah puasa ini: la'allakum tattaquun.

WalLaahu a'lam bis-showaab

WalLaahu Waliyyut-taufiiq

ditranskrip dari pengajian tadarus Ba'da Subuh di Masjid Az-Zaky, Tazakka oleh Siswanto, S.H.I (Sekpim)